TAUFIQ

Guru SD di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatra Utara....

Selengkapnya
Navigasi Web
DIBATARA (Part 12)
Sumber: Google

DIBATARA (Part 12)

Lorong rumah sakit menjadi saksi pertemuan Tiara dan Rahman setelah sekian lama terpisah oleh jarak dan waktu. Usai menamatkan pendidikan di pesantren ternyata Rahman melanjutkan pendidikan ke Universitas Al-Azhar di Kairo. Selama dua setengah tahun berkuliah, baru kali ini ada kesempatan Rahman pulang ke tanah air untuk menemui Bu fatma, ibunya.

Tiara terlihat canggung saat berbicara dengan Rahman. Berulang kali ia membetulkan jilbab yang ia kenakan. Walau sebenarnya tidak ada yang salah dengan jilbabnya. Sebenarnya Rahman juga merasakan hal yang sama. Meski mereka sudah saling kenal, namun Rahman merasa pertemuan itu begitu berbeda dari yang sebelumnya. Tiara yang ia kenal semasa kecil kini telah tumbuh menjadi sosok wanita yang cantik dan mempesona.

Rahman membuka pembicaraan dengan menanyakan kabar Tiara. Perbincangan diantara mereka terus berlanjut. Berbagai hal mereka bicarakan, mulai dari persoalan cita-cita hingga kisah masa lalu. Keduanya terlihat mulai akrab dan begitu bersemangat ketika membicarakan kisah kejahilan mereka di masa kecil. Hingga tak terasa waktu telah berlalu lebih dari tiga puluh menit.

Bu Fatma kemudian membuka pintu ruangan tempat Bu Muslimah dirawat. Lalu ia ke luar dan menghampiri Tiara yang sedang asyik berbincang bersama Rahman.

“Ibumu sudah siuman, Tiara. Pergilah temui ia sekarang”. Ucap Bu Fatma.

“Alhamdulillah.” Ucap Tiara dengan wajah riang sambil mengusap wajahnya dengan kedua belah telapak tangannya.

“Tiara ke dalam dulu ya Wak.” Sambung Tiara. Sambil melangkah menuju ruangan tak henti-hentinya Tiara bersyukur atas kemajuan kondisi kesehatan ibunya. Rasa syukur itu pula yang telah menguatkan hati Tiara dalam menghadapi setiap ujian hidup yang dialamatkan padanya.

Saat memasuki ruangan, Tiara disambut dengan senyuman oleh Bu Muslimah. Senyuman itu seakan sebagai pertanda bahwa keadaan akan kembali seperti sediakala. Tiara membalas senyuman Bu Muslimah dengan senyum termanis yang ia punya. Sebelum mendekati ibunya, Tiara berulang kali menyeka air mata dengan tisu. Ia berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh di hadapan ibunya. Tiara tidak ingin memperlihatkan kekhawatiran yang berlebihan yang justru dapat membuat keadaan kesehatan ibunya kembali memburuk.

“Tiara... Jangan sedih. Ibu akan baik-baik saja.” Bu Muslimah seakan tahu dan merasakan kekhawatiran anak semata wayangnya itu. Sebagai ibu, tentu Bu Muslimah memahami betul perangai Tiara yang tak pandai menyembunyikan perasaan terutama jika sedang merasa sedih.

BERSAMBUNG....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Good, lanjut pak

24 Feb
Balas



search

New Post