Taromar Siregar,S.Pd

Guru di Salah satu Sekolah Dasar di Lingkungan Pemerintahan Kota Padangsidempuan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Efek Noktah Dosa

Efek Noktah Dosa

Efek Noktah Dosa

Ada sebuah kalimat indah tapi menyesatkan, “Dosa yang

dihikmati bisa membuat manusia semakin dewasa”. Kali￾mat itu seolah memuat satu logika pikir sebagai berikut:

untuk menjadi dewasa, Anda perlu melakukan berbagai

dosa, kemudian masing-masing dosa itu ditobati dan di￾hikmati.

Padahal dengan sangat gamblang literatur agama kita

memberi tahu bahwa setiap kemaksiatan yang kita laku￾kan akan menjadi noktah dosa yang menghitamkan hati.

Jika maksiat terus kita kerjakan dan tak kunjung kita to￾bati, noktah demi noktah akan semakin menutup dinding

nurani. Benar memang nurani senantiasa membisikkan

kebenaran. Tetapi mengapa ada orang yang begitu tenang

setelah melakukan perbuatan dosa? Mengapa ada orang

yang tidak dirundung rasa bersalah setelah melakukan

kemaksiatan? Apakah nuraninya sudah tak lagi membi￾sikkan kebenaran? Apakah nurani sudah tak lagi berontak

saat raga yang dipimpinnya melakukan perbuatan buruk?

Bukan! Nurani akan selalu menyuarakan kebenaran. Te￾tapi ketika noktah dosa telah menebal, ia akan menutup

rapat dinding nurani, sehingga suara kebenaran yang di￾keluarkan oleh nurani tak lagi jelas terdengar. Akibatnya,

si pelaku dosa dengan santainya menikmati perbuatan buruknya, tak lagi memiliki rasa berdosa. Padahal, hukuman

terberat bagi pendosa, kata Imam Ibnu Jauzi dalam Shaidul

Khathir, adalah perasaan tidak berdosa. Sejak itulah suara

nurani tak banyak memiliki arti. Hatinya seolah mati dan

terkafani oleh legamnya noktah yang telah menumpuk dan

menutupi dinding nurani.

Wajarlah jika Hasan Az Zayyat, Rahimahullah pernah ber￾ujar, “Yang paling aku takutkan ialah keakraban hati de￾ngan kemungkaran dan dosa. Jika kedurhakaan berulang

kali dikerjakan, jiwa menjadi akrab dengannya hingga ia

tak lagi peka, mati rasa.”

Renungan:

Ketika orang shaleh ditanya oleh seseorang

dengan pertanyaan, “Mengapa masalah tak

kunjung beralih dari hidupku?” Biasanya yang

keluar pertama kali dari lisannya adalah anjuran

untuk bertaubat kepada Allah. Karena ia tahu

bahwa dengan bertaubat terhadap dosa-dosa,

maka tak ada yang namanya masalah. Masalah

adalah ketika kita berbuat dosa dan tak kunjung

mentaubatinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post