Teti Taryani

Guru Bahasa Indonesia SMKN 1 Kota Tasikmalaya yang terus belajar dan belajar menulis. Berusaha menulis dengan hati dan berharap agar tulisannya bermanfaat....

Selengkapnya
Navigasi Web
Jalan Terjal (4)

Jalan Terjal (4)

Setiap pulang sekolah ada saja yang dilakukan teman-teman atas perintah Listy. Jeje selalu mengejar-ngejar dan memaksa memelukku dari belakang. Dayat merebut tasku lalu melemparkannya ke atas genteng sekolah. Entah siapa lagi yang menyembunyikan sepatuku setelah berolahraga, hingga pulang tinggal sebelah. Jika berpapasan, anak laki-laki menyepak-nyepak kerikil dan batu kecil ke arah tubuhku. Lebih parah lagi, mereka juga menyepak genangan air hujan hingga mengotori seragamku.

Di pertigaan sepulang sekolah, hampir setiap hari Listy dengan beberapa siswa suruhannya, mencegatku sambil meneriakkan kata-kata yang sangat tidak sopan.

“Si Semar lewat! Si Semar lewat!” Atau melagukan, “Yoyo Si Yoyo, anak kambing saya. Yoyo Si Yoyo itulah kambing saya!” Atau dengan kata-kata lain yang hingga kini tak hilang dari kepalaku.

Mereka menertawai dan melempariku dengan berbagai cangkang makanan. Ya, gigi depanku yang tumbuh agak gingsul jadi bahan ejekan ‘Si Semar’ yang menyenangkan bagi mereka. Sedangkan Yoyo adalah nama ayahku yang baru saja meninggal saat aku di pertengahan kelas lima.

“Sukuriin ayahmu mati! Yatim, yatim, yatim! Kacian bangeet!”

Ejekan itu diucap berulang-ulang. Mereka menyuarakan kalimat itu sambil tertawa dan berjoget.

Saat diejek ‘Semar’ aku bisa diam. Tapi saat diejek menggunakan nama ayahku yang baru saja wafat, aku benar-benar marah. Kukejar mereka dengan melemparkan batu yang bisa kugenggam dengan tangan kecilku. Aku termasuk siswa paling kecil di kelasku. Mereka berlari ke berbagai arah sambil berteriak, “Awas, ada orang gila ngamuk!”

Hanya Tentri yang sering menatapku dengan pandang iba. Dia hanya berdiri dan melihat aku memuaskan diri melempari mereka. Jika emosiku reda, Tentri segera menggandeng tanganku dan mengajak pulang. Kami berjalan dalam diam. Semua kecamuk pikiran hanya tersimpan di hati. Sekuat tenaga aku menahan air mataku agar tak tumpah di hadapan sahabatku. Aku lebih suka menangis sendirian tanpa seorang yang tahu.

Aku tak pernah mengadu pada ibuku. Ibu tahu permusuhanku dengan Listy setelah guruku ikut menangani dan mencoba mengakurkan kami kembali. Bahkan ustaz di madrasahku pun turut mengakurkan kami. Tapi itu tak pernah terwujud.

Sebenarnya, aku dan Listy telah berjanji di hadapan guru dan kepala sekolah untuk akur kembali. Namun, karena aku tetap menolak perintah Listy untuk menjadi kacungnya, alhasil dia terus memusuhiku hingga lulus sekolah dasar.

Apakah aku jadi minder dan terpuruk? Anehnya tidak! Aku tetap bisa belajar dan terus mempertahankan prestasi hingga lulus sekolah dasar. Berbagai lomba tingkat kabupaten berhasil kuraih, hingga menghasilkan beasiswa. Bahkan saat melanjutkan sekolah hingga masuk perguruan tinggi, aku bisa membuktikan kalau aku tidak mati lantara bullying atau perundungan. Aku baru menyadari kemudian, nilai-nilai yang diterapkan abahku agar kami bisa mandiri, sangat membantuku untuk bersikap tegar.

“Jangan pernah mengandalkan orang lain. Kalau ada tugas sekolah, usahakan sampai bisa!”

Begitulah suntikan semangat yang diberikan abah mengalir dalam setiap denyut nadiku. Sungguh, aku bersyukur memiliki ayah yang sangat menguatkan, walau kebersamaannya denganku hanya sampai kelas lima. Abah dipanggil Sang Khalik saat usiaku baru sepuluh tahun.

Baiklah. Perundungan itu terjadi sudah lamaaa sekali, aku pun sudah berdamai dengan hatiku. Sayangnya semua perlakuan itu belum hilang dari ingatanku. Meski hingga saat ini tak pernah terucap permintaan maaf dari teman sekelasku, semuanya telah kumaafkan walau tak bisa kulupakan. Harapanku adalah aku dan teman-temanku bisa mendidik putra-putri kami agar menjadi orang yang berbudi pekerti baik dan beretika. Jauh dari sikap angkuh dan merendahkan orang lain.

Kutatap sekali lagi Listy yang menyapa aku dan Tentri sebagai sahabat kontras. Sejak dulu dia menyebut kami seperti itu. Ya, tentu saja kontras. Tentri anak orang kaya dan berwajah cantik menawan bersahabat denganku yang berkulit gelap dan tak berlimpah kekayaan.

“Hai, Listy, pakabar?”

Kusapa si raja kelas dengan senyum. Dia membalasnya dengan senyum tipis.

“Baik,” jawabnya singkat.

Kuperhatikan dengan saksama. Pipi kirinya seperti lebam kebiru-biruan. Kulihat itu saat pasmina tipisnya menyibak dan terjatuh di bahunya.

**

Masih bersambung, Man-teman…

Tasikmalaya, 6-3-2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah Barokallah

06 Mar
Balas

Cerita menarik, enak dibaca dan mengandung pesan moral. Ada apa dengan Listy sampai pipinya biru lebam?

06 Mar
Balas

Menarik, mantap, sukses selalu bu Teti Taryani

06 Mar
Balas

Keren cerpennya bunda. Bagaimana Listy dan Tentry kemudian yaaa.Salam sukses bunda

06 Mar
Balas

Lanjutkan bunda. Salam sehat dan selalu bahagia bersama keluarga tercinta. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan.

06 Mar
Balas

Tema yang asyik nih, perundungan. Ditunggu lanjutannya Nin. Barokallah

06 Mar
Balas

Duh kisah masa kecil yang menyedihkan, dan ada apa dengan Listy apakah kehidupan saat ini tidak baik dengan suaminya lanjut bunda

06 Mar
Balas

Waduhh...lg seru2nya...ehh bersambung...he he ditunggu ya Enin

06 Mar
Balas

Cerita yang menarik, sukses selalu Bunda.

06 Mar
Balas

Keren.. Sangat menginspirasi... Terus berkarya ditunggu kelanjutan nya... Salam bu Akunnya saya follow, ditunggu follow baliknya bunda

06 Mar
Balas

Keren menewen cerpennya Bun. Inspiratif. Ada apa ya dengan Listy?? Salam sehat dan sukses selalu Bunda.

06 Mar
Balas



search

New Post