Teguh Hariawan

Guru fisika SMA, pecinta sejarah. Juga jadi Kepala Sekolah. Tinggal di kaki Gunung Welirang, Tretes Prigen Pasuruan. Hobi blusukan ke objek cagar budaya...

Selengkapnya
Navigasi Web
SITUS KOLAM PENATARAN, BUKAN TEMPAT PESUGIHAN

SITUS KOLAM PENATARAN, BUKAN TEMPAT PESUGIHAN

Mendung bergelayut di atas Candi Penataran, Nglegok, Blitar. Pengunjung yang melimpah jadi betah berlama-lama memenuhi hampir seluruh penjuru dan pelataran kompleks candi terbesar dan terluas di Jawa Timur ini. Maklum lagi libur lebaran. Ada yangbercengkerama. Ada yang sekedar duduk-duduk di batu candi. Banyak pula rombongan keluarga yang mengitari setiap sudut pelataran candi. Pastinya, ajang selfi tak pernah terlewatkan. Padahal, jika tidak mendung, sengatan mentari pasti akan membuat pengunjung segera menepi. Berlindung dibalik rimbun-rimbun. Terpaan matahari dan sumuknya Blitar kadang tidak bisa kompromi.

Saya pun demikian. Mumpung lagi mendung, berlama-lama saya sendirian berjalan ke sana kemari. Mencoba menikmati karya para silpin (pembuat candi) jaman klasik yang terhampar di kaki Gunung Kelud ini. Nampak, ada bekas pondasi bangunan pendopo (bale). Umpak-umpak batu yang tertata rapi. Ada arca-arca penjaga pembawa gada. Ada pula arca-arca perwujudan. Yang kaya makna tentu saja deretan relief di dinding candi yang entah apa ceritanya.

Saya memotret candi kecil berukir ular naga di tubuh candinya. Tak mau kalah, sayapun naik turun Candi Penataran, candi berteras tiga yang dindingnya dihias ornamen dan panil relief yang luar biasa indah. Termasuk pula sebuah prasasti batu yang diberi cungkup yang menurut para ahli epigrafi, banyak memuat riwayat dan silsilah pembangun Candi Palah, nama kuno Candi Penataran.

Lempar Koin di Kolam Berelief

Akhirnya, langkah kaki mengarah ke pojok kanan pelataran candi. Saya mengikuti sebuah tangga turun. Beberapa bagian tangga tersusun dari batu andesit, Batu gunung untuk membuat candi. Kemudian belok ke kanan. Dari jauh nampak banyak pengunjung mengitari sebuah kekunoan. Saya pun ikut nimbrung di dekat kekunoan ini. Ya, ini adalah sebuah kolam kecil berbentuk bujur sangkar yang selalu berair, walaupun di musim kemarau.

Kekunoan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Candi Penataran. Maka, setiap ke Candi Penataran, kolam ini selalu saya kunjungi. Sekedar membuat dokumentasi. Terutama memotret deretan relief-reliefnya yang menyajikan sebuah cerita. Jangan-jangan reliefnya sudah pada aus atau dicungkil maling.... he he he (Cerita relief kolam ditulis di artikel lain ya.....sabar).

Klenik

Sesaat kemudian datang sepasang sejoli mendekati kolam. Mereka berdiri di atas bibir kolam. Lalu, plung.....plung.....Dengan santainya mereka melempar-lempar koin ke dalam kolam. Oooo.... ini ternyata yang tadi bikin saya penasaran. Saat asyik memotret kolam tadi, saya agak heran. Kok di dasar kolam berair jernih dimana ikan-ikan berwarna hitam bersliweran, banyak uang logam. Koin-koin keperakan itu nampak masih baru jatuh ke kolam. Saya tak tahu, apakah ikan-ikan berwarna hitam dan seekor lele Dumbo yang terdiam di dasar kolam ini terganggu dengan aktifitas ini.

Tak lama kemudian, datang lagi serombongan pelancong. Seorang ibu dan beberapa anaknya. Dengan riang anak-anak kecil itu mendekat dan turun ke kolam. Berlima mereka memasuki bilik kolam. Lalu, si kecil pun mulai beraksi. Dari kantung plastik yang dipegang di tangan kirinya, dia mengeluarkan sesuatu. Ternyata uang logam juga. Dan, plung.....plung...plung... diapun asyik melempar koinnya ke dalam kolam. "Ritual" ini pun diikuti saudara dan orangtuanya.

Mistik dan Klenik

Kejadian unik ini tak pernah saya temui secara langsung sebelumnya. Akhirnya, untuk mengobati rasa penasaran, saya mendekati pak tua yang berjualan makanan kecil di dekat kolam. "Kenapa kok banyak yang melempar uang logam ke kolam ini?" Dari uraian beliau, saya simpulkan adanya Mitos. Barangsiapa melempar koin ke dalam kolam akan bertambah rezeki. Alias sugih (kaya). Ada pula yang mengatakan dan percaya, saat melempar koin sambil menyebutkan keinginan, maka keinginannya akan terkabulkan. Lhadalah...... kok jadi begini ?

Begitulah salah satu keunikan dan kebiasaan sebagian masyarakat kita. Tapi, sungguh, sangat disayangkan jika "ritual" seperti ini terus dilaksanakan. Lebih miris lagi, saat melihat "ritual" ini juga dilakukan anak-anak usia muda atas "petunjuk" dan "ijin" orangtua mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

budaya semacam ini yg mmbuat kita makin tertinggal.

22 Jun
Balas

seyogyanya hal seperti ini segera ditinggalkan.. salam

23 Jun

Tanpa ilmu orang bisa terjebak dalam kemusrikan yang nyata. Astagfirullah.

22 Jun
Balas

begitulah pak... semoga tidak berkelanjutan....salam

23 Jun

he..he iya Pak.... Lhadalah...mistik n kleniknya itu loh pak... Bukankah untuk bisa kaya harus berdoa n berjuang / kerja keras bukan memasukkan uang koin...he..he smoga tidak berkelanjutan...

22 Jun
Balas

yg bikin ngeri, sejak usia dini ada orangtua yang tanpa sadar sudah menjarai anak-anaknya...... semoga tidak berkepanjangan

23 Jun



search

New Post