Aku Rindu Baumu
Kulihat halaman itu luas sekali. Banyak anak kutemukan di halaman yang luas itu. Sepertinya halaman itu tak bisa menampung semua aktivitas mereka. Mereka berlari-larian kesana kemari. Seakan tak pernah lelah. Ada saja yang mereka lakukan, berkejar-kejaran atau menendang bola atau hanya sekadar ngobrol saja. Senang sekali melihat keceriaan mereka. Tenaga mereka seakan tak habis-habisnya untuk melakukan hal-hal yang disukainya.
Tetapi hari ini bahkan dari kemarin aku tak melihat hal serupa. Halaman ini sepi, bersih dari anak-anak mau pun dari sampah yang mereka tinggalkan. Tak lagi kulihat anak yang berkejaran. Tak kulihat anak yang membuang sampah sembarangan. Hatiku bertanya masih adakah makhluk yang bernama anak-anak di dunia ini.
Aku merindukan semua itu. Ingin mendengar keributan mereka. Bahkan bau mereka pun kurindukan. Keringat yang bercucuran di wajah dan badan mereka, kemudian dilapnya dengan ujung lengan bajunya. Sebuah pemandangan yang biasa kulihat sebelum korona datang. Aku geli melihatnya, karena dulu aku pun melakukannya saat seusia mereka. Tetapi...kini hanya kulihat halaman luas yang kosong, tanpa mereka.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Naaah...kalau sudah tiada baru terasa...bahwa kehadiranmu sungguh berharga...ha ha ha...nyanyi sik...
Yuk, ambil suara dulu.
Rindu serindu -rindunya ya bun kerren....
Benar sekali, kita semua menahan rindu