Theresia Sumiyati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bu Renggo 4

Acara pernikahan sahabat keluarga Renggo tidak berlangsung lama. Dalam masa pandemi ini memang semua serba dibatasi, termasuk resepsi pernikahan. Maka jamuan makan tidak dilaksanakan di tempat. Jamuan telah dikemas untuk dibawa pulang oleh para tamu.

Para tamu tidak bisa berlama-lama di tempat pesta itu. Saat antrian mau keluar gedung Pak Renggo celingak-celinguk. Ia mencari lelaki berbatik biru berambut keriting yang tadi ditunjukkan oleh istrinya. Ia ingin memastikan seperti apa wajah orang tersebut. Akan tetapi sampai di luar gedung ia tak menemukannya. Pak Renggo semakin penasaran.

"Mas!" teriak Bu Renggo saat melihat suaminya mau menggandeng tangan seseorang yang juga berbaju coklat.

"Eh... ."

Pak Renggo tersipu malu. Untung seseorang tadi tak memperhatikan dirinya.

"Marta."

Bu Renggo mencari-cari seseorang yang memanggil nama aslinya, sebelum menikah dengan Pak Renggo. Pak Renggo yang juga mendengar suara itu terkejut. "Siapa kenal nama istriku?" tanyanya dalam hati.

Dilihatnya seseorang keluar dari mobil. Pak Renggo terkejut untuk yang ke-dua kalinya. Keterkejutan itu mampu menghapus rasa penasarannya. Ternyata dialah lelaki berbatik biru berambut keriting yang tadi dicarinya.

"Ridwan," ucap Bu Renggo menyambut lelaki itu.

"Kenalkan ini suamiku," kata Bu Renggo sambil memegang lengan suaminya.

Mereka berdua berkenalan dengan "salam siku".

"Ma, sini... ini temanku sewaktu SMA."

Ridwan memanggil istrinya yang masih ngobrol dengan sesama tamu di situ. Istri Ridwan segera bergabung. Pak Renggo kaget lagi. Tadi ia hampir melakukan kesalahan fatal kepada wanita itu yang ternyata istri adalah istri Ridwan.

"Ya Tuhan, kenapa hari ini aku terkejut sampai 3 kali?... seperti minum obat saja," ucapnya dalam hati.

Mereka berempat terlibat dalam obrolan ringan saat itu. Walaupun dalam hati Pak Renggo ada rasa malu mengingat kejadian tadi, tetapi tak mengurangi hangatnya suasana. Beberapa menit kemudian bisikan lembut di perut Pak Renggo mengingatkan untuk segera menyudahi obrolan itu.

"Oke..., kita pulang dulu?" kata Pak Renggo.

Ridwan mengangguk dan segera membukakan pintu mobil untuk istrinya. Kemudian melambaikan tangan kepada sahabatnya. Pak Renggo dan Bu Renggo membalasnya, mengakhiri perjumpaan siang itu.

Dalam perjalanan pulang Pak Renggo ingin menanyakan sesuatu tentang Ridwan tadi. Akan tetapi perutnya semakin keras bernyanyi. Ia berencana menanyakan soal itu nanti di meja makan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap cerpennya. Semangat literasi. Sudah like & follow

08 Apr
Balas

Terima kasih banyak sudah mampir untuk membacanya.

09 Apr

Terima kasih banyak sudah mampir untuk membacanya.

09 Apr

Mantap cerpennya Bun. Salam sukses selalu.

08 Apr
Balas

Terima kasih Bu.

09 Apr



search

New Post