TAUFIQ

Guru SD di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatra Utara....

Selengkapnya
Navigasi Web
GURU MERDEKA
Sumber: Google

GURU MERDEKA

Empat pokok kebijakan baru yang tertuang dalam gagasan “Merdeka Belajar” pada hakikatnya merupakan upaya untuk menciptakan sistem & budaya pembelajaran dan pengajaran yang lebih efektif, pro-aktif, kreatif, inovatif, mandiri, konktekstual dan emansipatoris, serta senafas dan sebangun dengan perubahan global di dunia pendidikan yang saat ini bertema Education 4.0 (Suwatno, 2019).

Menurut Najelaa Shihab ada tiga dimensi dalam merdeka belajar. Pertama komitmen. Komitmen merupakan keteguhan dalam menjalankan misi untuk sampai ke tujuan yang hendak dicapai. Setiap guru harus mengetahui hakikat dan tujuannya sebagai guru. Kedua mandiri. Mandiri dalam arti sesungguhnya adalah memegang kendali. Kebanyakan guru masih pada level konsultasi atau kemitraan dan belum sampai pada tingkat berdaya dan mengendalikan. Ketiga refleksi. Pendidik yang merdeka belajar terus melakukan refleksi. Umumnya guru menganggap refleksi selesai dengan selesainya tugas administrasi, tanpa ada tindak lanjut yang lebih bermakna dan mendorong guru untuk berubah.

Permasalahannya saat ini masih banyak para guru yang lemah dari segi literasi, sehingga mindset-nya belum banyak berubah. Para guru khususnya di daerah umumnya belum memiliki referensi yang cukup ketika melaksanakan tugas. Sebagian besar guru di daerah belum memahami dan menguasai pendekatan, strategi, model, metode, dan teknik pembelajaran dengan baik. Uji Kompetensi Guru (UKG) mungkin bisa dijadikan sebagai barometernya. Sehingga kebanyakan guru hanya sekedar mengajar dan melepaskan kewajiban serta kurang bertanggung jawab dalam hal mendidik siswa. Bisa dibayangkan bagaimana efeknya terhadap siswa jika para guru mengajar hanya mengandalkan apa yang ia tahu saja. Pertanyaannya apa yang menyebabkan guru menjadi semacam itu? Apakah guru merasa apatis dengan keadaannya?

Sebelum kita jauh membahas tentang gagasan merdeka belajar, kita sebenarnya perlu mendengarkan masukan dari para guru secara langsung. Sebab gagasan merdeka belajar hanya akan terwujud ketika para guru juga merdeka. Sebagian masukan dari para guru yang dapat saya rangkum, saya muat dalam tulisan ini. Guru merdeka yang dimaksud adalah: a). Guru merdeka dari beban hidup. Maksudnya para guru harus diberikan kesejahteraan yang cukup sehingga ia tidak lagi dibebani dengan pikiran mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika kebutuhan hidupnya sudah tercukupi, harapannya para guru dapat fokus mendidik siswa di sekolah. Kita tahu bahwa saat ini pemerintah sudah dan terus meningkatkan kesejahteraan guru melalui program sertifikasi guru. Namun bagaimana dengan nasib guru honor yang penghasilannya di bawah upah minimum? Sebab jumlah mereka juga cukup banyak. b). Guru merdeka dari urusan birokrasi yang berbelit. Selama ini banyak guru khususnya guru PNS yang mengeluhkan sulitnya proses naik pangkat. Selain banyak syarat yang harus dipenuhi, jarak tempat tugas yang jauh dari pusat pemerintahan cukup menguras konsentrasi mereka. Mestinya pemerintah mencarikan solusi untuk hal tersebut, misal dengan membuat aplikasi kenaikan pangkat yang mudah untuk di akses. c). Guru merdeka dari kepentingan politik dan pungli. Hingga saat ini praktik pungli yang menjadikan guru sebagai objeknya masih terus berlangsung ditambah lagi dengan tarik-menarik kepentingan politik saat menjelang pemilukada. d). Guru merdeka untuk berekspresi. Maksudnya setiap kreatifitas guru harus dihargai dan mendapatkan apresiasi sehingga menumbuhkan semangat di diri guru untuk terus mengembangkan kompetensi dan profesionalitas dirinya. Selama ini dibeberapa kasus yang terjadi guru kreatif malah “dikucilkan dan dimusuhi” oleh pimpinan dan teman sejawatnya karena dianggap mengganggu zona nyaman mereka. Istilah “pintar-bodoh, rajin–malas penghasilan sama” masih menjadi pemeo di kalangan para guru.

Fenomena tersebut menjelaskan bahwa kebanyakan guru khususnya di daerah masih lemah dalam hal komitmen. Seperti yang diungkapkan oleh Najelaa Shihab bahwa sulit bagi guru untuk konsisten pada tujuan pendidikan di saat begitu banyak tugas administrasi dan birokrasi yang menyita banyak waktu. Namun apakah benar bahwa alasan administrasi dan birokrasi yang membuat para guru tidak memiliki cukup waktu untuk mengembangkan diri? Saya menilai mindset dan rasa apatis itulah yang membuat para guru sulit mengembangkan dirinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap. Merdeka Belajar

03 Mar
Balas

Terimakasih buk. Sukses buat ibu.

08 Mar

Luar Biasa. Semoga Adinda kelak menjadi pemimpin yg mampu membawa kita ke arah yg lebih baik dan maju. Barakallah.

04 Mar
Balas

Aamiin... Terimakasih kak.

08 Mar



search

New Post