TEGUH WIDODO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TIPAS KARPET UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI  BANGUN RUANG SISI DATAR PESERTA DIDIK KELAS VIII-C  SMP NEGERI 3 PURWOREJO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TIPAS KARPET UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BANGUN RUANG SISI DATAR PESERTA DIDIK KELAS VIII-C SMP NEGERI 3 PURWOREJO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Abstrak: rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses pembelajaran, peningkatan kompetensi bangun ruang sisi datar, perubahan perilaku, dan tanggapan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan tipas karpet. PTK ini dilakukan dalam tiga siklus. Proses pembelajaran berjalan kondusif, terjadi pembelajaran sebaya, peserta didik berani mengemukakan pendapat, dan memberikan tanggapan positif. Rata-rata hasil ulangan kondisi awal sebesar 67,00; siklus I sebesar 75,17; siklus II sebesar 80,33; dan siklus III sebesar 82,50. Persentase ketuntasan belajar kondisi awal sebesar 16,67%; siklus I sebesar 41,67%; siklus II sebesar 66,67%, dan siklus III sebesar 87,50%.

Kata Kunci: tipas karpet, kompetensi belajar, dan bangun ruang sisi datar.

PENDAHULUAN

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan berdampak pada peningkatan kompetensi yang dikuasai oleh peserta didik. Banyak cara yang dilakukan guru agar pembelajaran yang berlangsung sangat menarik bagi peserta didik. Istilah model pengajaran menurut Lambas (2004; Modul 26: 04) mempunyai empat ciri khusus yaitu rasionel teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya; tujuan pembelajaran yang akan dicapai; tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Pembelajaran dirancang agar mengaktifkan dan mengembangkan kreatifitas peserta didik sehingga menarik dan kontekstual yang pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensinya.

Hasil ulangan materi kubus, balok, prisma tegak, dan limas pada peserta didik kelas VIII-C dimungkinkan kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan 2 KD sebelumnya yang cenderung menurun. Selain itu, pada saat pembelajaran berlangsung, peserta didik cenderung pasif. Jika guru mengajukan pertanyaan, peserta didik tidak segera merespon. Peserta didik masih belum mau berbagi jawaban terhadap teman-temannya. Dia lebih senang menyimpan jawabannya untuk diri sendiri dari pada harus berbagi jawaban dengan teman–teman sekelasnya.

Berdasarkan hal tersebut evaluasi pembelajaran bangun ruang sisi datar sebagai usaha meningkatkan kompetensi peserta didik perlu dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pembelajaran tutor sebaya yang mengoptimalkan kemampuan peserta didik dengan metode kipas karpet. Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimanakah pembelajaran menggunakan tipas karpet untuk meningkatkan kompetensi bangun ruang sisi datar peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo semester II tahun pelajaran 2011/2012? 2) bagaimanakah peningkatan kompetensi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan tipas karpet peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo semester II tahun pelajaran 2011/2012? 3) bagaimanakah perubahan perilaku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran menggunakan tipas karpet pada materi bangun ruang sisi datar peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo semester II tahun pelajaran 2011/2012? dan 4) bagaimanakah tanggapan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran menggunakan tipas karpet pada materi bangun ruang sisi datar peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo semester II tahun pelajaran 2011/2012?

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mendiskripsikan proses pembelajaran menggunakan tipas karpet untuk meningkatkan kompetensi bangun ruang sisi datar peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo semester II tahun pelajaran 2011/2012; 2) mendiskripsikan seberapa besar peningkatkan kompetensi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan tipas karpet peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo semester II tahun pelajaran 2011/2012; 3) mendiskripsikan perubahan perilaku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran menggunakan tipas karpet pada materi bangun ruang sisi datar peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo semester II tahun pelajaran 2011/2012, dan 4) mendiskripsikan tanggapan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran menggunakan tipas karpet pada materi bangun ruang sisi datar peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo semester II tahun pelajaran 2011/2012.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Tipas Karpet

Tipas Karpet merupakan akronim dari Thing Pair and Share - Kartu Poin dan Kredit. Menurut Ibrahim (2000:27) strategi Thing Pair and Share (TPS) tumbuh dari penelitian pembelajaran dan waktu tunggu pembelajaran. TPS mula–mula dikembangkan oleh Frank Lyman dkk di Universitas Maryland pada tahun 1985. TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang mempunyai struktur yang sederhana sebagai salah satu dasar dari perkembangan kelas kooperatif. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Dalam pembelajaran TPS terdapat 3 (tiga) tahapan utama, yaitu: tahap 1: Think (Berpikir); tahap2: Pairing (Berpasang), dan tahap 3: Sharing (Berbagi). Langkah–langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran TPS adalah: langkah 1, guru mengajukan pertanyaan; langkah 2, peserta didik berfikir secara individual; langkah 3, setiap peserta didik mendiskusikan hasil pemikiran dengan masing–masing kelompoknya; Langkah 4, Peserta didik berbagi jawaban dengan seluruh kelas, dan langkah 5, menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.

Karpet merupakan kepanjangan dari Kartu Poin dan Kredit. Berbentuk kartu yang terbuat dari kertas manila atau kertas asturo. Dalam penelitian ini, kartu poin maupun kartu kredit berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang sekitar 5 cm dan tinggi sekitar 8 cm. Untuk kartu poin menggunakan warna merah, sedangkan kartu kredit menggunakan warna biru. Manfaat dari kartu poin maupun kartu kredit adalah sama, yakni untuk memberikan hadiah atau penghargaan atau jasa kepada sesama peserta didik yang telah memberikan jawaban kepada temannya. Sebelum pembelajaran dimulai, guru membagikan Kartu Poin kesemua peserta didik masing-masing menerima 2 (dua) lembar dan juga membagikan LKS untuk dikerjakan. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengerjakan LKS untuk waktu yang dibatasi. Jika ada anak yang belum selesai atau belum menemukan jawaban dari LKS sampai waktu yang telah ditentukan, maka ia dapat menanyakan jawabannya kepada teman yang lainnya dengan aturan setiap anak yang menanyakan jawaban pada teman yang lain sambil membayar dengan menggunakan kartu poin kepada teman yang ditanya. Apabila kartu yang ada di tangan sudah habis, dapat minta kartu lagi pada guru dan guru memberikan kartu kredit yang diminta peserta didik. Banyaknya kartu kredit yang diminta oleh peserta didik tidak terbatas tergantung pada banyaknya soal yang belum dapat ia kerjakan. Banyaknya kartu kredit maupun kortu poin yang dimiliki oleh seorang anak pada akhir proses pembelajaran merupakan reward yang diperoleh oleh anak tersebut.

Metode tipas karpet ini memberi keleluasaan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi secara optimal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan dapat meminta bantuan kepada teman yang mereka kehendaki dengan memberikan kartu poin dan kredit.

Kompetensi Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Suyitno (2004:4), perolehan aspek–aspek perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajaran. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh peserta didik setelah melakukan pembelajaran. Peserta didik yang telah menguasai kompetensi mengandung arti bahwa peserta didik telah memahami, memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Salah satu tolok ukur penguasaan kompetensi yang telah dicapai peserta didik adalah prestasi dan hasil belajar peserta didik. Menurut Yulaelawati (2004:19), pemilikan kompetensi secara mendasar dapat menumbuhkan jiwa produktif dan kepemimpinan. Suatu bangsa yang kuat dan dapat dipercaya memerlukan tenaga kerja yang mempunyai standar kompetensi yang tinggi untuk memenuhi tantangan persaingan serta perubahan teknologi. Lebih lanjut Nurhadi (2005:65) menyatakan bahwa kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.

Dari berbagai pengertian dan definisi di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kompetensi belajar adalah kemampuan yang dimiliki dan ditunjukkan peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sebagai hasil belajar.

Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi pelajaran matematika SMP kelas VIII pada semester II. Yang dibahas adalah volum dan luas sisi dari prisma, kubus, balok dan limas. Menurut Marsigit (2009:228) prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis sejajar. Prisma diberi nama sesuai dengan bentuk bidang alasnya. Jika bidang alas suatu prisma merupakan daerah segitiga maka prisma tersebut dinamakan prisma segitiga. Kubus dapat kita pandang sebagai suatu prisma segi empat beraturan yang semua sisi tegak dan alasnya berbentuk persegi. Balok adalah sebuah prisma segi empat beraturan yang bidang alsanya berbentuk persegi panjang. Menurut Marsigit (2009:262) limas adalah sebuah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah daerah segi banyak dan daerah segitiga. Limas segi-n beraturan adalah limas dengan alas berupa segi-n beraturan dan proyeksi titik puncak pada bidang alas berimpit dengan titik pusat bidang alasnya. Alas limas berupa segi banyak, sedangkan puncak limas merupakan sebuah titik yang terletak diluar daerah segi namyak tersebut. Limas segitiga sering juga disebut bidang empat karena dibatasi empat daerah segitiga. Bidang empat yang semua rusuknya saling kongruen dinakan bidang empat beraturan.

Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah model Tipas Karpet karena model ini merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kemandirian dan keaktifan peserta didik sehingga akan lebih mendorong peserta didik untuk belajar dan bekerja secara kelompok di dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Tindakan yang peneliti lakukan pada siklus pertama, pada proses pembelajaran peneliti menggunakan pembelajaran Tipas Karpet dengan materi luas prisma. Peserta didik boleh menanyakan jawaban pada temannya yang berada di sampingnya, depannya atau belakangnya. Pada model pembelajaran ini kedudukan peserta didik lebih aktif karena kedudukan guru tidak dominan. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Karena pada siklus I diharapkan sudah menunjukkan adanya perubahan dibandingkan sebelumnya. Pada siklus II pembelajaran yang dipakai masih sama, yaitu pembelajaran dengan menggunakan Tipas Karpet dengan materi Luas Limas. Peserta didik boleh menanyakan jawaban pada temannya yang duduk di sekitar meja tempat duduknya. Siklus III menggunakan model pembelajaran Tipas Karpet dengan materi Volum prisma dan Limas. Peserta didik boleh menanyakan jawaban bebas kepada temannya yang ia kehendaki. Berdasarkan kondisi ini, peneliti berasumsi bahwa model pembelajaran Tipas Karpet dengan dapat meningkatkan kompetensi matematika materi pokok bangun ruang sisi datar.

Hipotesis Tindakan

Sebagai hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini maka peneliti berasumsi bahwa: 1) pemanfaatan metode tipas karpet diduga dapat meningkatkan proses pembelajaran; 2) pemanfaatan metode tipas karpet diduga dapat meningkatkan kompetensi bangun ruang sisi datar; 3) dengan menggunakan metode tipas karpet diduga terdapat perubahan perilaku peserta didik, dan 4) dengan menggunakan metode tipas karpet diduga peserta didik memberikan tanggapan yang positif setelah mengikuti pembelajaran menggunakan tipas karpet pada materi bangun ruang sisi datar peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo semester II tahun pelajaran 2011/2012.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012. Siklus I dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali tatap muka. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Februari 2012, pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 23 Februari 2012, dan pertemuan III dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Februari 2011. Siklus II dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali tatap muka. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 Februari 2012, pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 1 Maret 2012, dan pertemuan III dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Maret 2012. Siklus III dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali tatap muka. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Maret 2012, pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 8 Maret 2012, dan pertemuan III dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 10 Maret 2012.

Subjek penelitian ini adalah kompetensi bangun ruang sisi datar peserta didik kelas VIII. Sumber data yang digunakan adalah peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo, Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo yang berjumlah 24 peserta didik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengungkapkan data tentang peningkatan kompetensi bangun ruang sisi datar pada peserta didik. Teknik nontes digunakan untuk mengungkapkan perubahan tingkah laku peserta didik yang berupa wawancara dan dokumentasi foto.

Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan analisis persentase. Melalui teknik analisis persentase ini, diharapkan hasil dan tindakan-tindakan yang direncanakan dapat terungkap.

Indikator kinerja pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah: 1) pengamatan kognitif pada proses pembelajaran mencapai > 80%; 2) persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai ≥ 85 % dan rata-rata kelas mencapai ≥ 80 atau diatas KKM; 3) keaktifan peserta didik > 80%, dan 4) peserta didik mau memberi tanggapan yang positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Hasil penelitian

Kondisi Awal

Tes kondisi awal dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Februari 2012. Adapun hasil dari tes kondisi awal disajikan adalah: 1) rata-rata hasil ulangan kondisi awal sebesar 67,00, jauh di bawah nilai KKM sebesar 75, 2) banyaknya peserta didik yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan KKM sebanyak 4 peserta didik, 3) ketuntasan belajar 16,67 % sangat jauh dari indikator kinerja sebesar 85%, dan 4) banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 20 peserta didik atau sebesar 83,33%.

Siklus I

Proses Pembelajaran Siklus I

Pada awal pembelajaran seluruh anak diberi kartu poin masing-masing sebanyak 2 buah. Pada siklus I pertemuan I, kartu poin yang dibagikan kepada peserta didik sejumlah 48 kartu sedangkan kartu kredit tidak satupun peserta didik minta kartu kredit serta tidak terjadi transaksi, hal ini dikarenakan mereka takut kehilangan poin. Pada pertemuan II kartu kredit yang dibagikan kepada anak sejumlah 48 kartu; kartu kredit yang diminta anak sebanyak 14, hasil akhir kartu terbanyak dimiliki oleh peserta didik dengan kode A-13, yakni sebanyak 9 kartu. Pada pertemuan III, digunakan untuk evaluasi sehingga tidak menggunakan kartu poin dan kredit.

Pada pertemuan pertama penggunaan kartu poin dan kridet belum optimal. Namun hasil pengukuran kinerja kognitif sebagai alat ukur proses pembelajaran sangat baik. Pengukuran kinerja pada pertemuan I mencapai 81,42% dan pada pertemuan II mencapai 82,99%, melampaui indikator kinerja yang ditentukan sebesar 80%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran kipas karpet pada bangun ruang sisi datar berjalan sangat kondusif sesuai dengan yang diharapkan.

Hasil Tes Siklus I

Hasil tes kemampuan hasil belajar matematika pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar dengan materi Luas Prisma pada siklus I diperoleh rata-rata 75,17. Dari 24 peserta didik, ada 10 peserta didik atau 41,67% yang berhasil memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM. Selanjutnya, 14 peserta didik atau 58,33% memperoleh nilai dibawah KKM. Dengan demikian pencapaian ketuntasan belajar hanya mencapai 42%.

Perubahan Perilaku Peserta Didik pada Siklus I

Secara umum pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Tipas Karpet pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar materi Luas Prisma yang diberikan guru dapat diikuti peserta didik dengan baik. Akan tetapi, masih belum sesuai dengan yang diharapkan guru. Untuk memahami materi pokok bahasan Luas Prisma, peserta didik dikelompokkan dan mendiskusikan materi tersebut. Selanjutnya, peserta didik melaporkan hasil diskusinya melalui kegiatan presentasi. Namun tidak seluruhnya berjalan sesuai harapan. Masih banyak peserta didik yang enggan menanyakan jawaban kepada temannya.

Pada aktivitas presentasi peserta didik memang memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kelompok yang maju masih terlihat canggung, malu-malu, tidak berani menghadap ke arah kelompok lain dan suara yang kurang keras. Peserta didik banyak yang pasif, tidak berani bertanya maupun berkomentar.

Tanggapan Peserta Didik Siklus I

Hasil wawancara terhadap peserta didik yang memperoleh nilai tinggi menyatakan bahwa mereka sangat senang dan berminat dalam pembelajaran Matematika. Masukan yang mereka berikan untuk pembelajaran berikutnya supaya ketika menjelaskan lebih jelas dan mudah dipahami sehingga mereka benar-benar paham. Hasil wawancara terhadap peserta didik yang memperoleh nilai sedang, mereka mengemukakan senang dan berminat terhadap pembelajaran Matematika. Selanjutnya mereka berharap pada pertemuan berikutnya guru tetap menggunakan model tesebut karena selain menarik. Hasil wawancara terhadap peserta didik yang mendapat nilai rendah, mengemukakan bahwa senang, tetapi kurang sungguh-sungguh. Mereka berharap bahwa yang menerangkan adalah guru bukan peserta didik. Dengan begitu, mereka cukup memperhatikan saja dari tempat duduk.

Hasil catatan harian beberapa peserta didik pada siklus I adalah: (1) menurut saya pembelajaran ini cukup menarik walaupun soal-soal yang diberikan sering mendadak. Tetapi saya akui pada saat diberi soal saya belum siap. Tapi dengan begitu jadi semangat (R-9); (2) saya merasa was – was jika akan menggunakan kartu itu. Karena saya tidak tau apa efeknya. Jika kartu merah habis, maka peserta didik boleh mengambil kartu yang berwarna biru. Pembelajaran model tipas karpet menarik. (R-20); (3) menyenangkan, melatih kejujuran, seru (R-22), dan (4) pembelajaran ini sangat asik dan menarik. Pembelajaran ini sulit memungkinkan untuk contek mencontek dengan gampang karena teman yang dicontek meminta kartu, dan jika yang mencontek kartunya habis maka semakin berkurang nilainya. Teman yang dicontek telah dianggap bias mengerjakan materi tersebut (R-24).

Refleksi Siklus I

Dari hasil tes dan non tes pelaksanaan pembelajaran kipas karpet pada bangun ruang sisi datar diperoleh hasil (1) pengukuran kinerja kognitif sebagai alat ukur proses pembelajaran mencapai 81,42% pada pertemuan I dan 82,99% pada pertemuan II, melampaui indikator kinerja yang ditentukan sebesar 80%; (2) hasil tes tulis dengan rata-rata 75,17, masih dibawah indikator kinerja yang ditentukan sebesar 80; (3) ketuntasan belajar sebesar 41,67% masih dibawah indikator kinerja yang ditentukan sebesa85%, dan (4) hasil tanggapan peserta didik berharap pada pertemuan berikutnya guru tetap menggunakan model tesebut karena selain menarik, itu juga membantu dalam belajar.

Perbaikan-perbaikan pada siklus II yaitu pertama, guru lebih memberi motivasi agar peserta didik semangat pada pembelajaran. Kedua, dalam berdiskusi, peserta didik lebih fokus pada materi yang dianggap sulit pada siklus I. Ketiga, pada saat presentasi, tiap-tiap kelompok secara acak dan suka rela mempresentasikan dan hanya 1 peserta didik saja peserta didik yang presentasi. Hal ini melatih peserta didik agar berani berbicara di depan kelas dan di hadapan teman-temannya. Peserta didik yang presentasi adalah yang dipercaya kelompok mampu menjelaskan materi dengan baik serta memiliki kualitas suara yang lantang atau dapat didengar oleh seluruh peserta didik dalam kelas VIII-C. Dengan begitu, diharapkan kelompok lain yang mendengarkan juga lebih memperhatikan mereka, bahkan mau bertanya dan berkomentar. Melalui perbaikan aktivitas ini, guru berharap peserta didik akan mendapatkan pemahaman yang lebih mengenai materi luas prisma.

Hasil Penelitian Siklus II

Proses Pembelajaran Siklus II

Aktivitas peserta didik berkelompok dan mendiskusikan materi berjalan dengan tertib. Peserta didik aktif dan fokus pada tugas kelompoknya masing-masing. Pada aktivitas presentasi peserta didik menunjukkan perilaku positif sesuai yang diharapkan guru. Peserta didik kelompok lain memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kelompok yang maju menyampaikan materi cukup maksimal dengan memanfaatkan media yang ada.

Hasil Tes Siklus II

Tes siklus II dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar pada materi Luas Limas. Hasil tes siklus II diperoleh rata-rata 80,33. Dari 24 peserta didik, ada 16 peserta didik atau 66,67 % yang berhasil memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM. Selanjutnya, 8 peserta didik atau 33,33 % memperoleh nilai dibawah KKM. Dengan demikian pencapaian ketuntasan belajar baru mencapai 75% dengan indikator kinerja 85%. Walau demikian sudah ada 1 (satu) anak yang memperoleh nilai maksimal yaitu 100.

Berdasarkan data tes yang diperoleh pada siklus II, skor rata-rata peserta didik secara klasikal meningkat 2 dari siklus I 75,17 menjadi 80,33. Meskipun rata – rata sebesar 80,33 sudah melampaui indikator kinerja, namun ketuntasan belajar secara klasikal baru mencapai 66,67 %, jauh dari indikator yang diharapkan yaitu 85%.

Perubahan Perilaku Peserta Didik pada Siklus II

Penggunaan kartu poin dan kartu kredit pada siklus II sudah nampak adanya transaksi jawaban menggunakan kartu. Sebagian peserta didik sudah mau melepaskan kartu poin untuk menanyakan jawaban pada teman, hal ini terjadi karena perhitungan luas limas lebih membutuhkan pemikiran yang lebih dari pada luas prisma. Pada siklus II pertemuan I, kartu poin yang dibagikan kepada peserta didik sejumlah 48 kartu sedangkan kartu kredit sebanyak 12 kartu Pada akhir pertemuan, poin tertinggi diraih oleh A16 dengan nilai poin 9. Pada pertemuan II kartu kredit yang dibagikan kepada anak sejumlah 48 kartu; kartu kredit yang diminta anak sebanyak 14, hasil akhir kartu terbanyak dimiliki oleh peserta didik dengan kode A 13 dan A 19, yakni masing – masing sebanyak 8 kartu.

Tanggapan Peserta Didik Siklus II

Hasil wawancara siklus II diperoleh dari jawaban terhadap 6 peserta didik sebagai nara sumber. Enam peserta didik yang dipilih adalah 2 peserta didik yang mendapatkan nilai tertinggi, 2 orang peserta didik yang mendapatkan nilai sedang, dan 2 orang peserta didik yang mendapatkan nilai terendah. Wawancara ini dilakukan di luar jam pelajaran melalui tatap muka langsung dengan peserta didik. Hasil wawancara terhadap peserta didik yang hasil tesnya memperoleh nilai tinggi menyatakan bahwa mereka sangat senang dan berminat dalam pembelajaran. Hasil wawancara terhadap dua peserta didik yang memperoleh nilai sedang mengemukakan mereka senang dan berminat terhadap pembelajaran kooperatif tipe Tipas karpet. Sedangkan hasil wawancara terhadap dua peserta didik yang mendapat nilai terendah. Dua peserta didik mengemukakan bahwa mereka senang, tetapi belum konsentrasi dan tidak teliti. Tetapi karena materinya sulit, kadang mereka masih sedikit bingung. Hasil catatan harian beberapa peserta didik pada siklus Iiadalah: (1) pembelajaran Tipas Karpet ini cukup mengasyikkan. Dan pembelajaran ini juga dapat mengasah otak menjadi lebih cepat dalam berfikir. Walaupun terkadang pembelajaran ini membuat saya menjadi bingung. Tapi tetap asik (R-1); (2) pembelajaran matematika dengan metode kartu sangat asyik. Metode ini bisa membuat saya lebih mengerti (R-5); (3) meskipun pembelajaran Tipas Karpet selalu mendadak tampa pemberitahuan terlebih dahulu. Saya merasa senang bias mengikuti pembelajaran seperti itu. Pembelajaran yang sangat menyenangkan bagi kita (R-6), dan (4) menurut saya, pembelajaran model Tipas Karpet ini sangat menyenangkan karena pembelajaran ini sangat mengasah otak kita dengan menghitung/mengerjakan soal dengan waktu yang sangat sebentar saja dan sangat membuat semua murid deg-degan, tetapi mengasyikkan (R-10).

Refleksi Siklus II

Dari hasil tes dan non tes pelaksanaan pembelajaran kipas karpet pada bangun ruang sisi datar diperoleh hasil (1) pengukuran kinerja kognitif sebagai alat ukur proses pembelajaran mencapai 82,12% pada pertemuan I dan 83,16% pada pertemuan II, melampaui indikator kinerja yang ditentukan sebesar 80%; (2) hasil tes tulis dengan rata-rata 80,33, sudah melampaui indikator kinerja yang ditentukan sebesar 80; (3) ketuntasan belajar baru mencapai 66,67% masih dibawah indikator kinerja yang ditentukan sebesa85%, dan (4) peserta didik mengemukakan bahwa mereka senang, tetapi belum konsentrasi dan tidak teliti.

Perbaikan-perbaikan pada siklus III yaitu pertama, guru lebih memberi motivasi agar peserta didik semangat pada pembelajaran. Kedua, dalam berdiskusi, peserta didik lebih fokus pada materi yang dianggap sulit pada siklus II. Dengan beberapa perbaikan tersebut, pada pembelajaran Matematika pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar materi volum melalui model pembelajaran kooperatif tipe Tipas Karpet berikutnya, diharapkan perilaku positif peserta didik yang mendukung terlaksananya pembelajaran yang efektif pada hasil nontes akan semakin meningkat. Begitu juga dengan hasil tes peserta didik, diharapkan mampu mencapai hasil yang lebih baik sesuai dengan harapan guru.

Hasil Penelitian Siklus III

Proses Pembelajaran Siklus III

Penggunaan kartu poin dan kartu kredit pada siklus III sudah lancar. Sebagian peserta didik tidak mau melepaskan kartu poin untuk menanyakan jawaban pada teman, hal ini terjadi karena perhitungan volum lebih mudah dari pada luas limas. Pada siklus III pertemuan I, kartu poin yang dibagikan kepada peserta didik sejumlah 48 kartu sedangkan kartu kredit sebanyak 11 kartu Pada akhir pertemuan, poin tertinggi diraih oleh A-16 dengan nilai poin 8. Pada pertemuan II kartu kredit yang dibagikan kepada anak sejumlah 48 kartu; kartu kredit yang diminta anak sebanyak 12, hasil akhir kartu terbanyak dimiliki oleh peserta didik dengan kode A-13, yakni sebanyak 9 kartu.

Hasil Tes Siklus III

Setelah pembelajaran siklus III berakhir, dilakukan tes siklus III untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar pada materi Volum Prisma dan Limas. Hasil tes siklus III diperoleh rata-rata 86,83. Dari 24 peserta didik, ada 21 peserta didik atau 87,50% yang berhasil memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM. Selanjutnya, 3 peserta didik atau 12,50% memperoleh nilai dibawah KKM. Dengan demikian pencapaian ketuntasan belajar sudah mencapai 87,50% atau sudah melampaui indikator kinerja sebesar 85%.

Tanggapan Peserta Didik pada Siklus III

Hasil wawancara siklus III diperoleh dari jawaban terhadap 6 peserta didik sebagai nara sumber yang terdiri dari 2 peserta didik yang mendapatkan nilai tertinggi, 2 orang peserta didik yang mendapatkan nilai sedang, dan 2 orang peserta didik yang mendapatkan nilai terendah. Hasil wawancara terhadap peserta didik yang hasil tesnya memperoleh nilai tinggi menyatakan bahwa mereka sangat senang dan berminat dalam pembelajaran kooperatif tope Tipas Karpet. Hasil wawancara terhadap peserta didik yang memperoleh nilai sedang mengemukakan mereka senang dan berminat terhadap pembelajaran kooperatif tipe Tipas karpet. Sedangkan hasil wawancara terhadap peserta didik yang mendapat nilai terendah. Peserta didik mengemukakan bahwa mereka senang, tetapi belum konsentrasi dan tidak teliti.

Perubahan Perilaku Peserta didik pada Siklus III

Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Tipas Karpet yang diberikan guru pada siklus III sudah dapat diikuti peserta didik dengan baik. Aktivitas peserta didik berkelompok dan mendiskusikan materi berjalan dengan tertib. Peserta didik aktif dan fokus pada tugas kelompoknya masing-masing. Selanjutnya, pada aktivitas presentasi peserta didik menunjukkan perilaku positif sesuai yang diharapkan guru. Peserta didik kelompok lain memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Begitu juga kelompok yang maju menyampaikan materi cukup maksimal dengan memanfaatkan media yang ada.

Berdasarkan data tes yang diperoleh pada siklus III, skor rata-rata peserta didik secara klasikal meningkat 6,50 dari 80,33 siklus II menjadi 86,83 pada siklus III. Ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 87,50%, melampaui target yang diharapkan yaitu 85%. Selanjutnya, berdasarkan hasil nontes yang terdiri atas observasi dan wawancara juga telah mencapai kriteria yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi peserta didik banyak yang menunjukkan perilaku positif yang mendukung pembelajaran.

Hasil catatan harian beberapa peserta didik pada siklus III (1) pembelajaran ini sungguh tidak ada duanya. Disitu kita dapat jujur. Apabila kita bertanya. Karena anak jaman sekarang sering sekali gengsi dengan apa yang dimiliki dan kemampuannya. Semakin kita desak semakin gengsi (R-7); (2) pembelajaran Tipas Karpet ini sangat bermanfaat bagi saya, karena membuat saya was – was dan teliti dalam menghadapi soal, terutama kejujuran (R-12); (3) pembelajaran Tipas Karpet bias mendidik peserta didik berperilaku jujur karena bagi peserta didik yang akan bertanya pada teman mereka atau penanya akan memberikan satu kartu untuk teman yang akan ditanyai tersebut (R-17), dan (4) pembelajaran model Tipas Karpet cukup menegangkan. Karena diajukan secara mendadak. Tetapi ada barunya karena dapat mengukur kemampuan peserta didik. Hal ini juga dapat melatih kejujuran peserta didik. Model seperti ini memungungkan peserta didik untuk belajar setiap akan ada pelajaran tersebut, sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (R-19).

Hasil refleksi dari data tes maupun nontes siklus III telah menunjukkan pencapaian sesuai dengan yang ditargetkan. Oleh karena itu, tidak diperlukan lagi adanya siklus lanjutan.

Pembahasan

Proses Pembelajaran

Secara umum dikatakan bahwa proses kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II sudah baik, namun masih masih perlu ditingkatkan. Setelah diadakan perbaikan, pembelajaran siklus III secara bertahap menunjukkan perubahan sesuai dengan harapan. Pembelajaran berjalan lebih baik karena peserta didik menunjukkan perilaku dan respon yang baik selama pembelajaran berlangsung. Peserta didik aktif, mau menularkan jawaban kepada temannya dan berani mengemukakan pendapat.

Hasil pengukuran kinerja kognitif pada siklus I, Siklus II maupun siklus III selalu melampaui indikator kinerja yang ditentukan sebesar 80%. Untuk siklus I sebesar 82,21%, siklus II sebesar 82,64%, dan siklus III sebesar 82,81%. Dari siklus I ke siklus II terdapat kenaikan sebesar 0,43%, dari siklus II ke siklus III terdapat kenaikan sebesar 0,17%, sehingga dari siklus I ke siklus III terdapat kenaikan sebesar 0,60%.

Hasil Tes Kompetensi

Adapun hasil tes kompetensi pada siklus I, siklus II dan siklus III adalah: 1) rata-rata hasil ulangan kondisi awal, siklus I, siklus II dan siklus III selalu mengalami kenaikan. Yakni dari 67,00 pada kondisi awal; 75,17 pada siklus I; 80,33 pada siklus II, dan 82,50 pada siklus III. Sehingga rata-rata hasil ulangan kondisi awal terhadap ulangan siklus III terdapat kenaikan sebesar 19,83, 2) persentase ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, siklus II dan siklus III selalu mengalami kenaikan. Yakni dari 16,67% pada kondisi awal; 41,67% pada siklus I; 66,67% pada siklus II, dan 87,50% pada siklus III. Sehingga persentase ketuntasan belajar hasil ulangan kondisi awal terhadap ulangan siklus III terdapat kenaikan sebesar 70,83%.

Perubahan Perilaku Peserta Didik

Pada siklus I, keaktivan dan respon peserta didik cukup baik akan tetapi pada aktivitas presentasi keaktivan peserta didik menurun karena masih menemui beberapa kesulitan dalam presentasi, yaitu peserta didik tidak terbiasa berbicara di depan kelas. Hal tersebut menyebabkan presentasi mereka kurang maksimal dan perhatian kelompok lain semakin berkurang. Selanjutnya pada siklus II, keaktivan dan respon peserta didik selama pembelajaran menunjukkan perubahan yang baik. Mulai dari aktivitas diskusi, presentasi, menyimpulkan materi, dan mengerjakan soal, peserta didik menunjukkan perhatian sesuai yang diharapkan guru. Dari keseluruhan proses pembelajaran siklus I dan II, guru masih mengalami hambatan. Guru merasa kesulitan memacu semangat peserta didik pada saat mempresentasikan hasil diskusi. Peserta didik dalam satu kelompok maju, tetapi masih saling menunjuk untuk mulai berbicara. Peserta didik masih malu-malu dan gugup. Selain itu suara peserta didik yang ada di depan kurang begitu terdengar dari bangku paling belakang sehingga peserta didik yang lain hanya aktif memperhatikan saja. Hal ini menyebabkan peserta didik yang lain enggan berkomentar. Pada siklus III, guru tidak lagi menemui hambatan yang sangat berarti. Kondisi kelas cukup kondusif dan terkendali. Selain itu, peserta didik mulai terbiasa dan paham dengan materi yang dipelajari. Guru hanya perlu mengawasi dan memacu semangat peserta didik.

Tanggapan Peserta didik

Selain data nilai dan wawancara langsung dengan peserta didik, peneliti juga meminta kepada peserta didik untuk memberikan kritik, saran ataupun tanggapan terhadap pembekalaran Tipas karpet. Pada saat wawancara mungkin peserta didik enggan atau canggung untuk mengatakan yang sebenarnya, maka peserta didik diminta untuk menulis tanggapan tersebut sesuai dengan apa yang mereka alami dan rasakan selama pembelajaran. Tanggapan beberapa peserta didik antara lain: (1) saya sangat suka dengan model pembelajaran Tipas karpet. Dengan model pembelajaran Tipas karpet, saya dapat mengusahakan untuk mengisi jawaban yang benar dalam setiap soal yang sudah diberikan oleh Pak guru. Dan mengusahakan pula agar mendapat nilai bagus. Saya merasa Pak Guru adalah guru yang sangat kreatif, karena membuat belajar saya lebih menyenangkan. (R-3), (2) saat saya dan teman-teman belajar dengan system Tipas Karpet saya merasa sangat senang. Karena kami dapat belajar sambil bermain dan itu membuat saya merasa tidak bosan. Saya sangat suka. Kyaaaaa, Suki Desu (saya suka itu). (R-4), (3) menulis: pembelajaran ini sangat membantu saya dan mudah untuk dimengerti/dipahami dalam toeri yang belum saya mengerti. (R-8), dan (4) pembelajarannya sangat menyenangkan dan melatih para peserta didik agar dapat berusaha sendiri dalam mengerjakan soal yang diberikan. Pembelajaran dengan model Tipas Karpet juga dapat membuat para peserta didik lebih mandiri dalam mengerjakan soal dan dapat membuat para peserta didik tau sepaham apa mereka terhadap pelajaran yang diberikan. (R-15).

.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan dari penelitian penerapan model pembelajaran Tipas Karpet dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang sisi datar pada peserta didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Purworejo adalah: (1) Proses pembelajaran berjalan kondusif, terjadi pembelajaran sebaya dan peserta didik berani mengemukakan pendapat, (2) dengan menggunakan model pembelajaran Tipas Karpet dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar peserta didik kelas VIII-C semester II SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2011/2012, baik rata-rata hasil ulangan maupun persentase ketuntasan belajar, (3) terjadi perubahan tingkah laku yang baik di mana peserta didik mau berbagi jawaban dan menghargai pendapat temannya, dan (4) semua peserta didik memberikan tanggapan yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode kipas karpet pada bangun ruang sisi datar.

Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan simpulan hasil penelitian adalah: (1) bagi peserta didik hendaknya penelitian ini bermanfaat untuk melatih berbagi hasil kepada sesama teman, menyelesaikan soal baik secara individu maupun kelompok dalam pencapaian indikator kompetensi dasar bangun ruang sisi datar, serta melatih peserta didik agar terbiasa mengungkapkan gagasannya melalui kegiatan presentasi; (2) bagi guru-guru hendaknya menggunakan penelitian ini sebagai umpan balik untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar, sebagai masukan dan alternatif mengenai penerapan matode kipas karpet dalam pembelajaran bangun ruang sisi datar serta sebagai bahan untuk memotivasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi bangun ruang sisi datar; dan (3) bagi sekolah, hendaknya penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan mengembangkan pembelajaran yang relevan, menunjang keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan soal ujian nasional mengingat materi bangun ruang sisi datar merupakan materi essensial, dan sebagai bahan reverensi bagi penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran (Filosofi, Teori dan Aplikasi). Bandung: Pakar Raya

Ibrahim, M.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa

Lambas ,dkk. 2004. Matematika. Modul Pelatihan Terintegrasi Buku 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Marsigit. 2009. Mathematics For Junior High School Year VIII, Jakarta: Yudhistira

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan jawaban). Jakarta : Grasindo Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suyitno, A., Pandoyo, Hidayah C., Sukito, Suparyan. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: Pendidikan Matematika FP MIPA UNNES.

(Naskah ini telah dimuat di “METODIKA” Jurnal Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Vol. 3 No. 9, Mei 2013 Halaman 67 - 78)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ini inobel ya, pak?

05 Apr
Balas

Betul Ibu

06 Apr

Pak, berarti naskah inobel itu kurang lebih sama dgn PTK ya?

18 Apr
Balas



search

New Post