Kumandang azan magrib mengalun indah menenangkan hati. Lamunan Tiara seketika terhenti mendengar seruan salat tersebut. Segera ia mengambil wudu dan mengenakan mukenanya. Saat mengambil sajadah, tanpa sengaja ia menjatuhkan gulungan mukena yang dahulu biasa dikenakan oleh Bu Muslimah saat melaksanakan salat. Linangan air mata tampak jelas membasahi bola mata Tiara yang hitam berkilau bak mutiara. Harum mukena tersebut mengingatkan Tiara pada sosok ibunya yang kini telah beristirahat dengan tenang di alam kuburnya.

Tiara menarik nafas panjang, sebelum membentang sajadah yang sudah berada dalam dekapannya. Secara perlahan Tiara meluruskan sajadah ke arah kiblat. Ketika hendak mengangkat kedua lengannya, Tiara tak mampu lagi membendung air matanya yang terus memaksa tumpah dan mengucur membasahi pipinya. Takbir yang Tiara ucapkan disertai dengan isak tangis yang begitu menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.

Air mata Tiara terus bercucuran dan tak kunjung berhenti. Air mata itu malah mengalir kian deras ketika Ia mulai memanjatkan doa usai melaksanakan Salat Magrib. Tiara memohon keampunan dan ketenangan kepada Tuhan untuk Ibunya yang telah tiada. Sebab hanya itu yang kini dapat diperbuat Tiara untuk Ibunya. Tiara berharap, Ia dan Ibunya kelak dapat bersua kembali di tempat yang telah Allah janjikan kepada orang-orang yang beriman dan selalu berbuat kebaikan, yaitu surga yang luasnya seluas langit dan bumi (dikutip dari Al-Qur’an).