Taupik Rohmansyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Nekat, dengan Bismillah

Diskusi dengan beberapa sahabat di WA sudah berlangsung hampir beberapa hari. Temanya soal melanjutkan studi setelah lama tidak bersentuhan dengan bangku anak sekolahan.

Ujung- ujungnya terkait dengan pilihan "membagi" dan "menambah". Membagi waktu, membagi biaya, membagi perhatian, membagi konsentrasi, membagi prioritas dan menambah persoalan, menambah karuwet juga menambah biaya yang harus di keluarkan.

Antara maju atau mundur, antara bingung memulai dari mana dan dengan apa. Sebab studi lanjutan menurut penuturan beberapa sahabat tidak semudah yang dibayangka. Kemandirian betul betul di uji, kreatifitas sangat di butuhkan dan usaha maksimal menjadi keharusan. Begitu katanya.

Tapi apakah dengan berdiam diri juga tidak memerlukan kemandirian, kreatifitas dan usaha maksimal?. Wah... ini sentilan yang cukup tajam. Banyak saran dan doa untuk memutuskan antara ya dan tidak.

Berat sekali mengambil keputusan. Jadi teringat beberapa kata seorang motivator, jika sulit menentukan putusan diawal, maka disitulah terdapat kemudahan dalam menjalaninya. Sebab akan beda jika mudah memutuskan sesuatu tanpa pertimbangan, maka kesulitan akan mendera di depan. Benarkah demikian?. Sepertinya ini layak untuk di coba; mencoba mengkalkulasi, menghitung, membagi, mengurang dan lain lain atas berbagai kemungkinan jika putusan itu diambil kemudian.

Esok hari kemudian, pesan WA sahabat muncul lagi. Mempertanyakan kembali maju atau tidaknya untuk lanjut studi. 'Terpaksa' dijawab saja, tunggu sebentar lagi keputusannya. Kemudian satu atau dua menit, antara kepala dan hati jadi sinkron saling sahut; sang hati keukeuh mau sedangkan sang kepala sama sekali tanpa gerakan. Tapi bukan sekedar tanpa gerakan, lagi-lagi rumus penjumlahan-pengurangan dan pembagian bergelut keras.

Ahirnya, pesan sahabat pun di jawab; Ok, lanjut. Nekat dengan Bismillah.

Disitulah kemudian, dari frasa sederhana "Nekat dengan Bismillah", seperti ada dorongan kuat untuk terus maju. Bismillah sepertinya telah menjadi energi luar biasa untuk optimis, untuk yakin bahwa tidak ada yang kebetulan atas segala hal di muka bumi ini. Bismillah memberikan semacam booster untuk percaya bahwa rezeki itu 'min haiyu laa yahtasiib", datangnya tiba-tiba entah dari mana.

Bismillah telah menjadi energizer yang kuat dan tahan lama, ia menemani dalam setiap kesulitan tugas-tugas, kesulitan mencari buku-buku, kesulitan mencari biaya, kesulitan dalam merangkai kata-kata. Bismillah seperti menjadi tongkat lurus untuk terus maju tanpa terlalu tergoda menatap kebelakang, memikirkan hal-hal menegangkan dan menakutkan. Bismillah terus mengambil alih jalan pilihan untuk menuntaskan pekerjaan besar ini.

Bismillah pula yang mengantarkan ucapan lembut, Alhamdulilah; ketika wisuda, persis tengah dijalani.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Majuuuu.... Ah aku mah belum nekad Dan belum bismillah ung....

06 Sep
Balas

Waktu msh panjang...

09 Sep



search

New Post