Teddy Yudhistira Nugraha, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Jalan Panjang & Berliku Blended Learning di SMKN 1 SITUBONDO

Jalan Panjang & Berliku Blended Learning di SMKN 1 SITUBONDO

Kamis, 25 Juni 2020 Mengubah Perilaku Belajar Saat Pandemik Covid19: Jalan Panjang dan Berliku Blended Learning di SMK Negeri 1 Situbondo   Abstrak: Tulisan ini bagian dari pengalaman saya dalam perjalanan mengenalkan pola belajar dengan menggunakan blended learningpada sesama guru di lingkungan SMK Negeri 1 Situbondo. Fokus pada gagasan-gagasan yang bersifat inovatif yang dijalankan oleh saya. Semua gagasan ini telah saya lakukan berdasarkan hasil survei dan observasi SMKN 1 Situbondo. Karya tulisan ini tentu masih banyak kekurangan dalam berbagi pengalaman di masa pandemi covid-19.    Kata Kunci: belajar dan mengajar, Blended learningsmartphone            Berawal pada tahun 2016 saat saya harus kembali masuk perguruan tinggi guna menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya yaitu pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Malang tepatnya di program studi Magister Pendidikan Olahraga. Hal pertama yang membuat saya takjub adalah banyaknya perubahan-perubahan pada perguruan tinggi ini baik dari sarana dan prasarananya juga sistem akademik mahasiswanya yang terpusat pada satu website yang di dalamnya ada Sistem Kalender Akademik (Siakad.UM). Untuk mahasiswa saat ini mungkin bukan hal yang baru akan tetapi bagi saya pribadi adalah pengalaman baru maklum saya juga alumni Universitas Negeri Malang tahun 2002. Singkat cerita semua hal yang berkaitan proses belajar dan lain sebagainya bisa dilakukan, dikerjakan dan dilaksanakan melalui smartphone yang saya pegang. Proses belajar setiap harinya pasti tidak lepas dengan pembuatan dan menyusun jurnal, presentasi dan diskusi adalah makanan sehari-hari.                  Jika dosen tidak hadir maka kegiatan perkuliahan harus tetap berjalan dengan cara mendokumentasikan dalam bentuk file video kemudian dikirimkan kepada dosen yang bersangkutan melalui platform WhatsApp atau email bahkan tak jarang pula mencoba melakukan video call. Saya bersyukur ada mata kuliah pembelajaran blended learning oleh Dr. Wasis D Dwiyogo, M.Pd. Beliau adalah salah satu master dalam pembelajaran ini, cukup banyak buku yang telah di tulis dan dicetak terutama yang berkaitan dengan pembelajaran blended learning. Beliau menyampaikan suatu saat nanti pada masa yang akan datang bahwa dunia pendidikan akan beranjak pada pola-pola baru salah satunya adalah mencampurkan atau memblender semua pola-pola pembelajaran (tatap muka, onlineoffline) bahkan dalam hal tatap muka bisa cukup dilakukan di dunia virtual tanpa harus hadir dalam ruang dan tempat sama.          Pengalaman belajar di jenjang Magister tentunya membentuk karakter yang kuat dalam hal bertindak, menemukan dan mencoba suatu hal yang baru harus betul-betul ada dasar dan data pendukungnya. Minimal data survei sebagai acuan untuk melanjutkan gagasan-gagasan tersebut. Mulailah misi dalam pengenalan sekaligus pembiasaan pada siswa bahwa smartphone yang dimilikinya bisa berguna lebih, tidak hanya sekedar digunakan sebagai telepon atau komunikasi, chat dan kirim gambar di medsos, menyimpan file photo dan video. Perjalanan seperti yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa mencoba mengenalkan hal baru pada teman-teman guru khususnya pola-pola belajar dengan memanfaatkan teknologi sangat sulit sekali. Ada 4 orang saja yang mau mencoba tetapi kemudian akhirnya kembali dengan pola lama dan yang konsisten dengan hal baru tersebut hanya 1 orang saja. Saya tidak patah semangat untuk terus memberikan bukti dan contoh bahwa dunia pendidikan di luar sana jauh lebih berkembang lagi dan sebenarnya kami semua menyadarinya bahwa selama ini hidup berdampingan dengan teknologi yang terus mengalami perkembangan.          Singkat cerita saya uji cobakan pada beberapa kelas yang saya ajar dengan melakukan pendataan jumlah siswa yang memiliki smartphone dan spesifikasinya yang dapat mendukung rencana tersebut. Hasil dari pendataan tersebut luar biasa hampir 98 % siswa yang saya ajar itu menggunakan smartphone dengan rata operasi sistemnya (OSandroid versi 7 atau dikenal Nougad. Setelah pendataan selesai rencana pun mulai dijalankan dengan mengenalkan platform google yaitu google classroom dan google form untuk melakukan proses penilaian. Sebenarnya pertengahan tahun 2016 saat saya masih aktif kuliah, penggunaan google classroom dan google form telah saya kenalkan dan digunakan tetapi tidak sering. Mengapa demikian karena saya harus membagi waktu 3 hari kuliah reguler di Malang dan 3 hari sisanya saya harus berada di SMK Negeri 1 Situbondo. Dalam perjalanannya khusus kelas yang saya ajar sudah tidak asing dengan penggunaan smartphone yang didalamnya ada google classroom dan untuk melakukan penilaian kognitif saya selalu menggunakan google form. Proses belajar mengajar berlanjut dengan membuat video pembelajaran, membuat dan mengunggah laporan kegiatan berupa file word yang kemudian di konversi dalam bentuk pdf, membuat e-book dan masih banyak lagi lainnya.                     Setiap melakukan tes penilaian kognitif saya selalu memberikan tipe soal multiple choice atau pilihan ganda karena hasil tes siswa dapat langsung dilihat dan saya pun lebih mudah mendapatkan tanpa harus mengkoreksi dan memberikan nilai satu persatu, kemudian berkaitan dengan analisis soal, pengayaan dan evaluasi ulang bagi yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan dengan mudahnya saya peroleh. Mudah praktis dan efisien itu yang akhirnya kembali saya coba untuk mengajak teman-teman guru untuk mulai merubah pola mengajar konvensional yang hanya terfokus pada tatap muka saja menjadi belajar dengan blended, akan tetapi teman pendidik masih tetap bersikukuh bahwa proses penilaian itu butuh kehadiran seorang pendidik di dekatnya serta harus dalam satu ruang dan di waktu yang sama.          Belajar dan mengajar dengan pola-pola baru dalam menghadapi siswa terutama di era milenial ini tentunya menjadi keinginan siswa agar tidak monoton seperti itu-itu saja. Memang untuk SMK berbeda dengan SMA dimana pada sekolah kejuruan siswanya lebih banyak pada mata pelajaran keahliannya kemudian langsung bersinggungan dengan keterampilan. Mencatat, mendengarkan dan berdiskusi adalah hal biasa bagi siswa saat memberikan materi berupa teori-teori keterampilan. Sedikit sindiran buat teman-teman guru sekolah saya bahwa smartphone yang kita pakai adalah benar-benar Smart akan tetapi penggunanya belum tentu smart idealnya harus lebih Smart. Candaan tersebut selalu saya munculkan dan beberapa guru tersebut yang tidak mau beranjak ke era digitalisasi ini hanya tersenyum-senyum saja.          Hingga akhirnya seperti yang diramalkan dan di sampaikan oleh beliau bapak Dr. Wasis D Dwiyogo, M.Pd terjadi benar adanya bersamaan dengan adanya pandemik atau wabah Virus Corona (Covid-19) yang mengharuskan kita mengikuti protokol kesehatan dan membantu mengurangi serta memutus mata rantai covid-19 dengan cara physical distancing dan social distancing. Dari sinilah semua guru atau pendidik tergugah dengan mau tak mau untuk mengikuti protokol kesehatan tersebut, lalu bagaimana dengan proses belajar dan mengajarnya. Otomatis seorang guru di tuntut untuk bisa mengikuti arus perubahan tersebut tidak seperti yang biasa dilakukannya.           E-learning menjadi bagian pertama yang disampaikan oleh kementerian pendidikan agar proses belajar dan mengajar yang ada disekolah terus berlanjut, dengan kata lain pemberian materi secara online bisa diberikan. Menjadi tantangan sekaligus permasalah baru serta adanya hambatan-hambatan selama ini akan muncul baik di posisi guru maupun siswa. Saya pun mencoba memetakan yang berkaitan dengan tantangan, masalah dan hambatan-hambatan itu. Tantangan tersebut adalah (1) waktu yang harus banyak saya korban kembali guna membantu teman-teman guru yang tidak terbiasa dengan perangkat elektronik seperti laptop, jaringan internet dan pemanfaatan smartphone yang maksimal, (2) mengenalkan dan menyematkan aplikasi apa saja yang sederhana yang bisa di gunakan seorang guru khususnya di smartphone, (3) maraknya penggunaan videocall dan teleconferen yang juga awam bagi beberapa guru. Berikutnya masalah yang timbul dari perubahan ini adalah (1) ketidaktahuan beberapa guru yang berkaitan dengan smartphone yang di gunakan pada saat interaksi begitu lambat atau bahkan terjadi kemacetan pada sistemnya. Hal ini saya harus memberikan penjelasan kembali akan spesifikasi smartphone dan beberapa aplikasi yang mendukung proses belajar serta kapasitas ruang penyimpanan data, (2) proses bagaimana berjalannya suatu sistem pada smartphone dengan operasi sistem android yang mewajibkan pemiliknya harus memiliki dan membuat akun gmail, pada saat semuanya layanan google yang tersemat di smartphone masih belum sinkronisasi. Artinya pada saat membuka salah satu aplikasi dari google yang akan diminta memasukkan akun gmail dan password pasti sudah kebinggungan. Setelah di telusuri lebih jauh bahwa pemilik smartphone membuat akun gmail umumnya dibuatkan oleh penjual atau pegawai dari toko smartphone itu sendiri. Kemudian berkaitan dengan hambatan yang umum terjadi adalah (1) jaringan internet yang tidak baik pada beberapa wilayah baik di posisi guru maupun siswa, (2) menjadi masalah baru bagi guru dan siswa yang sama-sama awan dengan beberapa aplikasi yang selama disekolah maupun di rumah belum pernah dilakukan, (3) masalah paket data yang tidak semuanya cukup untuk melakukan interaksi secara langsung baik pada guru maupun siswa, artinya membutuhkan kuota besar saat melakukan videocall, (4) masalah yang tidak semuanya siswa mempunyai smartphone akan mencari alternatif lain agar seorang siswa tidak ketinggalan pelajarannya, (5) masalah semua mata pelajaran dalam hal pemberian tugas yang membuat siswa jenuh tanpa ada materi yang disampaikan sebelumnya, dan lain sebagainya.          Seiring dengan berjalannya waktu bahwa proses belajar dengan hanya online saja sudah bisa dirasakan ada kejenuhan yang luar biasa baik pada siswa, guru maupun orang tua dalam masa pandemi virus corona ini. Tatap muka langsung terutama pada mata pelajaran olahraga sangat berbeda sekali dan sangat terasa, hal ini mungkin tidak bisa di rasakan oleh mata pelajaran lain. Pada akhirnya saya pun setuju dan menyarankan pada semua guru PJOK khususnya saya pribadi bahwa dengan pola belajar berbasis blended learning lebih pas diterapkan apalagi pada masa sekarang ini. Besar harapan kita semua bahwa wabah yang saat ini terjadi dapat di kendalikan dan ditemukan vaksinnya agar kita semua kembali kepada aktivitas normal seperti sebelumnya. Pesan yang dapat saya sampaikan adalah cobalah kita berpikir dan bersikap sejenak, dengan mengikuti semua protokol kesehatan yang di wajibkan merupakan bentuk sikap dari ketidakpedulian dan egoismelah yang akan menjadi petaka pada sesama manusia dan seluruh lingkungannya.    DAFTAR RUJUKAN    Dwiyogo, W.D. 2016. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Model Rancangan Pembelajaran dan Hasil Belajar Pemecahan Masalah. Malang. Wineka Media.    Sukoco, Munir. 2020. Covid-19 dan Transformasi Ekonomi RI. Jawa Pos: Opini    Trisnawati, Yunita. 2020. Siswa Berperan Sebagai Guru dan Contoh Strategi Pembelajaran. Memo X. Koran Regional Jawa Timur: Interaksi    Curriculum Vitae  Teddy Yudhistira Nugraha adalah putra pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Ayah yang bernama (Alm) Soetoyo dan seorang ibu Retno Harmini. Lahir di Situbondo tanggal 30 Maret 1980. Masuk dunia pendidikan sejak 1986 di SDN 1 Mimbaan Situbondo kemudian melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu SMPN 2 Situbondo pada tahun 1992 kemudian masih kembali melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu SMAN 2 Situbondo 1995. Pada tahun 1998 masuk di Perguruan tinggi Universitas Negeri Malang dan menyelesaikan pada tahun 2002 di program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Tahun 2019 menyelesaikan program Magister pada Prodi Pendidikan Olahraga di Universitas Negeri Malang. Mulai tahun 2008 telah mengabdi di SMK Negeri 1 Situbondo sampai saat ini. Tempat tinggal Jalan Gunung Raung 5 No.8 Komplek Perum Panji Permai, Situbondo – Jawa Timur. HP/WA. 085330728777, [email protected]
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post