Taupik Rohmansyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Nilai Waktu

Waktu itu sesuatu yang rumit tapi mudah dinikmati, enak dijalani. Detik,menit, jam, hari, minggu, bulan, windu, tahun, abad, itulah diantara penamaan waktu yang biasa di lakoni manusia dalam memposisikan dirinya sebagai bagian dari sang waktu. Waktu bisa menjadi apa saja, ia kata benda juga kata kerja, ia kata sifat juga bisa bermakna perintah. Kata waktu tidak mesti di berikan imbuhan apapun untuk menunjukan terjadi perubahan dari kata benda, kerja atau sifat tersebut. Ia berdiri sendiri menjelajahi ruang kehidupan siapapun yang ada di depannya.

Waktu itu membungkus siapapaun, membatasi apapun, mengatur kejadian apapun, menjadi instrumen penting dalam semua gerak langkah alam raya. Waktu bisa di tembus, waktu bisa menembus, waktu mampu mengelola, waktu bisa dikelola. Wangtu bisa menjadi penghalang juga waktu bisa menjadi pembuka rahasia-rahasia. Waktu tidak mampu dikalahkan oleh mahluk apapun di alam raya ini. Waktu itu siklis, berputar begerak teratur. Detik tidak akan pernah melampaui menit, menit tidak mungkin meloncati jam, jam mustahil menerobos hari, begitu seterusnya. Karena siklis, maka perputarannya memperlihatkan beberapa perubahan. Ada perubahan yang tidak terelakan dengan cepat terjadi, ada perubahan yang tidak merubah apapun, ada perubahan yang tidak berpengaruh kepada siapapun dan ada yang tidak berubah namun berpengaruh terhadap segalanya.

Waktu adalah entitas, rahasia alam yang Tuhan berikan dengan segala kompleksitasnya. Waktu adalah kharitas dengan segala fenomena yang melengkapinya. Tuhan Sang Pemilik Waktu bahkan bersumpah dengan atas nama waktu:

Demi waktu, Bahwa Manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran. ( terjemahan Al-Quran, Surat Al- Ashr: 1-3).”

Waktu sebagai Value

Dalam beberapa literature umum, value biasanya di maknai sebagai “something what you really really need” atau sesuatu yang sangat sangat anda perlukan; maka kehadiran value menandakan betapa bahwa value atau nilai memegang peranan penting dalam perubahan waktu. Waktu sangat terkait erat dengan nilai, sebab waktu memberi konsekuensi terhadap langgengya sebuah nilai dalam masyarakat.

Menurut Schwartz (Sanusi:2017), manakala kita berfikir tentang nilai, maka kita berfikir tentang apa yang penting dalam kehidupan kita seperti rasa aman, kemerdekaan, kearifan, keberhasilan, kebajikan, kesenangan. Setiap orang menganut sejumlah nilai dengan tingkat-tingkat arti penting yang berbeda. Nilai tertentu sangat penting bagi seseorang namun tidak penting bagi orang lain.

Kemudian Schwartz memerinci nilai-nilai itu kedalam 10 (sepuluh) nilai dasar manusia, yaitu Kesatu Mandiri, yaitu berpikir dan bertindak independen; memilih, mencifta, dan mengeksplorasi. Kedua, Stimulai yaitu kegembiraan, kebaruan, dan tantanga hidup. Ketiga, hedonism yaitu kesenangan dan pemuasan indrawi untuk dirinya sendiri. Keempat, prestasi yaitu keberhasilan pribadi dengan menunjukan komptensi sesuai dengan standar social. Kelima, kekuasaan yaitu status dan prestise social, kendali dan dominasi terhadap manusia dan sumberdaya. Keenam, keamanan yaitu rasa aman, harmoni, dan stabilitas masyarakat, dalam hubungan dengan orang lain dan diri sendiri. Ketujuh, konformitas yaitu kendala tindakan, kesenangan dan impuls-impuls yang mungkin mengecewakan aau mempermalukan orang lain dan mengabaikan norma dan ekspektasi social. Kedelapan, tradisi yaitu hrmat, komitmen, dan penerimaan adat istiadat dan ide-ide budaya tradisi atau agama. Kesembilan, kebajikan yaitu menjaga dan memperkaya kesejahteraan orang-orang yang bersama diri kita dan sering melakukan kontak pribadi. Kesepuluh, universalisme yaitu memahami, apresiasi, toleransi, proteksi untuk kesejahteraan bersama dan terpeliharanya alam.

Mengartikulasi waktu dan nilai menjadi sesuatu yang penting. Waktu mesti mampu digerakan oleh system nilai untuk melahirkan sebuah tata social yang baik. Waktu akan membuktikan apakah sebuah ‘nilai’ akan terus bertahan atau mengalami perubahan selaras dengan perjalanannya. Jika nilai merupakan universal maka ia bisa diejawantahkan dalam belahan ruang manapun. Jika waktu sebagai sebuah nilai, maka dalam setiap pergantian waktu disitulah terjadi transformasi nilai.

Setiap saat nilai akan terus mengalami perubahan, pertentangan sampai kemudian lahirnya nilai-nilai baru sebagai proses dialektis atas berbagai entitas social yang memiliki variasi nilai-nilai. Namun sesungguhnya, Sanusi (2017), bukan nilainya yang bertentangan, melainkan pelaku yang mengacu pada nilai itu mengaitkan nilai itu dengan kebutuhan, keinginan, kepentingan, tujuan personal, dan kelompok yang membuat nilai itu menjadi saling bertentangan.

Sehingga persoalannya bukan lagi pada seberapa penting kehadiran sebuah nilai bagi kelompok social, namun yang lebih penting adalah bagaimana nilai (value) bisa ejawantah dalam kehidupan nyata menghasilkan bangunan sosial yang ‘beramal shaleh’; sebuah tata kehidupan yang kaya akan nilai, penuh dengan implementasi nilai.

*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post