Tati mulyani

Lahir di Sungai Sirah, Pariaman Sumatra Barat 31 Juli 1971. Pendidikan Terakhir, Fisika UNP 90 Tugas pertama di SMP Muara Nasal Bengkulu Selatan (1997_2005) s...

Selengkapnya
Navigasi Web
RUMAH EMAK (bg6)tagurhari43

RUMAH EMAK (bg6)tagurhari43

RUMAH EMAK ( bag 6)

 

Gerimis mulai turun satu satu, rumput dihalaman menggeliat gembira, sudah hampir sepekan hujan tidak turun. Bulan Juli memang jarang hujan. Mudah mudahan sore ini hujan turun lebih lama dan lebih besar, ingat padi di sawah , tanah nya mulai kering.

 

Ajo setengah berlari dari sungai,

" Fahmi, tolong Ajo, oto rodanya terpuruk"

Ajoku sudah lama di tanah seberang, tapi bahasa Indonesia nya masih bau rendang, padahal pakai bahasa Minang lebih indah.

 

Aku mengikuti Ajo ke sungai. Sebagian tanah di pinggir sungai kurang padat, roda belakang terbenam tidak mau berputar. Beberapa batu yang agak besar aku masukkan ke bagian depan ban belakang. Di belakang ban depan kutaburi kerikil.

 

" Ayo coba Jo, pakai gigi satu " . Ajo perlahan menaikkan gas, ban belakang mulai berputar, tapi belum bergerak maju. Harus ditambah lagi batunya. Ajo mulai lagi menaikkan gas, Alhamdulillah ban belakang bergerak ke depan, mobil melaju ke bibir sungai. Aku ikut membantu mencuci mobil Ajo, pulangnya aku sarankan lewat memutar, agar tidak tersangkut lagi di jalan yang tadi.

 

Mak dan Kaktangah masih memakai mukena, mereka baru saja menyelesaikan sholat ashar. Aku bergegas mengganti baju, bersiap untuk melaksanakan sholat.

 

" Yuang, sholat duluan aja, Ajo mandi dulu, badan rasanya sudah bergetah". 

 

Hujan belum juga reda, Ajo sudah gelisah, rencana akan ke ATM dia ulang ulang.

 

" Mana ATM nya Fahmi, Ajo sendiri aja yang ke ATM, tidak usah Yuang ikut "

 

Aku beranjak ke kamar, kami sudah sepakat menyerahkan saja. Mak tidak mau terjadi keributan, dari dulu prinsip Mak uang itu untuk mendamaikan bukan untuk mengundang pertengkaran.

 

" Uda ini kenapa sih?Masa tidak merasa malu! Itu uang Uni Rika, kenapa pula Uda sibuk mengurus nya. Sudahlah kita tidak membantu Mak, ini menyusahkan Mak pula" Suara Kaktangah meninggi, senyumnya tak ada lagi. Matanya juga memerah, sambil menahan tangis ia berucap,

 

" Kesulitan yang kita hadapi ini mungkin karena sikap Uda yang tidak peduli pada Mak. Allah memerintahkan anak untuk berbakti pada orang tua, Uda sudah empat tahun lalai memperhatikan Mak. " Tangis Kaktangah pecah. Ia tergugu, Mak mendekat, mengusap punggung menantunya.

 

" Sudahhh, tidak mengapa, Mak Alhamdulillah baik baik saja. Biarlah kalau Ramli ingin memakai uang itu untuk menambah modal. Rumah Mak sudah hampir selesai". Mak berusaha menenangkan .

 

Ajo terduduk di kursi rotan yang mulai goyah, yang usianya lebih tua dari Ajo. Kulihat matanya masih membulat. Ia tidak menyangka istrinya berani manyolangnya ( menentang keinginan). Aku juga terkejut, selama ini aku mengenal Mila ( Kaktangahku) selalu pandai menutupi kekesalan hatinya, tapi kali ini tumpah bak air bah yang tertahan di bendungan.

 

Kaktangah masih terisak, Ajo pergi menyalakan mobilnya. Aku ke kamar mencari buku rekening dan ATM yang kusimpan dalam buku catatan Fisika.

 

9 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu ceritanya, salam literasi

09 Jul
Balas

Terimakasih Bun, udah mampir

10 Jul

Semoga ajo lai sadar.

09 Jul
Balas

Mudah mudahan Pak

10 Jul
Balas



search

New Post