Teti Taryani

Guru Bahasa Indonesia SMKN 1 Kota Tasikmalaya yang terus belajar dan belajar menulis. Berusaha menulis dengan hati dan berharap agar tulisannya bermanfaat....

Selengkapnya
Navigasi Web
Jalan Terjal (5)

Jalan Terjal (5)

“Tapi kami sudah enggak kontras lagi, Lis!” kata Tentri lalu mendekatkan wajahnya pada pendengaran Listy. “Lihat, sekarang Arum kinclong banget. Perawatannya sukses!” bisiknya.

Kami tertawa karena bisikan Tentri sangat jelas menembus telinga.

“Yang jelas, Arum bahagia dengan Agannya. Lihat aja, usianya kayak sepuluh tahun di bawah kita!” lanjut Tentri.

Sontak saja, air muka Listy berubah jadi hambar seperti sayur tak bergaram. Tawanya serupa bunyi ringtone kehabisan baterai.

“Wah, hebat!” ujar Listy seraya mengalikan pandang. Spontan aku pun menoleh ke arah pandangnya.

Kulihat Agan tengah bersalaman lalu terlibat percakapan dengan Herman, suami Listy.

“Noh, lihat! Paksu kalian akrab banget!” kata Tentri sambil mengacungkan kedua jempolnya. Lagi-lagi kami tertawa hingga suasana terasa mencair kembali.

“Eh, pipi kamu kenapa, Lis?”

Tentri menyentuh pipi kiri Listy yang terbuka karena pasminanya dibiarkan tersandar di pundak.

“Rahang kamu juga. Kayak kena tinju, gitu!” lanjut Tentri.

Kusikut pelan pinggang sahabatku itu. Rasa tak nyaman berdesir membuat bulu kudukku meremang serentak. Kulihat rahang Herman mengeras. Kelopak matanya menyipit seperti tengah mengintai kesempatan untuk melampiaskan emosi.

Lelaki itu berjalan mendekati kami. Ditinggalkannya Agan yang tengah berbincang dengannya. Sorot matanya tak henti dari tangan Tentri yang masih meraba sisi wajah Listy. Desisnya terdengar jelas seperti tengah bersiap hendak melahap Tentri hidup-hidup. Ups!

“Hm… lagi pamer ya?” tanyanya tajam pada Listy.

“Pamer apaan?” jawab Listy seraya menepis tangan Tentri lalu menjauhkan dari wajahnya. Dipasangnya pasmina yang sejak tadi tersampir di pundaknya.

“Lagian, jangan karena ngerasa orang hebat jadi sok perhatian sama orang lain. Gak perlulah pake ngorek-ngorek masalah orang lain segala!” hardiknya pada Tentri.

“Maaf. Maaf. Bukan itu maksud ….”

Tentri tergagap. Mungkin kaget atas reaksi berlebihan yang ditunjukkan oleh Herman.

Menyaksikan gelagat yang tak sedap itu, kupegang erat lengan Tentri dan kupaksa mundur. Kugandeng menjauh dari lelaki pemarah itu.

Kami terpanggang dalam kebisuan saat menyaksikan Listy diseret paksa dibawa keluar dari ruangan. Sebelum langkah mereka benar-benar melewati pintu, dia berbalik dan berkacak pinggang. Telunjuknya mengarah pada kami yang masih terpaku di tempat.

“Awas ya! Rasakan akibatnya!”

Semua mata mengarah pada pasangan yang meninggalkan ruangan. Peristiwa tak terduga itu mengoyak kenyamanan semua. Sejenak kami terbelenggu dalam kebisuan.

**

Masih bersambung, Man-teman…

Tasikmalaya, 7-3-2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kasian Listy, ada apa dengannya?

07 Mar
Balas

Waduh jadi berantem... Lanjut eniin... Semoga sehat selalu...

07 Mar
Balas

Kasihan sekali Listy...lanjut Bunda...penasaran

08 Mar
Balas

Wah sepertinya bakal berbuntut panjang nih next bunda

08 Mar
Balas

Waduh...jangan2 yg merah di pipi tadi adalaahh...ah terserah yg nls aja dech..he he..sllu keren Enin

08 Mar
Balas



search

New Post