Aku Membakarnya
Aku Membakarnya
Hari ini ada kerumunan di sebelah rumahku. Sesuatu yang jarang terjadi pada saat pandemi ini. Karena hal tersebut merupakan salah satu anjuran pemerintah. Dilakukan demikian agar penyebaran virus corona tak meluas. Tetapi sayang sekali himbauan ini tidak dipatuhi. Memang banyak di antara kita tidak mau disiplin. Selalu ada argumen yang menguatkan dan membenarkan diri sendiri. Lupa bahwa dunia ini milik bersama bukan milik pribadi. Anjuran pemerintah sangat baik. Agar kita terhindar dari virus mematikan itu. Kalau semua mematuhi pastilah bencana ini tak akan berlama-lama.
Suasana di sebelahku makin ramai. Menjengkelkan dan meresahkan. Banyak sekali yang datang. Hilir mudik tak karuan. Setiap orang yang lewat di dekatnya geleng-geleng kepala. Hanya itu saja yang dilakukan. Tak lebih. Tak ada yang melaporkan kepada pihak yang berwewenang. Tak juga ada yang mengusir. Melongok sebentar, kemudian berlalu tanpa pesan.
Melihat tak ada yang berani berbuat, aku geram. Kesal dan marahku telah meronta ingin dilepaskan. Kuambil bensin dari tangki motor. Kubawa serta korek api. Aku menyiramkannya pada kerumunan itu. Langkah terakhir kusulutkan api ke atasnya. Api memerah menyebarkan panasnya. Menjilat-jilat dan membakar semua yang ada di dekatnya. Akhirnya aku lega. Kerumunan semut merah sudah sirna.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hahaha...kirai bakar sampah bu
Terima kasih Bu
Keren. Salam Literasi. Semut hitam.
merah Pak. Salam kembali.