MAHFUD EFENDI

The author is an English teacher of MTsN 5 Tulungagung who has worked since 2005. He has earned under graduate and graduate program of English in STAI...

Selengkapnya
Navigasi Web

SAYA MINTA MAAF

Oleh. Mahfud Efendi

Biasanya momen Idulfitri selalu dinanti. Banyak waktu untuk memperbaiki diri dan relasi. Merekatkan kembali tali silaturrahmi. Tetapi semua itu sulit terjadi pada lebaran tahun ini.

Dahulu ketika anak-anak hari raya Idulfitri adalah harapan untuk mendapat "angpao" sebanyak-banyaknya. Mengumpulkan rupiah demi rupiah dari uang "saku" dari tetangga, saudara atau teman yang dikunjungi. Momen itu juga adalah waktu makan jajanan gratis. Enak dan banyak ragam pilihannya. Menu yang hanya disediakan secara percuma saat lebaran. Momen-momen itu uang melekat pada ingatan dan dirindukan semua anak tentang lebaran.

Namun, berbeda kini keadaannya. Idulfitri adalah waktu introspeksi diri tentang ibadah puasa Ramadan yang dilakukan. Sejauh mana terget ibadah di bulan sebelumnya itu sudah tercapai. Kekurangan atau kesalahan apa yang pernah dilakukan selama satu tahun sebelumnya. Sudahkan dirinya kembali suci di momen yang fitri itu. Masih banyak lagi refleksi yang bisa dilalui saat kumandang takbir kemenangan menggema. Justru momen itulah yang istimewa ketika sudah dewasa, tidak anak-anak lagi.

Refleksi melahirkan kesadaran bahwa kelemahan yang banyak terjadi berkaitan dengan hubungan manusia. Kesalahan yang tidak sengaja ketika bercanda dan bercengkrama di tempat kerja. Kesalahpahaman dan miskomunikasi dengan saudara dan tetangga. Kejadian itu terasa sangat mengganjal di hati. Seperti seonggok kotoran di ruang yang suci. Sangat mengganggu, utamanya saat momen Idulfitri. Karena itu maka silaturrahmi untuk memperbaiki kesalahan pribadi dalam konteks sosial ini menjadi penting. Hal itu sangat mungkin terjadi pada hari raya Idulfitri.

Tidak jarang momen lebaran digunakan untuk sambang ke sanak saudara. Selain untuk menghapus dosa juga untuk merekatkan hubungan kekeluargaan yang mungkin renggang karena kesibukan. Tidak pernah tegur sapa, apalagi bercengkrama dalam suasana ceria. Duduk santai, ngobrol asyik sambil minum teh atau kopi plus camilan jajanan lebaran sangat ampuh merekatkan hubungan. Belum lagi ada makanan khas lebaran, ketupat dan opor ayam. Rasanya momen itu bisa meleburkan kebekuan hubungan kekeluargaan. Hal itu sangat mungkin terjadi saat momen lebaran.

Namun, situasi lebaran tahun ini berbeda. Ada kesulitan untuk mewujudkannya. Sama seperti kondisi lebaran tahun kemarin ketika Pandemi mulai melanda. Ada himbauan dari pemerintah untuk tidak open house, untuk menutup pintu, menghindari halal bi halal menyebabkan semua orang berusaha menahan diri. Mengurangi bahkan meniadakan acara "sambang" atau "dolan" lebaran.

Situasi ini tentu tidak nyaman. Mau silaturrahim tapi tidak tenang, menahan diri pun tidak senang. Tapi inilah keadaan. Karena itu, ada kata "maaf" tidak terucapkan karena kurang nyaman ini. Begitu pula saya minta maaf kepada keluarga, tetangga, saudara, dan kolega karena tidak bisa silaturrahim seperti tahun-tahun sebelumnya.

Semoga tahun depan bisa normal kembali seperti sebelum adanya Pandemi. Lebaran menjadi ajang merekatkan persaudaraan.

Depok, Santika Hotel, 20 Mei 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post