Taufik Al Mantuby

Mulyono taufik, S.Pd.I, Lamongan,1984. Tamat dari SMA tahun 2003 dan melanjutkan ke perguruan tinggi fakultas Tarbiyah pada tahun 2006. Selain seba...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengakarnya Tradisi Manaqiban

Mengakarnya Tradisi Manaqiban

Oleh : Taufik Al Mantuby

Siapa yang tidak mengenal tradisi manaqiban?

Masyarakat muslim Indonesia terutama dari kalangan santri tidak ada yang tidak mengenal yang namanya tradisi manaqiban.

Tradisi ini merupakan tradisi peninggalan para ulama terdahulu, terutama wali songo. Sebuah amaliah yang sudah mengakar di kalangan Nahdliyyin dan bertujuan untuk mengagungkan wali Allah yaitu Sayyidina Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.

manaqiban berasal dari kata "manaqib'" bahasa arab), yang berarti biografi, kemudian ditambah dengan akhiran "an" (bahasa Indonesia) menjadi manaqiban yang berarti kegiatan pembacaan manaqib biografi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, seorang Wali Allah yang sangat masyhur dan dikenal di seluruh dunia.

Adapun amalan yang dibaca saat manaqiban biasanya dibarengi dan diawali dengan bacaan tawassul, istighosah, tahlil, dan sholawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW dan ditutup dengan doa manaqib.

Salah satu ciri khas dari tradisi manaqiban ini adalah nasi kemaron. yaitu kemaron yang isinya nasi kuning dan ayam jago utuh (baca : ayam ingkung). dan biasanya ditambahkan dengan berbagai tambahan lauk seperti mie, tahu, tempe, timun dan lain sebagainya. Hal ini tergantung pada tradisi masing-masing daerah dikarenakan daerah satu dengan yang lainnya berbeda cara dalam menyajikan nasi kemaron ini.

Amaliah manaqib ini biasanya rutin dilakukan setiap bulan pada tanggal 11 Qamariyah sebagai salah satu cara untuk mengenang wafatnya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani pada tanggal 11 Rabiul awal dan dibaca secara berjamaah dengan mengundang anggota majlis dzikir, tetangga sekitar, teman, dan sanak saudara yang ada.

Selain dilakukan secara rutin tiap bulan, manaqiban ini juga biasa dilakukan saat seseorang sedang memiliki hajat atau keperluan diantaranya saat mau melaksanakan pernikahan, syukuran, khitanan, memasuki rumah baru, memasuki tempat usaha, bahkan seringkali dilakukan saat seseorang sedang terkena musibah atau bencana yang berlarut-larut.

Tujuan dilakukannya manaqiban ini tidak lain adalah selain untuk mengenang wafatnya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani juga untuk mendapatkan berkah doa (baca: Ngalap berkah) dari para wali Allah khususnya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani agar Allah segera menghilangkan segala kesusahan dan juga agar Allah memberikan berbagai kemudahan dalam menjalani kehidupan ini.

Dalam sebuah hadits diterangkan keutamaan ketika membaca autobiografi (Manaqib) para Wali, Ulama serta orang-orang shaleh dapat melebur dosa serta mendatangkan rahmat Allah.

"Mengingat para Nabi sebagian dari Ibadah, mengingat para orang shaleh adalah pelebur dosa, mengingat kematian adalah sedekah, dan mengingat neraka adalah jihad.”(HR. ad-Dailamy)

”Ketika dituturkan orang-orang shaleh turunlah rahmat.” (H.R Abu Nu’aim)

Kemlagi, 10 Oktober 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih ulasannya.

10 Oct
Balas



search

New Post