TAUFIQ

Guru SD di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatra Utara....

Selengkapnya
Navigasi Web
PENINGGALAN SEJARAH KERAJAAN PANAI DAN BILAH DI LABUHANBATU
Bpk. Azwar (Keturunan Raja Bilah) bersama penulis

PENINGGALAN SEJARAH KERAJAAN PANAI DAN BILAH DI LABUHANBATU

Sebelum Indonesia merdeka, bahkan sebelum kata “Indonesia” dikenal telah berdiri kerajaan–kerajaan yang tersebar di berbagai penjuru bumi nusantara. Ada kerajaan besar, dan ada pula kerajaan–kerajaan kecil. Diantara kerajaan– kerajaan kecil tersebut adalah Kerajaan Panai dan Kerajaan Bilah. Wilayah kedua kerajaan tersebut terletak di daerah yang kini dikenal dengan Kabupaten Labuhanbatu.

Kerajaan Panai berdiri sekitar tahun 1670 M. Raja pertamanya bernama Tengku Sulung Riau (1670 – 1705 M). Tengku Sulung Riau merupakan keturunan dari Raja ketiga Bilah yaitu Raja Nulung. Pusat Pemerintahan Kerajaan Panai yang didirikan oleh Tengku Sulung Riau terletak di pertemuan dua muara Sungai Barumun dan Sungai Bilah (Labuhanbilik).

Adapun Kerajaan Bilah, berdiri sekitar tahun 1630 M. Menurut silsilah (taromba) Bilah, Kerajaan Bilah didirikan oleh Raja Tohir (1630 – 1650 M) dengan gelar Raja Indera Alam (Marhom Mangkat di Kumbul). Raja-raja di Kerajaan Bilah masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Raja-raja dari Kerajaan Pinang Awan (Kota Pinang). Raja pertama Kerajaan Bilah yakni Raja Tohir merupakan anak dari Raja Mangkuto Alam (Raja Kota Pinang) atau cucu dari Batara Sinomba (Raja pertama Kota Pinang).

Keberadaan Kerajaan Panai dan Bilah kini sudah lama hilang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan dan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bentuk pemerintahan berubah. Sistem Kerajaan dihapuskan dan berganti dengan Sistem Demokrasi. Dengan begitu, kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara pada masa itu seluruhnya dibubarkan termasuk Kerajaan Panai dan Bilah.

Bukti keberadaan Kerajaan Panai dan Bilah hingga kini masih dapat kita lihat secara langsung. Peninggalan sejarah Kerajaan Panai dan Bilah tersebut antara lain berupa masjid/musholla, makam raja-raja, benda pusaka kerajaan, dan lain sebagainya.

a. Masjid Besar Panai

Masjid Besar Panai terletak di Jalan Panglima Besar Sudirman, Kota Labuhanbilik. Masjid ini selesai dibangun sekitar tahun 1920. Oleh Raja Kerajaan Panai bernama Raja Tengku Kelana Putra. Arsitektur bangunan Masjid Besar Panai ini mirip dengan bentuk bangunan Masjid bercorak melayu lainnya yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara.

Masjid tersebut hingga kini masih berdiri kokoh. Di bagian kiri luar Masjid Besar Panai terdapat menara yang menjulang tinggi. Di bagian depan dan samping kiri-kanannya terdapat jendela bergaya khas melayu.

Di dalam masjid terdapat mimbar tempat khutbah berumur puluhan tahun yang terbuat dari kayu. Di bagian dalam masjid juga terdapat empat buah tiang penyangga yang masih tampak asli dan kokoh. Bangunan Masjid Besar Panai ini telah mengalami beberapa kali perbaikan. Khususnya pada bagian depan yakni tempat berdirinya imam dalam sholat berjamaah. Untuk saat ini dana pemeliharaan masjid seluruhnya bergantung pada infak jamaah.

b. Masjid Agung Rantauprapat

Pernahkah anda berkunjung ke Kota Rantauprapat? Jika anda berkunjung ke Kota Rantauprapat coba anda amati tempat-tempat yang memiliki peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di sana. Di Kota Rantauprapat juga terdapat Masjid peninggalan dari Kesultanan Bilah. Masjid tersebut adalah Masjid Agung Rantauprapat yang terletak di Jalan Ahmad Yani Kota Rantauprapat. Pembangunan masjid ini dilakukan sekitar tahun 1930-an, pada masa pemerintahan Kerajaan Bilah. Yaitu di masa pemerintahan Raja Bilah ke-10 yang bernama Raja Adil Bidar Alamsyah. Sebagian besar biaya pembangunan Masjid ini berasal dari sumbangan Raja Bilah.

Jika diperhatikan, Masjid Agung Rantauprapat memiliki kesamaan bentuk dengan Masjid Besar Panai. Tahukah kamu apa sebab kedua masjid tersebut memiliki kesamaan pada bentuk atau coraknya? Ya. Selain terletak pada suatu daerah yang sama, kedua masjid tersebut juga sama-sama memiliki corak khas Melayu.

c. Masjid Raya Bilah

Sebagian dari kamu tentu sudah mengenal masjid Masjid Raya Bilah. Masjid Raya Bilah yang terletak di Jalan Besar Kota Negeri Lama. Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Sultan Adil Bidar Alamsyah. Tahukah kamu mengapa masjid tersebut diberi nama demikian?

Masjid Raya Bilah didirikan pada tahun 1921 oleh Raja terakhir Kerajaan Bilah. Yaitu Raja Adil gelar Bidar Alamsyah yang berkuasa pada tahun 1904 – 1946. Masjid ini sudah mengalami renovasi beberapa kali. Namun sebagian dari bangunan dan ornamennya masih asli. Seperti jendela dan tiang penyangga bagian dalam bangunan masjid.

Di bagian depan dan kiri-kanan masjid ini terdapat jendela bergaya khas Melayu. Keseluruhan jendela jumlahnya 24 buah, dan seluruhnya terbuat dari kayu. Di sisi bagian dalam masjid terdapat 12 tiang penyangga yang berukuran besar dan kokoh. Selain itu, juga terdapat mimbar tempat khutbah yang terbuat dari kayu.

d. Musholla Al-Abbas

Tahukah kamu dimana letak Musholla Al-abbas berada? Jika kamu warga Kota Negeri Lama tentu musholla ini sudah tidak asing lagi kan? Sebab letak musholla tersebut memang berada tepat di tengah Kota Negeri Lama. Letaknya berhadapan dengan Pasar Negeri Lama.

Musholla tersebut di bangun pada awal tahun 1900-an oleh Raja Abbas gelar Sultan Bidar Alam. Nama musholla itupun diambil dari nama Raja ke-9 Kerajaan Bilah tersebut. Sebagai bentuk penghormatan atas apa yang telah dilakukan oleh Sang Raja.

Karena telah termakan usia, Musholla Al-Abbas mengalami kerusakan. Pengurus Musholla Al-Abbas telah melakukan perbaikan berulang kali. Bagian musholla yang masih asli hingga kini adalah bagian tiang penyangga kubah musholla. Kayu yang dipakai sebagai tiang penyangga kubah musholla berasal dari Turki.

Hingga kini, musholla tersebut masih tetap dipergunakan sebagai tempat beribadah bagi ummat muslim Kota Negeri Lama. Jika kamu penasaran ingin melihat langsung musholla tersebut ! Kamu dapat mengajak rekan-rekan mu tuk berkunjung ke Kota Negeri Lama.

e. Istana Kesultanan Bilah

Istana ini didirikan sekitar tahun 1920 oleh Raja Bilah yang bernama Raja Adil gelar Bidar Alamsyah. Istana ini musnah seiring dengan adanya revolusi sosial pada tahun 1946. Kini, bangunan istana Kerajaan Bilah yang tersisa hanya lobang pondasi bangunan tiang, bagian ruangan sisi dapur dan tungku tempat masak dapur istana. Bukti peninggalan istana Kerajaan Bilah tersebut terletak di Negeri Lama, tepatnya di Jalan Istana. Berdekatan dengan SMA Negeri 1 Bilah Hilir.

f. Makam Raja Panai

Kamu tentu tahu gambar apa yang terdapat pada gambar 1.10 di atas. Ya, itu adalah gambar makam. Tentu itu bukanlah makam seperti pada umumnya. Makam yang terlihat pada gambar 1.10 tersebut merupakan makam Raja Panai. Makam tersebut dipercaya sebagai makam Raja Murai Perkasa Alam (kiri) dan makam Raja T. Abdullah Sutan Gegar Alam (kanan).

Raja Murai Perkasa Alam merupakan Raja kedua yang berkuasa di Kerajaan Panai. Makam Raja Murai Perkasa Alam terletak di Komplek Pekuburan Raja yang terletak di Desa Telaga Suka Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu.

Raja T. Abdullah Sutan Gegar Alam merupakan Raja keenam yang berkuasa di Kerajaan Panai. Makam tersebut terdapat di Jl. Panglima Sudirman Kota Labuhanbilik. Tepatnya di halaman depan Masjid Besar Panai. Makam tersebut dilapisi keramik berwarna putih. Pada Nisan makam tertulis bahwa Raja T. Abdullah Sutan Gegar Alam wafat pada tahun 1935.

Sesuatu yang memiliki nilai sejarah tentu tak boleh diabaikan, meskipun dia hanya berupa sebuah makam. Kita mesti menjaga dan memeliharanya dengan baik.

g. Makam Raja Bilah

Salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Bilah adalah makam para Raja Bilah. Jika berkunjung ke Kota Negeri Lama, coba kamu perhatikan lingkungan di sekitar Musholla Al-Abbas. Disana banyak terdapat makam keluarga Kerajaan Bilah. Salah satunya adalah makam Raja Abbas (gambar kanan) yang masih terawat dengan baik hingga kini.

Makam Raja Abbas tersebut telah mengalami pemugaran beberapa kali. Makam tersebut dibuat permanen dengan batu-batu yang dilapisi semen dan berpagar besi dengan cat berwarna kuning. Makam ini terletak di bagian belakang Musholla Al-Abbas yang terletak di Jalan Besar Negeri Lama. Selain makam ini, masih terdapat beberapa makam Raja Bilah dan keluarga Raja Bilah lainnya di bagian depan dan belakang Musholla Al-Abbas.

Komplek pemakaman yang berada di lingkungan Musholla Al-Abbas awalnya hanya diperuntukkan bagi keluarga dari keturunan Raja Bilah saja. Namun kini, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang menetap di daerah sekitar musholla dan kurangnya lahan pemakaman umum maka komplek pemakaman keluarga Raja Bilah tersebut kini juga dijadikan sebagai tempat pemakaman umum.

h. Benda Pusaka Kerajaan

Benda-benda pusaka peninggalan Kesultanan Bilah yang masih dapat kita lihat hingga saat ini berupa pedang, pisau belati, meriam berukuran mini dan meriam berukuran besar dengan bobot mencapai 800 kg. Hingga kini benda-benda pusaka tersebut masih tersimpan dan terawat dengan baik. Sebenarnya ada banyak lagi benda-benda pusaka peninggalan Kesultanan Bilah. Benda-benda pusaka tersebut disimpan dan dirawat oleh beberapa keluarga dari keturunan Kesultanan Bilah yang tinggal menyebar di berbagai daerah.

Benda-benda pusaka tersebut dapat dilihat secara langsung di kediaman Bapak Azwar. Rumahnya tidak jauh dari Masjid Sultan Adil Bidar Alamsyah. Perawatan atau pemeliharaan benda-benda pusaka tersebut dilakukan secara swadaya oleh keturunan dari keluarga Kesultanan Bilah tersebut.

Peninggalan sejarah lainnya dapat kita lihat di Jalan Kartini Desa Sei Jawi-Jawi Kecamatan Panai Hulu terdapat sepasang meriam. Kedua meriam tersebut sudah lama di temukan warga tergeletak tak jauh dari Tangkahan Desa Sei Jawi-Jawi. Meriam dengan panjang sekitar 2,5 m dengan bobot 800 kg tersebut dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai benda peninggalan dari Kesultanan Panai.

Kedua meriam tersebut tampak berkarat dan tak terurus dengan baik. Menurut keterangan warga setempat, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu pernah berniat untuk merelokasi kedua benda bersejarah tersebut. Namun dikarenakan katiadaan alat yang mampu mengangkat kedua meriam tersebut, maka relokasi gagal dilakukan. Oleh warga sekitar, karena ketiadaan biaya untuk perawatannya maka benda bersejarah tersebut hanya dibiarkan tergeletak di tanah pekarangan salah seorang warga.

Tahukah kamu bahwa diantara peninggalan-peninggalan sejarah tersebut memiliki keterkaitan satu-sama lain? Sekarang mari kita lihat peta di bawah ini.

Coba amati dengan cermat peta di atas. Selain keterkaitan antara berbagai peninggalan sejarah, dapatkah kamu menjelaskan keunikan apa yang tampak pada pola letak peninggalan sejarah yang terdapat di Kota Negeri Lama tersebut? Bagus sekali.

Hampir di setiap daerah didapati pola letak bangunan bersejarah yang sama dengan yang ada di Negeri lama. Pusat pemerintahan di tandai dengan keberadaan Istana Raja. Di sekitar bangunan istana biasanya terletak alun-alun/ tanah lapang, pusat bisnis dan bangunan rumah ibadah. Hal tersebut dimaksudkan agar para Raja yang memerintah dapat dengan mudah memantau kondisi masyarakatnya.

Pada masa lalu, pusat pemerintahan suatu wilayah umumnya terletak di dekat aliran sungai atau di pesisir pantai. Dari jejak peninggalan sejarah yang ada, jelas terlihat bahwa dulunya Istana Kesultanan Bilah juga terletak tak jauh dari aliran sungai. Tahukah kamu apa alasannya? Ya, pada masa itu masyarakat sangat bergantung pada transportasi air sehingga istana atau pusat pemerintahan dibangun tentu tak jauh dari aliran sungai atau pantai.

Pola letak bangunan bersejarah masa Kesultanan Panai yang terletak diLabuhanbilik juga tampak sama dengan Kesultanan Bilah. Kota Labuhanbilik terletak di pertemuan antara dua sungai besar yaitu Sungai Bilah dan Sungai Barumun. Labuhanbilik di duga kuat sebagai Pusat Pemerintahan Kesultanan Panai di masa lalu. Letak Istana Kesultanan Panai tidak lagi diketahui dengan pasti. Sebab puing-puing istana tersebut juga tak lagi terlihat.

Istana Kesultanan Bilah dan Panai kini sudah musnah. Sungguh sangat disayangkan bukan ! Apakah kamu merasa sedih dengan hal tersebut? Andai saja Istana Kesultanan Bilah dan Panai tersebut masih ada tentu akan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Labuhanbatu.

Kita tentu tidak ingin lagi kehilangan sesuatu yang berharga dari daerah tempat tinggal kita. Untuk itu, mari kita jaga dan lestarikan peninggalan-peninggalan sejarah yang masih ada hingga kini. Kamu tentu bisa melakukannya.

Ayo bersama-sama peduli terhadap uaya penyelamatan peninggalan sejarah di daerah tempat tinggal kita !

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post