Teguh Maulana, S. Pd.

Lahir di desa Kajen Kecamatan Talang Kabupatèn Tegal. Seorang guru di SMP Muhammadiyah Dukuhturi. Memiliki motto Pengetahuan adalah Kekuatan dan masih be...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jiwa Seni yang Tersembunyi

Jiwa Seni yang Tersembunyi

#TantanganGurusiana

Hari ke-2

Jiwa Seni yang Tersembunyi

Angin pagi berkawan semilir seribu rindu, akankah nikmat Tuhan yang tak terbatas jumlahnya dapat terbayarkan. Berbagai nikmat didapatkan sepanjang nyawa masih dikandung badan tetapi kita sebagai manusia sering melupakan hal yang sangat esensi sekali dalam hidup ini.

Satu Rabu telah berlalu, saat guru yang mengajar seni tentang seni rupa memberikan sebuah pekerjaan rumah yang sangat sederhana. Berulang kali bahkan lebih dari tiga kali pengulangan kata demi kata, pesan tersurat maupun tersurat.

Isi pesan sangat jelas sekali, bahkan pesan yang disampaikan tidak membebani untuk siswa kelas menengah pertama, pesan tersebut adalah Rabu depan setiap dari kalian membawa sebuah pensil, penghapus, penggaris dan selembar kertas gambar. Pesan yang mudah diingat, bukan?

Hari H pun telah datang di depan mata, saat guru menyilakan untuk memulai menggambar sebuah tema yang sengat sederhana sekali. Perintahnya ialah menggambar dengan tema manusia dengan alam benda. Tema yang pasti setiap insan dapat memahaminya.

Apatah yang tak terkira, ada saja siswa yang belum paham. Yang lebih tragis lagi dan menjadi cermin bagi saya pribadi, ada siswa yang tidak membawanya. Ya, ada siswa yang tidak membawa peralatan untuk berekplorasi bagi dirinya sendiri untuk berseni ria.

Menggambar ternyata belum dapat menggugah ia sebagai siswa untuk beranjak dari tidurnya. Padahal materi untuk menggambar, satu dari mereka tidak menyiapkannya. Ia memilih berdiam diri dalam angan masing-masing ego yang entah tak dapat diukur kemauannya.

Seni adalah ekspresi untuk meluangkan isi hati yang tersembunyi dan yang masih bersemayam dibalik ketidaktahuan akan pentingnya untuk berbuat sesuatu bagi diri sendiri.

Menggambar adalah kegiatan yang tidak membutuhkan banyak elemen dan variabel yang sulit menurut saya, namun ada siswa yang lebih suka menggenggam tangannya, lebih suka tidak berbuat sesuatu.

Bagaimana ia dapat mengetahui kemampuan yang tersembunyi jika belum dikerahkan pada saat itu. Bagaimana ia mampu mengukur batas kreatifnya jika tidak mau menorehkan segaris atau macam garis di atas selembar kertas putih yang berukuran A3. Bagaimana ia bisa mengetahui ia memiliki bisa yang mampu membuat orang lain terkesima bila tidak mau membuat titik-titik noda hitam di atas selembar buku gambar, bahkan di atas kanvas.

Dimana seni yang ia miliki saat ini. Dimana hasrat yang ia mampu melebarkan sayap-sayap pemahaman tentang seni. Dimana seni yang ia dapat dikembangkan lebih hebat jika tidak dilakukan sekarang. Mengapa harus menunggu bila sesuatu itu dapat dilakukan pada momen kelas menggambar.

Ia mungkin lupa atau tidak mengerti bahwa waktu, sempat, tempat, guru, teman, dan kenyamanan sudah ada di depan mata tetapi ia lebih memilih melakukan hal yang tidak penting saat pembelajaran di dalam kelas. Aneh memang anak zaman sekarang, masih bingung dalam melakukan sesuatu yang baik. Sehingga dalam hati berfikir dan merasa resah, inikah produk yang akan ada di masa depan? Ataukah saya belum sinkron dengan apa yang ia mau dan apa yang aku mau?

Namun di sela-sela pertemuan itu hari ini, terima kasih Tuhan, masih ada siswa yang mau berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri, mungkin hanya ia yang tidak mau, sehingga jangan sampai saya pribadi mengorbankan siswa yang lainnya. Ibarat telor yang dierami oleh induknya, mungkin tidak berhasil seratus persen menetas menjadi itik. Sehingga solusi yang ada adalah memisahkan telor yang gagal tersebut ke tempat yang lain agar ia dapat berfungsi untuk dirinya sendiri. Semoga.

Waktu pun berlalu dengan sendirinya, tanpa diminta berhenti atau diminta kembali. Pasti ada siswa yang memiliki jiwa seni yang tersembunyi. Mungkin simpul-simpul syarat yang dipunyai belum dirangsang secara simultan, mungkin juga begitu.

Bel usai pelajaran pun berbunyi kembali. Saatnya undur diri, dengan kalimat hamdallah di dalam kelas untuk mengakhiri pertemuan tersebut. Mungkin dengan pemberian tugas untuk melanjutkan di rumah saja, gambar akan menjadi lebih sempurna. Harapan harus tetap ada bagi mereka yang mau berbuat untuk Indonesia berkemajuan yang memiliki akhlak yang mulia.

#TantanganGurusiana

#harikedua

____

Tegal, 2 September 2020

Salam Literasi

テグハ まうぁな

Olankraden

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post