Benda Berharga
Siang itu terjadi keributan di pintu masuk hanya sedikit pengunjung tetapi keributan tersebut berhasil menyedot seluruh perhatian.
Berawal dari Pak Suto yang akan memasuki pintu mall itu. Tetapi dicegat oleh satpam. Alasannya sederhana, Pak Suto tak mau menitipkan barang yang dibawanya di tempat penitipan. Menurut Pak Suto itu adalah kebenaran yang seharusnya dilakukan sesuai tulisan yang tertera disana. Tapi ternyata kebenarannya tidak sesuai dengan kebenaran di dalam benak Pak Satpam. Berkali-kali Pak Satpam memberi penjelasan tentang maksud tulisan tersebut. Berulang kali juga Pak Suto mengemukakan kebenaran pikirannya.
Huh... Satpam yang menghadapi Pak Suto semakin bingung. Bahkan ia menyesal mengapa mendapat giliran jaga pada hari ini. Akhirnya turunlah si pemilik mall. Seorang pria perkasa, kaya, berwibawa, dan bijaksana.
Satu persatu didengarkan pendapat dua kubu yang sedang berseteru itu.
Satpam yang masih bingung angkat bicara. "Dia ini tidak mau menitipkan barangnya di tempat penitipan, Pak."
Pak Suto menyambar kesempatan bicara yang diberikan oleh pemilik mall.
"Pak, di situ tertulis tidak boleh menitipkan barang berharga!"
Pemilik mall mengangguk-angguk. perkataan dua kubu yang berseteru itu memang benar adanya. Setelah berpikir sejenak, mondar-mandir kesana kemari, barulah beliau mengeluarkan suara bassnya.
"Apa yang Bapak bawa?"
Pak Suto menunjukkan barang bawaannya. Pemilik mall mengernyitkan dahinya hingga wajahnya terlihat tua mendadak.
"Mengapa tidak dititipkan saja Pak?"
"Pak, lihat itu itu tulisannya."
Pemilik mall itu merasa agak tersinggung dengan kata-kata Pak Suto. Bagaimana tidak, beliau yang paling berkuasa di mall ini, tetapi malah disuruh-suruh oleh pengunjungnya. Tetapi demi kewibawaan yang dimilikinya pemilik mall itu memperhatikan tulisan yang dimaksud. Sebelum berpindah pandangan, suara Pak Suto sudah menggelegar membelah konsentrasi.
"Pak, yang saya bawa ini sangat berharga. Istri saya sedang hamil dan ngidam jengkol. Jadi benda ini tidak saya titipkan, takut hilang."
"Oh..." Pemilik mall itu memegang jidatnya. Sejenak kemudian mengelus perutnya yang ikut membuncit menandingi kehamilan 3 bulan isterinya. Dengan senyum bijaksananya beliau mempersilakan Pak Suto masuk ke mallnya, bahkan mendapat pelayanan istimewa. Para karyawan dan pengunjung di situ tersenyum saja. Sedangkan Pak Satpam memalingkan muka sambil menahan tawa melihat adegan siang itu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren Bunda. Salam literasi.
Terima kasih Pak