Temy Yulianti

Saya adalah guru geografi yang mencoba menyelami samudra ilmu tak bertepi....., agar generasi bangsa ini tak sekedar memahami literasi, namun bisa menjadi layak...

Selengkapnya
Navigasi Web

SAYA MALU

#Tantangan Hari ke-16

Siang ini menerima kabar dari grup orang tua santri tempat anak kedua saya bersekolah di pondok pesantren di wilayah Depok, Jawa Barat. Tapi karena hari ini sedang serius baca novel, informasi yang mengabarkan bahwa anak saya telah khatam setor 30 juz Alquran baru saya baca sore hari. Informasi ini saya share ke status whatsapp saya. Semoga bukan berniat riya, namun lebih kepada berbagi kebahagiaan dan semoga banyak yang mendoakan.

Sebenarnya kalau saya pasang status, tidak terlalu pengen direspon karena biasa nya saya malas menjawab nya. Namun karena respon nya adalah doa dari kawan-kawan yang melihat status saya, maka wajib untuk saya mengaminkan doa tersebut serta mendoakan kembali.

Salah satu komentar datang dari murid saya. Ia menulis : Aamiin, Ibu sudah dibuatkan istana di syurga oleh anak Ibu. InsyaAllah Ibu nanti di hari akhir akan diberi mahkota yang indah

Deg! Saya tertegun menatap kalimat dari murid tersebut. Tetiba air mata saya tumpah. Semudah itukah saya akan masuk surga? Sebegitu besar nya kah apresiasi untuk orang tua yang anak nya menghafal quran?.

Dada saya sesak. Saya merasa sangat tidak pantas mendapatkan itu semua jikalau memang benar. Bukan saya tidak bersyukur dan tidak percaya, bukan itu. Akan tetapi saya menyadari bahwa saya tidak melakukan apa-apa. Tidak ada hal besar yang saya lakukan untuk mengapai kemuliaan itu.

Bukan saya yang bangun jam 1 malam, mengusir rasa kantuk dan rasa malas untuk halaqoh quran. Bukan saya yang setiap saat tangan nya memegang Quran. Bukan saya yang setiap saat lisan nya sibuk mengulang-ulang ayat-ayat Quran yang akan disetorkan. Bukan, bukan saya.

Saya di rumah, di atas kasur yang hangat, makanan tersedia, jajanan cukup dan gadget yang selalu ada kuota. Sementara mereka, jauh dari kata nyaman dalam keseharian. Maka mengapa saya yang akan menerima kemuliaan itu kelak?

Jujur, sebenar nya saya malu membuat tulisan ini. Malu karena saya merasa tidak berbuat apa-apa untuk anak saya. Tapi saya ingat pernah membaca tulisan di buku Quantum Teaching tentang bagaimana kita merayakan keberhasilan kita sekecil apa pun. Hargai diri mu sendiri! Rayakan!

Maka saya sedikit flashback tentang masa balita nya dimana saya dan suami memutuskan untuk tidak berinteraksi dengan televisi secara intens. Kalau pun mau menonton, maka syarat nya adalah menghafal beberapa ayat dalam juz 30.

Menangis, ngambek, protes mengapa mereka harus melakukan itu, sementara teman-teman nya tidak adalah hal yang saat itu saya coba nikmati dan berusaha tegas tehadap aturan yang telah disepakati.

Sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu, saya “memaksa” anak-anak saya menghafal surat-surat dalam juz 30. Kini, di usia belia mereka telah berhasil menghafal 30 Juz! Dan saya? Masih terseok-seok di juz 30.

Sungguh diri ini malu dan sedih sekaligus bahagia.

Nak, teruslah berjuang. Doa ibu kan selalu teruntai untuk mu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post