Corona

Corona, sudah mendunia. Cepat sekali nama itu menjadi buah bibir di seantero dunia. Dari anak kecil sampai orang dewasa, semua mengenalnya. Entah sekedar nama, atau sampai ke seluruh sudutnya.

Di kalangan para ilmuwan, mereka berusaha keras mengadakan penelitian untuk mendapatkan solusinya. Para tenaga medis, berusaha agar virus tersebut tak merebak ke mana-mana. Selain itu mereka juga berusaha menangani para pasien yang sudah terpapar virus tersebut.

Para pembesar dan penguasa memberi himbauan agar semua orang tidak panik, tetapi harus tetap meningkatkan kewaspadaan, agar penduduk di negeri ini tetap sehat.

Para guru mulai memberi tugas kepada murid-muridnya, agar mereka tetap belajar meskipun berada di rumah. Karena sekolah ditutup beberapa hari agar penyebaran virus tersebut tidak meluas.

Para murid harus patuh kepada anjuran guru maupun orang tuanya. Tetap menjaga kebersihan, makan teratur, hindari keluar rumah jika tidak sangat penting.

Para penjual jamu, tersenyum karena jamunya kian laris. Demikian juga petani jahe, kunyit, serai. Mereka juga bersemangat, demi kesehatan banyak orang. Meningkatkan produksi jamunya, karena lebih banyak yang membeli semenjak meroketnya nama "Corona".

Segala acara ditunda, bahkan dibatalkan. Seakan tunduk dengan "katamu".

"Corona", luar biasa. Kau guncang dunia. Kau buat kami kalang kabut, cemas, takut.

"Corona", kau paksa kami waspada, jaga kesehatan, rajin berolahraga, cukup istirahat, makan teratur dengan gizi seimbang.

"Corona", membuat kami menunduk, bersujud, berserah kepada-Nya.