#TantanganGurusiana Hari ke-25

Bersama Keluarga

Udara Ahad pagi segar sekali, meski tidak terlihat embun embun yang menempel di kaca jendela saat di lantai dua. Tetapi cukup menenangkan hati kecil ini.

Bersama mereka adalah sesuatu yang jarang dilakukan. Apalagi di hari kerja dari Senin hingga Sabtu.

Merasakan tawa senyum mereka yang kadang membuat hati gerah atas kelakuan anak balita. Bagaimana tidak? polah tingkah mereka yang menjadi riuh isi ruang keluarga. Stay at Home, saya penuhi sejak pagi hingga habis isya malam ini.

Di dalam situs www.ruangmuslimah. com dikatakan hendaknya seorang ayah memperhatikan pembelajaran keluarga dan anak-anaknya. Dengan memberikan pembelajaran kepada anaknya bisa kapan saja. Bisa saat dalam perjalanan, di mobil, dan tidak terfokus didalam rumah. Terutama mengajari anak-anaknya perkara agama.

Maka menjadi suatu keharusan bagi seorang ayah untuk mengetahui permasalahan agama, paham halal dan haram, memahami berbagai kiat mendidik, prinsip-prinsip akhlak, dan kaidah-kaidah syari’at. Apabila dia telah mengetahui hal tersebut, maka dia harus mempelajari berbagai persoalan agama. Hal ini dimaksudkan agar ayah dapat beribadah kepada Allah berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.

Ketika anak masih kecil, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk. Yang ada dalam dirinya adalah perasan senang yang mendorongnya untuk mengetahui orang yang mengarahkan dan membimbingnya hingga anak hidup dalam pengaruh orang yang membimbingnya. Apabila pengaruh pembimbing dan pengarah perilakunya tidak ada, maka anak akan tumbuh dalam kebingungan, motivasi, dan kepribadian yang lemah.

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Hafizhohullah menjelaskan bahwa ayah sebagai penanggung jawab terbesar dalam rumah tangga berkewajiban mendidik keluarga serta putra-putrinya untuk mentaati Allah. Ia berkewajiban menumbuh kembangkan semua anggota kelurganya berdasarkan asas ketaatan kepada Allah. Dan senantiasa untuk mengiringinya dengan doa. Sebab di antara do’a-do’a yang dilantunkan oleh para nabi, adalah do’a khusus untuk kebaikan anak-anak dan keturunananya. (Taujihaat Al-Muhimmah Lisy Syabaabil Ummah, hal. 15-16).

Di rumah peran Ayah ibarat kepala sekolah, dan ibu sebagai guru. Ayah berperan sebagai seorang konseptor yang merancang kurikulum dan ibu sebagai guru pelaksana. Sehingga lahir para alumni yang baik. (Sumber: Bimbinganislam)

Maka dari itu, lakukanlsh sekarang, waktu tidak akan kembali, kita memilih bersama mereka atau waktu yang akan membentuk mereka. Bersama mereka adalah waktu yang tidak bisa tergantikan. Jadikan kebersamaan hari ini menjadi suatu kisah klasik di masa depan.

Layaknya sebuah lagu dari Sheila on 7 dalam album Kisah Klasik Untuk Masa Depan yang dirilis pada tahun 2000.

Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali Kita berbincang tentang memori di masa itu Peluk tubuhku usapkan juga air mataku Kita terharu seakan tidak bertemu lagi

Bersenang-senanglah Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan Bersenang-senanglah Kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua

Reff: Sampai jumpa kawanku S'moga kita selalu Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan Sampai jumpa kawanku S'moga kita selalu Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan Di hari nanti...

Ke: Reff

Mungkin diriku masih ingin bersama kalian Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian.

#TantanganGurusiana #harikeduapuluhlima ____ Tegal, 5 April 2020

Salam Literasi

TOM