Taufikurrakhman

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Harapan Itu Ada di Pundak Guru Merdeka dan Cendekia

Harapan Itu Ada di Pundak Guru Merdeka dan Cendekia

Guru sebagai salah satu komponen utama bangsa, memiliki peran penting dalam menghasilkan SDM yang berkualitas. Hal ini, karena di tangan mereka konsep-konsep pembelajaran diberikan kepada anak didik secara praktis dan dinamis. Tantangan seorang guru adalah bagaimana membuat anak didik mau, tertarik dan senang saat belajar di kelas, selanjutnya berkeinginan belajar secara mandiri serta menghasilkan anak didik yang memiliki kompetensi tinggi.

Seorang guru selalu dituntut mampu melahirkan manusia-manusia yang baik, bukan sekedar siswa yang pintar. Guru dituntut tak hanya mampu “menggarap” kognisi (rasio-logika), tetapi juga afeksi (rasa, cipta, karsa dan sikap).

Oleh karena itu, dalam ekspektasi ideal, guru mesti memiliki kualifikasi yang melampaui sekadar penguasaan pelajaran (kognisi), tetapi juga memenuhi prasyarat jika seseorang ingin menjadi pemimpin yang baik. Ia harus mampu mengajarkan bagaimana menjadi “manusia baik”, mampu memberi teladan bahwa, misalnya korupsi itu sama dengan mencuri, lewat contoh langsung dalam laku keseharian hidupnya. Kualitas itulah yang kita rindukan dari mereka yang diberkahi sebutan sebagai guru.

Tak ada yang lebih pas untuk merumuskan peran semacam itu selain istilah “guru”, bukan “teacher” atau “lecture”. Itu sebabnya, “guru” kerap dipanjangkan sebagai “digugu dan ditiru”. Tidak mengherankan jika ada peribahasa ”guru kencing berdiri, murid kencing berlari.”

Itu pula kiranya yang menyebabkan guru diposisikan sebagai “manusia suci”, semacam resi, yang selain pintar, tetapi punya laku tulus nan asketis. Saya kira inilah yang menjadi sebab kenapa kita seperti kurang serius memikirkan kesejahteraan para guru. Karena memang tertanam kesadaran bahwa seorang guru itu harus hidup sederhana dan tulus apa adanya.

Guru Merdeka, Insan Cendekia

Menjadi guru merdeka dan cendekia membutuhkan pengembangan diri terus-menerus secara intelektual maupun kepribadian mengingat profesinya justru harus mampu mencerahkan peserta didik. Guru merdeka harus memiliki spirit yang tak pernah puas untuk mencari pengetahuan, memperkaya ide, dan mendesain pembelajaran yang menggairahkan. Semuanya harus mampu menggugah peserta didik ke arah kreativitas dan sifat kritis siswa.

Guru cendekia berfokus pada karakter yang mencerminkan integritas, komitmen, dan kepemimpinan dalam dunia pendidikan. Karakter yang selalu terus-menerus belajar untuk meningkatkan segala kekurangannya yang didedikasikan untuk proses pembelajaran yang mencerahkan.

Polarisasi era keterbukaan makin mengimpit guru-guru dalam perangkap ketakberdayaan manakala guru-guru asing masuk dengan paradigma yang lebih maju dan dikemas bilingual dalam bahasa pergaulan internasional. Keharusan penguasaan bahasa bagi guru cendekia sudah merupakan satu kemutlakan dalam era globalisasi. Tekanan teknologi informasi sudah seharusnya menjadikan guru lokal menjadi guru global dengan mengadaptasi teknologi secara cepat. Penguasaan teknologi informasi ini harus dijadikan peluang untuk keunggulan kompetitif. Bukan sekadar melek teknologi (computer literate), tetapi mampu menggunakan informasi sebagai suatu keunggulan dan peluang.

Melihat perkembangan dan tuntutan profesi guru yang terjadi dalam dinamika masyarakat maka kiprah guru sebagai pondok intelektual, dalam kapasitas guru merdeka dan cendekia sangat dibutuhkan. Diperlukan grand strategy dalam merencanakan tenaga pendidik yang menjadikan guru sebagai tulang punggung dalam perkembangan suatu bangsa dan negara. Inkubator bagi lahirnya guru cendekia, melalui serangkaian pelatihan profesional berkualitas yang wajib bagi seorang guru.

Namun, kehadiran guru merdeka dan cendekia bukan lahir hanya melalui pelatihan-pelatihan berkualitas, akan tetapi melalui atmosfer lingkungan yang memberikan berbagai peluang dan kesempatan. Atmosfer ini akan mengasah kemunculan seorang pendidik yang memiliki karakter kukuh. Mencerminkan integritas seorang pendidik yang mampu bekerja sama, pemikir, memiliki kemampuan intrapersonal dan ekstrapersonal yang baik berkaitan dengan nilai, moral dan spiritual seorang guru.

Sosok guru merdeka dan cendekia adalah juga pemikir yang selalu belajar membuka wawasan dan menciptakan proses pembelajaran yang menggugah peserta didik dengan ide-ide yang provokatif. Yang akhirnya wawasan, panutan, dan karakter baik ini akan selalu diingat siswa sepanjang hayatnya.

Sepanjang sejarah, terlalu banyak disebutkan tokoh-tokoh yang lahir dari seorang pendidik. Kini justru saatnya mengembalikan terulangnya sejarah seperti itu. Seorang guru melahirkan seorang pemimpin. Apalagi dalam kondisi sekarang ini, di tengah krisis stok pemimpin bangsa. Hanya ada satu tumpuan, yaitu di pundak guru merdeka dan cendekia. Bukan di pundak pemimpin parpol apalagi di tangan seorang politikus avonturir. []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post