Efek Noktah Dosa
Efek Noktah Dosa
Ada sebuah kalimat indah tapi menyesatkan, “Dosa yang
dihikmati bisa membuat manusia semakin dewasa”. Kalimat itu seolah memuat satu logika pikir sebagai berikut:
untuk menjadi dewasa, Anda perlu melakukan berbagai
dosa, kemudian masing-masing dosa itu ditobati dan dihikmati.
Padahal dengan sangat gamblang literatur agama kita
memberi tahu bahwa setiap kemaksiatan yang kita lakukan akan menjadi noktah dosa yang menghitamkan hati.
Jika maksiat terus kita kerjakan dan tak kunjung kita tobati, noktah demi noktah akan semakin menutup dinding
nurani. Benar memang nurani senantiasa membisikkan
kebenaran. Tetapi mengapa ada orang yang begitu tenang
setelah melakukan perbuatan dosa? Mengapa ada orang
yang tidak dirundung rasa bersalah setelah melakukan
kemaksiatan? Apakah nuraninya sudah tak lagi membisikkan kebenaran? Apakah nurani sudah tak lagi berontak
saat raga yang dipimpinnya melakukan perbuatan buruk?
Bukan! Nurani akan selalu menyuarakan kebenaran. Tetapi ketika noktah dosa telah menebal, ia akan menutup
rapat dinding nurani, sehingga suara kebenaran yang dikeluarkan oleh nurani tak lagi jelas terdengar. Akibatnya,
si pelaku dosa dengan santainya menikmati perbuatan buruknya, tak lagi memiliki rasa berdosa. Padahal, hukuman
terberat bagi pendosa, kata Imam Ibnu Jauzi dalam Shaidul
Khathir, adalah perasaan tidak berdosa. Sejak itulah suara
nurani tak banyak memiliki arti. Hatinya seolah mati dan
terkafani oleh legamnya noktah yang telah menumpuk dan
menutupi dinding nurani.
Wajarlah jika Hasan Az Zayyat, Rahimahullah pernah berujar, “Yang paling aku takutkan ialah keakraban hati dengan kemungkaran dan dosa. Jika kedurhakaan berulang
kali dikerjakan, jiwa menjadi akrab dengannya hingga ia
tak lagi peka, mati rasa.”
Renungan:
Ketika orang shaleh ditanya oleh seseorang
dengan pertanyaan, “Mengapa masalah tak
kunjung beralih dari hidupku?” Biasanya yang
keluar pertama kali dari lisannya adalah anjuran
untuk bertaubat kepada Allah. Karena ia tahu
bahwa dengan bertaubat terhadap dosa-dosa,
maka tak ada yang namanya masalah. Masalah
adalah ketika kita berbuat dosa dan tak kunjung
mentaubatinya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar