Dalam temu kangen kami yang singkat itu, samar kudengar keluhan si gadis bungsuku,

"Umi, menyesalnya orang umi dan abi menyekolahkanku ke pesantren ini?" tanyanya polos dengan tatapan dan sorot  mata yang selalu membayangi pikiranku saat itu.

"Nggaklah " Jawab uminya seraya memandangku seakan meminta dukungan atas jawabannya.

"Manalah ada Orangtua yang menyesal menyekolahkan anaknya, apalagi ke sekolah agama, sekolah pesantren," Imbuhku mendukung jawaban uminya.

Tapi yang banyakan uang keluar disini untuk aku Umi. Sambungnya lagi. Gimanalah itu dengan adek adekku, Zakkia kan juga mau masuk SMP, belum lagi adek Zahwa, Adek Zakir bahkan adek yang paling kecil Zafran? Sambungnya lagi.

"Nak, Allah pasti akan memberikan jalan dan membuka pintu rezeki _Nya bagi orang orang yang sabar dan mau berusaha" jawabku tanpa menunggu jawaban uminya.

"Makanya kamu harus belajar yang rajin dan tekun agar bisa menjadi obat bagi segala usaha yang abi dan umi lakukan sehingga nantinya kalian semua berhasil" tambah uminya.

Dalam hatiku ada perasaan seperti ditimpa sebuah batu besar.

Bersambung..