TAUFIK AKBAR HASIBUAN

Guru Alif alif adalah sebutan untuk para guru yang mengajari baca Tulis Alquran. Belajar untuk terus menjadi manusia yang berguna bagi orang lain. Saat ini akti...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kota Tua itu Bernama Binanga

Kota Tua itu Bernama Binanga

Kota Tua Itu Bernama Binanga

Penulis

Taufik Akbar Hasibuan, M.Pd

Mungkin anda belum pernah Dengar Nama BINANGA, atau mungkin sudah pernah mendengarnya Tiga Binanga di Kabupaten Karo, tapi ini bukan itu yang kami maksud. Tepatnya ini adalah sebuah desa di Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara. kurang lebih 500 kilometer dari pusat kota Medan, dan 50 kilometer dari Ibukota Kabupaten. Tak ada yang menarik dari desa ini. Dilihat dari komoditi unggulannya, dan juga destinasi wisata unggulannya boleh dikatakan tidak ada. Mayoritas penduduknya adalah petani, jika dulu petani sawah, seiring ekspansi sawit dan karet hampir 80% lahan persawahan sudah alih fungsi menjadi perkebunan sawit atau karet.

Semenjak reformasi, otonomi daerah bergulir ke Binanga, menjadi salah satu kecamatan yang kini dipecah menjadi 6 kecamatan. Barumun Tengah menjadi kecamatan tertua, yang kini satu satunya camat perempuan di Kabupaten Padang Lawas Markiah Hasibuan, SE namanya. Awal mulanya wilayah ini terbentang mulai dari Simangambat, yang kini menjadi dua kecamatan, Ujung Batu dan Simangambat Semenjak 2007 berpisah menggabung diri dengan Kabupaten Padang Lawas Utara. Secara adat wilayah simangambat menjadi wilayah Hasibuan yang terbentang sepanjang aliran sungai Barumun, sehingga mereka mengistilahkan “Pahae Barumun Pahulu Sosa”

Daerah yang mekar selanjutnya adalah Huristak, Huristak mekar ketika masih menjadi bagian dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Luat yang sejak abad ke 11 Sudah menjadi daerah otonom yang dipimpin oleh Seorang raja. Kerajaan Huristak begitu para Ahli sejarah menuliskan. konon kabarnya menjadi Kerajaan tertua di wilayah Batak, Raja terahir dari Kerajaan ini Bernama Patuan Barumun. disusul dua kecamatan lagi yang di mekarkan semenjak Kabupaten Padang Lawas resmi berdiri 2007. jadi Barumun Tengah dahulu sebagian masuk ke wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara, simangambat dan Ujung Batu, empat kecamatan Lagi berada diwilayah Kabupaten Padang Lawas.

Kata Binanga diambil dari bahasa Batak yang berarti Pertemuan dua sungai, Wilayah Binanga menjadi pertemuan muara dua sungai besar yang mengalir dari Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Sihapas Yang berhulu dari Gunung Sibualbuali memasuki wilayah kecamatan Ulu Sihapas. Batang Onang di Kabupaten Padang Lawas Utara. dan bermuara kesungai Barumun di Wilayah kecamatan Barumun Tengah. Batang Pane yang berhulu di sepanjang dari Sipiongot juga berhulu dari daerah Tapanuli Selatan, membelah Ibukota Kabupaten Padang Lawas Utara, sipiongot, Padang Bolak, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara. Bermuara di Siparau Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas.

Kedua sungai ini menyatu dengan sungai yang jauh lebih besar dan luas, menurut cerita kakek ku dulu, sungai Barumun menjadi alat transfortasi bahkan pernah kapal-kapal besar pernah datang untuk membeli hasil bumi desa Binanga dan sekitaranya. Bermuara ke Selat Indonesia melewati Beberapa kabupaten kota di Sumatera Utara, hingga bermuara di selat Indonesia. Sedangkan Hulunya berada di Desa Ulu Aer, Kecamatan Ulu Barumun, Kabupaten Padang lawas. Sehingga Kata BINANGA adalah Bahasa Batak yang berarti Pertemuan dua sungai, jika kita rujuk dalam bahasa sansakerta Vinangga. Hingga sekarang nama Kota Tua ini diabadikan sebagai nama Desa di Kecamatan Barumun Tengah.

Secara adat, wilayah Barumun Tengah di pimpin oleh marga Hasibuan, yang menjadi Raja Adat, dan juga Raja Luat disepanjang aliran Sungai Barumun, tentunya akan berbeda lagi di pinggiran sungai Batang Pane atau Sungai Sihapas. Sebuah peradaban muncul disuatu daerah ditandai dengan peninggalan peninggalan sejarah yang masih bisa ditemukan diwilayah ini. Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut sudah sejak lama dihuni oleh manusia. Dibuktikan oleh peninggalan bersejarah yang mereka wariskan, dan bisa disaksikan saat ini. Seperti kita ketahui bersama, zaman dahulu sungai menjadi alat transfortasi utama masyarakat. Umumnya membangun pemukiman selalu berada di sepanjang aliran sungai. Selain sebagai sarana transfortasi sungai juga terkadang menjadi sumber kehidupan. Maka tidak salah lagi kota-kota besar saat ini juga selalu berada di dekat pinggiran Sungai.

Sungai Deli di Kota Medan, Sungai Asahan Di kota Rantau Prapat. Sungai Musi di Palembang, Kapuas di Kalimantan, sungai Gangga di India, sungai Nil di Mesir dan masih banyak lagi kota kota besar dan lama selalu di pinggiran Sungai-Sungai Besar. Itu artinya zaman dahulu masyarakat memilih sungai sebagai alat transfortasi sekaligus sumber kehidupan, fakta ini menunjukkan Kota Binanga juga dahulunya adalah kota Besar dieranya.

Semakin menarik ketika memperhatikan kondisi geografis Binanga yang cukup jauh dari lautan sebagai penghubung peradaban manusia dahulu. Namun di wilayah Luat Binanga ini berdiri beberapa candi, meski kondisinya saat ini sangat memprihatikan karena tidak diurus, namun candi ini menjadi saksi sejarah bahwa kota Binanga pernah ada. Candi sebagai tempat ibadah Umat Budha, menjadi alasan kuat untuk menyebut bahwa wilayah ini dulu dihuni oleh masyarakat yang memiliki peradaban tinggi, jika diamati candi ini mirip dengan candi candi di pulau jawa yang beraliran Budha, dan juga dengan negeri asal Agama Budha di India. seperti kita ketahui bersama agama Budha muncul dan berkembang di wilayah India, kemudian menyebar keseluruh kawasan asia dan termasuk ke Indonesia.

Pertanyaan selanjutnya Kenapa Binanga menjadi pilihan mereka untuk mendirikan candi? disepanjang aliran sungai Barumun dan juga sungai Batang Pane. Disebut sebagai Kota, karena letak dan posisi Binanga tepat berada ditengah tengah. ibarat segi tiga, Binanga menjadi pusat dari ketiga sudut letak bangunan candi ini. Pertama Candi Bahal, berada di wilayah Padang Lawas Utara yang memiliki Tiga buah candi yang hingga hari ini masih bisa kita saksikan, dan sudah dilestarikan oleh Dinas Pariwisata Pemda Padang Lawas Utara sebagai cagar budaya. Kedua Candi Tandihat, juga tak kalah megahnya, oleh Pemda Padang Lawas mulai di pugar agar tidak hancur. sekitarnya ada beberapa buah candi lagi, Pamutung, di Siparau. Ketiga candi Aek Tunjang yang kondisinya sangat memprihatikan, tidak terurus sama sekali dan kini lokasinya dikuasai oleh rakyat menjadi lahan kebun sawit.

Minimnya literatur tentang keberadaan masyarakat Budha yang mendirikan candi ini menjadi kendala, hingga tidak diketahui apakah masyarakat yang membangun candi Ini kembali pulang kenegeri asalnya, atau berasimilasi dengan kebudayaan yang ada saat ini. Tentunya Dinas kepurbakalaan kabupaten harus menurunkan timnya untuk menelusuri sejarah dari penganut agama yang mendirikan Candi ini. Jika dilirik dari kebudayaan masyarakat Binanga saat ini, tentunya masih kental peninggalan peninggalan Ajaran Budha, Misalkan Marpangir, Saat pesta pernikahan. Menggunakan Sesajen ditempat tempat tertentu. Dan juga meyakini adanya Roh roh yang menghuni tempat tempat tertentu sebagai reinkarnasi dari nenek moyang mereka. Seiring waktu, kepercayaan ini mulai hilang di tengah tengah masyarakat modren namun dibeberapa tempat tertentu masih meyakini akan hal ini.

Binanga saat ini sudah mulai berkembang, apalagi setelah berdirinya pabrik pabrik kelapa sawit, Kilang Minyak, Bank Swasta. Dan juga Pasar Pasar Modren, menjadikan kota Binanga sebagai kota kecil yang mulai berkembang. Dengan demikian Perlu kiranya penelitian lebih lanjut sebagai catatan sejarah, tentang keberadaan Umat Budha yang membangun candi ini. Lewat pemerintah Kabupaten perlu di dorong untuk menjadikan wilayah ini destinasi wisata budaya. Dan juga lewat tulisan ini, penulis menyampaikan fakta sejarah bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Binanga, 25 Desember 2019

Penulis Taufik Akbar Hasibuan, M.Pd

Pegiat Literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Begitulah bu. Syang kurang di publiksikan.

25 Dec
Balas

Wah desa ada candi, pastinya dulu tempt bersejarah

25 Dec
Balas

Wow, desa yang penuh ceritaasa lampau. Sukses selalu dan barakallahu fiik

25 Dec
Balas

Iya bu. Semoga terus mendapat inspirasi

25 Dec



search

New Post