Teresa Kimida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PERUBAHAN KONDISI PIZZA HUT SEBELUM, DAN SELAMA PANDEMI

PERUBAHAN KONDISI PIZZA HUT SEBELUM, DAN SELAMA PANDEMI

Ekonomi mikro merupakan cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku individu dan kelompok dalam mengambil keputusan ekonomi, termasuk bagaimana mereka memperoleh, menggunakan, dan bertukar barang dan jasa. Sebelum pandemi, Pizza Hut adalah salah satu perusahaan pizza terbesar di dunia. Pada tahun 2020, Pizza Hut memiliki lebih dari 18.000 toko di seluruh dunia, dengan pendapatan mencapai $13 miliar.

Pizza Hut merupakan salah satu merek pizza ternama di dunia yang sudah beroperasi sejak tahun 1958. Selama bertahun-tahun, Pizza Hut telah menjadi pilihan utama bagi banyak orang yang ingin menikmati pizza dengan cita rasa yang lezat dan kualitas yang terjamin. Pizza Hut pertama kali didirikan di Kansas, Amerika Serikat pada tahun 1958 oleh dua saudara, Frank dan Dan Carney. Mereka berdua merupakan mahasiswa yang tidak memiliki banyak uang, namun memiliki ide untuk membuka sebuah toko pizza kecil. Dengan modal sebesar $600, mereka membeli oven dan bahan- bahan yang dibutuhkan untuk membuat pizza, serta membuka toko di daerah Wichita State University.

Pizza Hut mulai tumbuh dengan cepat, dan pada tahun 1959, mereka membuka toko kedua di Topeka, Kansas. Selama bertahun-tahun, Pizza Hut terus berkembang dan membuka toko-toko baru di berbagai kota di Amerika Serikat. Pada tahun 1968, Pizza Hut meraih prestasi besar dengan membuka toko pertamanya di luar Amerika Serikat, yaitu di Kanada.

Pemegang saham utama Pizza Hut adalah Yum! Brands Inc., sebuah perusahaan multinasional yang juga memiliki jaringan restoran lain seperti KFC dan Taco Bell. Yum! Brands Inc. memiliki lebih dari 45% saham Pizza Hut.

Selain Yum! Brands Inc. ada juga beberapa pemegang saham lain yang terlibat dalam perusahaan ini, seperti Vanguard Group Inc., BlackRock Inc., dan State Street Corporation. Kepemilikan saham ini tersebar di berbagai investor institusi dan individu.

Di Indonesia, Pizza Hut telah hadir sejak tahun 1984 dan kini telah memiliki lebih dari 70 cabang di seluruh negeri. Restoran ini menyediakan beragam pilihan menu yang disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia, seperti pizza dengan topping ayam geprek dan bakso.

Pizza Hut juga dikenal karena menawarkan pelayanan yang baik kepada pelanggannya. Mereka memiliki sistem pesan-antar yang efisien, sehingga pelanggan dapat memesan pizza dan menu lainnya dengan mudah. Pizza Hut juga menyediakan layanan makan di tempat di toko-tokonya, yang memiliki suasana yang nyaman dan menyenangkan. Selain itu, Pizza Hut juga memiliki banyak loyalitas pelanggan yang tinggi dengan menawarkan berbagai promosi dan program loyalitas seperti Pizza Hut Rewards yang memberikan keuntungan bagi pelanggan setia. Hal ini membuat Pizza Hut memiliki basis pelanggan yang stabil dan terus tumbuh.

Dengan kualitas makanan yang baik dan layanan pengantaran yang handal, Pizza Hut di Indonesia terus mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari masyarakat Indonesia sebagai salah satu restoran pizza terbaik di negeri ini. Pada tahun 2018, Pizza Hut di Indonesia meraih penghargaan sebagai "The Best Pizza Delivery" dari WCA (Worldwide Consumer Awards) 2018.

Kondisi Pizza Hut Sebelum Pandemi

Pizza Hut memiliki kondisi yang sangat stabil sebelum pandemi dengan pertumbuhan penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan tahunan yang dirilis oleh Pizza Hut Indonesia, dimana pendapatan perusahaan meningkat sebesar 9% dari tahun ke tahun.

Seperti banyak perusahaan lain di industri jasa boga, Pizza Hut di Indonesia juga terpengaruh oleh kondisi perekonomian di negara ini. Namun, pada umumnya, perusahaan ini telah menunjukkan pertumbuhan yang stabil selama beberapa tahun terakhir, terutama sejak tahun 2016.

Pada tahun tersebut, Pizza Hut di Indonesia melaporkan pertumbuhan pendapatan sebesar 8,5% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan total pendapatan sebesar Rp 1,3 triliun. Kondisi perekonomian di Indonesia pada tahun 2016 masih cukup baik, meskipun terjadi sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Inflasi di Indonesia pada tahun 2016 masih terkendali, dengan tingkat inflasi sebesar

3,5%.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk meningkatkan investasi di sektor jasa boga, seperti dengan memberikan inse ntif fiskal bagi perusahaan yang berinvestasi di sektor tersebut. Hal ini tentunya dapat membantu Pizza Hut di Indonesia.

Kondisi perekonomian di Indonesia pada tahun 2017 mulai menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Inflasi di Indonesia pada tahun 2017 turun menjadi 3,3%, dan pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi

5,1%. Hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia mula i meningkat, sehingga dapat membantu pertumbuhan bisnis jasa boga, termasuk Pizza Hut.

Pada tahun 2019, Pizza Hut di Indonesia melaporkan pertumbuhan pendapatan sebesar 9,4% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan total pendapatan sebesar Rp 1,5 triliun. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan akan menu-menu pizza berkualitas di Indonesia, serta efisiensi biaya yang diterapkan oleh perusahaan.

Namun, meskipun Pizza Hut berhasil mencapai pertumbuhan yang signifikan sebelum pandemi, perusahaan ini juga harus menghadapi berbagai tantangan ekonomi mikro. Salah satu tantangan utama adalah persaingan yang semakin ketat dari para pesaing, seperti Domino's Pizza dan Pizza Marzano.

Untuk bersaing, Pizza Hut harus terus meningkatkan kualitas produk dan pelayanan, serta mengembangkan strategi pemasaran yang efektif. Selain itu, perusahaan ini juga harus mempertimbangkan faktor harga yang kompetitif, karena banyak pelanggan yang mencari produk dengan harga yang terjangkau.

Berikut adalah beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan dan keberlangsungan bisnis Pizza Hut sebelum pandemi Covid-19:

1. Pertumbuhan pesaing

Pizza Hut harus bersaing dengan pesaing restoran pizza lainnya seperti Domino's Pizza, Little Caesars, dan Papa John's. Hal ini menyebabkan persaingan yang ketat untuk menarik pelanggan dan mempertahankan pangsa pasar. Pizza Hut harus terus mengembangkan strategi marketing yang efektif untuk menarik pelanggan dan memenangkan persaingan.

2. Perubahan preferensi konsumen

Sebagian besar pelanggan Pizza Hut adalah konsumen dengan gaya hidup sibuk yang menginginkan makanan cepat saji yang mudah diakse s. Namun, perubahan preferensi konsumen terhadap pola makan sehat dan bersih telah mempengaruhi pertumbuhan bisnis Pizza Hut. Konsumen semakin memilih restoran yang menawarkan makanan sehat dan bahan-bahan berkualitas tinggi. Hal ini menekan Pizza Hut untuk meningkatkan kualitas makanan dan menawarkan variasi menu sehat untuk tetap menarik pelanggan.

3. Kemungkinan perubahan harga bahan baku

Bahan baku utama dari pizza adalah roti, keju, dan topping seperti daging, sayuran, dan saus. Perubahan harga bahan baku terutama daging dan sayuran dapat mempengaruhi harga jual pizza dan keuntungan Pizza Hut. Hal ini membutuhkan Pizza Hut untuk mengawasi fluktuasi harga bahan baku dan mengelola stok dengan baik untuk menjaga kestabilan harga jual.

4. Perubahan tren teknologi

Tren teknologi saat ini mempengaruhi cara pelanggan memesan makanan. Banyak restoran menawarkan layanan online ordering dan delivery untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan. Pizza Hut juga menawarkan layanan ini, namun harus terus mengembangkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi proses pemesanan dan pengiriman.

Pizza Hut juga mengembangkan berbagai produk baru untuk meningkatkan loyalitas pelanggan dan memperluas target market. Salah satu contohnya adalah produk pizza vegetarian yang diperkenalkan pada tahun 2018, yang mendapat sambutan yang baik dari kalangan vegetarian dan penikmat makanan sehat.

Selain itu, Pizza Hut juga memperkuat kolaborasi dengan berbagai brand ternama, seperti Baskin Robbins, KFC, dan Starbucks, untuk menawarkan paket makan siang yang menarik dan menambah pilihan menu bagi pelanggan.

Pizza Hut juga mengembangkan strategi penjualan melalui media sosial dan aplikasi pesan antar, seperti GoFood dan GrabFood, untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional. Hal ini membantu Pizza Hut untuk meningkatkan pangsa pasar dan meningkatkan pendapatan, terutama di kota-kota besar yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Dengan berbagai strategi yang diterapkan, Pizza Hut dapat bersaing dengan merek pizza lainnya di pasar.

Sebelum pandemi COVID-19, Pizza Hut memiliki kondisi yang cukup baik, dengan pangsa pasar yang cukup besar dan strategi yang tepat sasaran. Namun, pandemi COVID-19 yang terjadi pada tahun 2020 ini membawa dampak yang cukup besar bagi industri makanan dan minuman, termasuk Pizza Hut.

Kondisi Pizza Hut Selama Pandemi.

Pandemi merupakan suatu wabah penyakit yang menyebar secara luas dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Pandemi dapat menyebabkan perlambatan ekonomi dan peningkatan pengangguran. Di bidang ekonomi mikro, pandemi dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan secara langsung.

Perusahaan Pizza Hut, seperti banyak perusahaan lainnya, telah terpengaruh oleh pandemi. Pandemi telah menyebabkan penurunan permintaan dan pembatasan aktivitas ekonomi, sehingga menurunkan pendapatan dan keuntungan perusahaan. Perusahaan ini mungkin juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mem atuhi protokol kesehatan yang ditetapkan untuk menekan penyebaran pandemi.

Berdasarkan data yang diperoleh, per Desember 2020, perusahaan tersebut mengalami kerugian sebesar US$ 108 juta atau sekitar Rp 1,53 triliun dari efek pandemi COVID-19. Penurunan jumlah pengunjung di outlet-outletnya yang disebabkan oleh kasus COVID-19 yang semakin meningkat serta biaya tambahan untuk memenuhi protokol kesehatan yang semakin ketat menjadi faktor utama penyebab kerugian tersebut. Mengutip laporan keuangan terakhir, Pizza Hut mengalami penurunan omset sebesar 10% pada semester pertama tahun 2020.

Pada tahun 2020, Pizza Hut Indonesia mencatatkan rugi bersih sebesar Rp93,51 miliar, berbalik dari tahun 2019 di mana perusahaan mencetak laba bersih sebesar Rp 200,02 miliar. Penjualan neto perusahaan turun 13,25% dari tahun sebelumnya menjadi Rp3,46 triliun.

Hal ini disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 yang mempengaruhi ekonomi global dan Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat, peningkatan risiko kredit perusahaan, depresiasi nilai tukar rupiah, dan gangguan operasional. Manajemen menyatakan bahwa perusahaan akan terus memantau situasi tersebut.

Penurunan penjualan ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:

1. Penutupan toko

Sebagian besar toko Pizza Hut harus ditutup selama masa pandemi untuk mencegah penyebaran virus. Ini tentu saja mengurangi pendapatan perusahaan dari penjualan produk.

2. Pembatasan mobilitas: Selama masa pandemi, banyak orang yang membatasi mobilitas mereka untuk mencegah penyebaran virus. Ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap produk Pizza Hut, karena orang-orang lebih sedikit yang keluar rumah untuk makan di luar.

3. Penurunan daya beli

Pandemi juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan atau mendapatkan penurunan gaji, sehingga lebih sedikit orang yang bisa membeli produk Pizza Hut.

Perusahaan mengatakan akan menggunakan berbagai strategi pemasaran dan promosi untuk mempertahankan penjualan produk di outletnya. Strategi ini termasuk mengandalkan layanan pengantaran atau promosi di pinggir jalan.

Sejak PSBB diterapkan, banyak karyawan pizza hut yang mulai berjualan di jalan dengan menawarkan produk-produk pizza hut yang harganya diskon dan cukup terjangkau. Strategi ini terbukti cukup berhasil untuk menjaga agar karyawan tidak terkena PHK dan tetap bekerja. Namun, strategi ini juga memberikan dampak bagi branding dan citra pizza hut di mata publik atau konsumen.

Salah satu strategi lainnya yang dilakukan oleh Pizza Hut adalah dengan meningkatkan fokus pada layanan pengiriman makanan. Sebagai contoh, Pizza Hut telah menambahkan opsi pengiriman melalui berbagai platform, termasuk Uber Eats, Grubhub, dan Postmates. Dengan demikian, pelanggan dapat dengan mudah memesan pizza dari Pizza Hut dan makanan akan dikirim langsung ke rumah mereka.

Bentuk lainnya, Pizza Hut juga telah meningkatkan investasinya dalam teknologi untuk mempermudah proses pemesanan makanan. Misalnya, Pizza Hut telah mengembangkan aplikasi mobile yang memungkinkan pelanggan untuk memesan pizza dan mengikuti status pesanan mereka secara real-time. Dengan demikian, pelanggan dapat dengan mudah memesan makanan tanpa harus pergi ke toko.

Salah satu langkah lainnya lagi yang diambil adalah dengan mengurangi jumlah outlet yang ada. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya operasional dan memperbaiki kondisi keuangan perusahaan.

Pizza Hut terus berpartisipasi dalam program-program pemerintah yang bertujuan untuk menstabilkan perekonomian dan membantu bisnis -bisnis yang terdampak oleh pandemi. Dengan demikian, Pizza Hut berupaya untuk tetap eksis dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian meskipun dalamkondisi sulit seperti sekarang ini.

Pizza Hut juga telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanan pelanggan dan karyawan selama pandemi. Misalnya, Pizza Hut telah melakukan pembersihan dan desinfeksi yang lebih intensif di semua tokonya, serta memperkenalkan protokol baru untuk menjaga jarak sosial di dalam toko. Selain itu, Pizza Hut juga telah menerapkan kebijakan bekerja dari rumah untuk sebagian besar staf kantor pusatnya.

Pada periode September 2022, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) yang merupakan pengelola gerai Pizza Hut menunjukkan kinerja positif dengan mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 5,33 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, total pendapatan perseroan mencapai Rp 2,64 triliun. Ini merupakan prestasi yang membanggakan bagi perseroan.

Laporan keuangan yang dirilis menunjukkan bahwa perseroan berhasil mengendalikan beban pokok penjualan, sehingga laba kotor bisa meningkat sebesar 8,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, perseroan mampu meraih laba kotor sebesar Rp 1,78 triliun, meskipun pada tahun sebelumnya hanya Rp 1,64 triliun.

PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), pengelola gerai Pizza Hut di Indonesia, telah menambah jumlah gerainya selama tahun 2022. Pada akhir tahun 2021, jumlah gerai Pizza Hut di Indonesia sebanyak 540 unit. Namun, dari Januari hingga April 2022, Sarimelati Kencana berhasil menambah 22 gerai baru, sehingga saat ini jumlah gerai Pizza Hut sudah mencapai 562 unit. Bulan April merupakan periode teraktif bagi Sarimelati Kencana karena mereka membuka 8 gerai Pizza Hut baru di berbagai kota di Indonesia.

Pemegang hak waralaba Pizza Hut di Indonesia, mencatatkan peningkatan penjualan selama semester pertama 2022. Meski demikian, profitabilitas PZZA tergerus menjadi rugi akibat naiknya beban operasi. Berdasarkan laporan keuangan, selama semester pertama 2022, penjualan bersih PZZA mencapai Rp1,74 triliun, meningkat 3,58% dibandingkan semester pertama 2021 sebesar Rp1,68 triliun.

Sebagian besar penjualan disumbang oleh penjualan makanan sebesar Rp1,64 triliun dan penjualan minuman sebesar Rp112,48 miliar. Beban pokok penjualan PZZA turun 1,12% menjadi Rp560,60 miliar, membuat laba kotor PZZA naik 5,96% menjadi Rp1,18 triliun. Namun, beban operasi PZZA meningkat menyebabkan laba operasi turun 80,38% menjadi Rp11,27 miliar. Bottom line PZZA memperlihatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp5,70 miliar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasan nya

05 Jul
Balas

Ulasan yang luar biasa

05 Jul
Balas



search

New Post