By ajo madang (H.22)

Entah apalah yang akan terjadi, ketika tak ada dasar dan aturan yang menjalani. Semuanya dilabrak.demi ambisi yang sesaat. Menghalalkan segala cara tanpa ada rasa dan naluri yang memiliki kemampuan berpikir yang lurus. Kadangkala kita merasa riskan semuanya dilakukan demi hanya mengejar duniawi.

Padahal, hidup yang dilaksanakan dan dijalankan dengan penuh rambu-rambu.

Seperti kita akan berjalan di jalanan ada tanda merah berarti kita berhenti, ada tanda hijau berarti kita berjalan, ada tanda kuning untuk bersiap siaga untuk berhenti. Jangan sampai dilabrak tentu akan kena imbalan dari apa yang dilakukan. Begitu juga dalam segala perbuatan yang dilakukan, ada yang baik dan ada pula yang buruk. Ada yang dilaksanakan dengan aturan yang berlaku dan ada juga yang harus dilarang untuk dijauhkan. Kadang inilah yang terjadi, mumpung masih ada kesempatan. Mumpung masih berada. Kapan lagi? Apapun yang dilakukan semata-mata karena aji mumpung. Tanpa ada lagi yang bisa mengkritik dan mengingatkan sebab Apapun yang diperbuat dan dilakukan pada nantinya akan kembali dari perbuatan yang dilakukannya.

Untuk itulah, jangan mengeluh dan jangan menganggap remeh apa yang diberikan, lakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Yang .memiliki pengetahuan dan pengalaman serta memahami akan apa yang dilakukan sehingga dapat berjalan dengan baik.

Jangan sampai terlalu dipaksakan kadang tak sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Ketika kita kurang maka banyaklah belajar san banyak.mendengar dari apa yang terjadi. Jangan sampai merasa lebih hebat dan lebih baik karena kita memiliki kekurangan yang ada. Tapi kekurangan yang dimiliki kita perbaiki untuk lebih baik. Modalnya belajar untuk saling melengkapi satu sama lain atas apa yang dimiliki eengan akal pikiran, naluri dan iman yang kuat.yang bisa membaca dan memahami akan apa yang terjadi dalam kehidupan yang penuh sandiwara ini.

Tepian kebun, 080124