Temy Yulianti

Saya adalah guru geografi yang mencoba menyelami samudra ilmu tak bertepi....., agar generasi bangsa ini tak sekedar memahami literasi, namun bisa menjadi layak...

Selengkapnya
Navigasi Web
Curhat Siswa

Curhat Siswa

#Tantangah Hari ke-15

Sedih dan bingung saat suatu hari saat akan mengajar di sebuah kelas, mereka malah ngeriung dan curhat! Mereka bercerita kepada saya bahwa ada oknum guru yang mengatakan sesuatu yang tidak pantas diucapkan dari lisan nya kepada seorang siswa yang ternyata, bukan saja menyakiti hati anak tersebut, namun juag menyakiti hampir sekelas. Mereka ramai-ramai mengadukan.

Saya tentu dengan keterbatasan ilmu saya tentang jiwa, merasa bahwa saya harus mendengarkan dan menenangkan mereka. Resiko nya? saya tidak bisa menyampaikan materi hari ini karena emosi anak-anak belum stabil di frekuensi untuk belajar.

Setelah masing-masing bercerita dengan gaya nya, dan aku diam mendengar nya...Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Institusi pendidikan yang seharus nya menjadi sarana siswa bagaimana mereka berinteraksi, berakhlak baik harus ternoda oleh oknum guru yang walaupun mungkin tidak banyak namun membuat siswa sedikit hilang kepercayaan dan hormat nya.

Sebuah institusi yang harus nya memberi rasa aman dan nyaman baik fisik maupun psikis saat mereka belajar, terburai saat kalimat sinis hanya karena siswa tersebut sudah beberapa hari tidak masuk.

Lalu saya terdiam. Siswa menunggu jawaban saya untuk menenangkan jiwa mereka yang masih membara. Aku mengambil spidol, menggambar lingkaran di papan tulis. Aku beri warna titik di tengah. Aku bertanya, “Apa yang kalian lihat di papan tulis ini, Nak?”

Rata-rata mereka menjawab bahwa mereka melihat lingkaran dengan titik warna hitam.

Aku tersenyum. Lalu aku mengatakan, “Titik hitam ini hanyalah sebuah titik kecil diantara luas nya papan tulis yang berwarna putih.” Kita sringkali fokus pada titik hitam tersebut. Padahal di luar lingkaran masih luas papan yang berwarna putih.”

“Kalian sedih?, Kalian marah?” Tanya ku yang dijawab koor “Iya bu...”

Aku melanjutkan, “Ibu bisa merasakan sedih dan marah seperti yang kalian rasakan.”

Aku kembali menjelaskan tentang papan tulis putih tersebut. Papan tulis putih melambangkan bahwa masih banyak di luar kejadian tadi hal-hal yang baik yang diberikan oleh guru-guru mereka di sekolah. Jadi jangan fokus kepada sedikit hal buruk yang dilakukan oknum tadi, sementara kebaikan guru-guru yang lain menjadi terlupakan.

Aku melihat sebuah botol air mineral yang masih berisi sedikit air. Aku ambil dan aku angkat di depan siswa. Aku meminta mereka memperhatikan air di botol dan membayangkan air di danau.

Aku meminta mereka berimajinasi bahwa tangan ku memegang sesendok garam ke dalam botol tersebut dan satu karung garam ke dalam danau. Lalu aku bertanya, “Mana air yang asin?”

“Air dalam botol bu” jawab mereka kompak.

“Mengapa” Tanya ku lagi. Kali ini jawaban mereka bervariasi.

Dan aku memberi penjelasan sampai bel berbunyi dan kemarahan mereka reda.

Aku tak tahu apakah yang aku lakukan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Kurikulum. Bahwa rencana mengajar yang telah kubuat tak bisa kulaksanakan hari ini. Yang aku tahu, bahwa anak-anak ini membutuhkan telinga untuk mendengar curahan hati mereka, yang mungkin di rumah juga belum tentu mereka dapatkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post