Besok Saja

Pak Suto, orang yang sangat sabar. Segala sesuatu dihadapinya dengan kepala dingin. Baik masalah kecil atau pun masalah besar. Semuanya diselesaikan dengan tidak terburu-buru. Itulah sifat baik yang dimilikinya, yang membuat isterinya tergila-gila. Sampai sekarang sifat itu masih melekat di balik namanya. Setiap nama itu terucap, kata “sabar’ menyertainya. Bahkan ia mendapat julukan “The most patient man in the world”.

Pada suatu hari yang sepi, ia rupanya menderita sakit gigi. Usianya yang mulai menua, menyebabkan giginya mulai kendor dari pegangannya. Itulah yang membuat giginya bergoyang, menyebabkan sakit luar biasa. Jika tersenggol oleh makanan yang masuk di mulutnya, ia meringis menahan sakit. Sebenarnya ia tak mau makan, tetapi perutnya tak mau diajak kompromi. Untunglah isterinya berbaik hati dengan memasak bubur untuknya. Kini sudah seminggu usia sakit Pak Suto. Belum juga ada kemajuan tentang sakitnya. Tak ada aktivitas berarti yang bisa ia lakukan. Bangun pagi, berdoa, kemudian membersihkan diri. Kemudian ia menemui burung-burungnya dalam sangkar yang tergantung di teras samping. Itulah yang menjadi hiburannya.

Hari ini ia memutuskan untuk ke dokter gigi, karena sudah tak tahan dengan rasa sakitnya. Maka ia memilih dokter ternama yang ada di kotanya. Tetapi ketika ingin pergi ke dokter, ada sesuatu yang mengurungkan niatnya. Ia dengar kicau burungnya yang aneh, maka ia berbalik ke sangkar burung di teras samping rumahnya. Dilihatnya kaki burung di sangkar paling ujung terpincang-pincang. Bergegas Pak Suto menolongnya, mengeluarkan burung itu, kemudian akan mengobati lukanya. Isterinya sudah menunggu di mobil. Tetapi kemudian turun lagi. Bu Suto mengurungkan niatnya untuk mengantar Pak Suto ke dokter setelah mendengar teriakan nyaring suaminya. “Bu, ke dokternya besok saja. Aku mau mengobati burungku dulu.” Rupanya Pak Suto sangat sabar menghadapi sakitnya. Tetapi ia tak sabar menghadapi sakitnya burung kesayangan.