Temy Yulianti

Saya adalah guru geografi yang mencoba menyelami samudra ilmu tak bertepi....., agar generasi bangsa ini tak sekedar memahami literasi, namun bisa menjadi layak...

Selengkapnya
Navigasi Web

CURHAT

#Tantangan Hari Ke-13

Hari ini mengajar full tujuh jam pelajaran di tiga kelas berbeda. Hari selasa memang cukup menguras tenaga dan fikiran karena tiga jenjang sekaligus yang diajar. Entah mengapa selepas mengajar kepala ku sakit. Mungkin karena lelah ditambah terik matahari yang cukup membara walau hari menjelang senja saat aku meninggalkan sekolah.

Pulang sekolah aku langsung istirahat ditemani secangkir kopi dan biskuit. Tak lupa menyalakan kipas angin untuk mengusir rasa panas yang masih saja terasa sampai dalam rumah. Aku belum memulai menulis untuk gurusiana sampai menjelang sholat maghrib. Aku niatkan nanti saja setelah sholat isya.

Ternyata niat ku untuk menulis belum kesampaian karena aku harus menyiapkan makan malam untuk suami ku yang baru datang. Nikmat nya tinggal di Jakarta adalah, walaupun aku tidak masak, aku tetap bisa menghidangkan makan malam untuk kami berdua.

Banyak sekali pilihan makan malam yang bisa disantap. Suami ku pernah bilang,” Sudah ga usah masak, kan dapur kita banyak.” Kata nya berkelakar. Tapi memang ada benar nya juga. Samping rumah ku ada warung nasi bebek yang rasa nya hmm...jangan ditanya deh. Apalagi bagi penggemar rasa pedas. Warung nasi bebek ini istimewa. Kenapa? Aku tahu sejarah nya sejak warung ini awal nya berdiri di pinggir kali. Hanya warung kecil dari bambu berlantai tanah dan harga nya hanya 7.000 rupiah saja di tahun 2005.

Diawali hanya coba-coba menjual nasi dan dua ekor bebek saja dengan sambal khas madura. Walaupun warna nya hitam tidak seperti sambal merah, namun rasa nya, menurut saya seharus nya bisa masuk ke hotel bintang lima. Dan memang sambal nya lah yang menjadi andalan warung nasi bebek ini.

Kini, 15 tahun berlalu. Dan itu bukan waktu yang sebentar. Pasti nya penuh dengan perjuangan. Konsisten menjaga rasa, menghalau rasa malas karena harus masak dari sebelum subuh. Berjibaku di pasar tradisional yang bertahun lalu belum sebersih dan serapi saat ini. Sangat-sangat tidak mudah.

Perjuangan itu berbuah manis. warung nasi bebek itu tidak lagi berdiri di pingir kali. Warung itu sudah bermetafora menjadi rumah makan yang besar dengan lantai keramik dan memiliki beberapa cabang di Jakarta. Harga nya 20.000 rupiah per porsi.

Pemilik warung ini, yang dulu berpakaian seadanya, kini di tangan nya sudah berjejer gelang-gelang emas. Sudah pergi haji beberapa kali dan memiliki rumah yang cukup mewah. Bahkan, ibu ku yang sudah puluhan tahun tinggal dan berdagang di wilayah ini rumah nya masih sederhana, jauh dari rumah pemilik warung nasi bebek tersebut.

Loh, saya kan awal nya mau curhat tentang mengapa saya belum menulis sampai menjelang deadline. Mengapa malah menceritakan kesuksesan nasi bebek ya? Ya sudahlah, mungkin ini yang nama nya jurus mabok.

Dari sini saya merasakan tulisan saya mengalir begitu saja. Tanpa beban. Bahkan bisa berkembang lebih banyak. Saya baru menceritakan tentang satu tempat makan. Padahal masih banyak dapur saya yang lain, he..he... Sudahlah besok lagi.

Saya ingin mengambil kesimpulan saja dari cerita warung nasi bebek tadi tentang arti kesuksesan. Bahwa Kesuksesan bisa kita raih jika kita konsisten melakukan sesuatu. Terus saja berjuang. Maka kesuksesan akan menemukan jalan nya. Semoga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post