Aku telah melewati banyak dusta. Mungkin juga engkau. Tapi tidak separah aku. Walau aku menjadi perhiasan terbaik dari waktu yang sibuk, namaku menjadi bagian yang hitam dalam metafor, zalim, dusta, dendam dan menakutkan serta rahasia yang dalam. Mungkin dalam rahasia itu berhimpun baik dan buruk, yang hanya tampak saat engkau, sebagai pagi, membuka kelopak matamu.

Saat malam, para pendusta juga tidur, yang beriman juga tidur. Terkadang keduanya tidak tidur untuk menuju hasil yang berbeda saat pagi menjelma esok.

Bila ada kota yang tidak tidur, itulah kota yang penuh risau tentang waktu yang sempit, tentang waktu esok yang mesti direbut hari ini. Di dalam jubahku, setiap hal dan benda berjibaku untuk hasrat baik dan buruk. Padahal Tuhan hanya Menginginkan yang suci dan ihsan.

Wahai pagi dan siang yang sibuk, tataplah orang orang yang masih membawa sisa malam dalam jejak dan pikirnya, entah untuk dusta baru atau penyempurna pengabdian. Agar semuanya bisa menyimpan dengkur saat aku kembali datang. Hingga tiba nanti malam dan pagi tak berlaku lagi.