Runi bangun pagi-pagi. Meskipun hari Minggu ia melakukan hal itu. Semalam sebelum tidur, ibunya berpesan agar tidak kesiangan seperti kemarin. Ia bertanggungjawab terhadap adiknya yang tidur sekamar dengannya.

Hari ini ia akan ke gereja. Sudah hampir sebulan ia tidak mengunjungi tempat itu. Memang ia dan keluarganya tetap berdoa bersama. Tetapi hanya dilakukan di rumah saja.

Runi segera mandi. Rino, adiknya, dimandikan oleh ibunya. Ia belum bisa mandi sendiri.

"Bu, kita naik apa ke gerejanya?"

"Gak naik apa-apa."

"Jadi?"

"Jadi kita di rumah saja. Bukankah kita belum boleh ke mana-mana?"

"Live streaming?"

"Iya."

Runi segera melihat ke kamar depan. Di sana sudah disiapkan tempat berdoa dengan segala kelengkapannya. Runi kecewa. Ia sudah membayangkan nanti sepulang dari gereja mau minta dibelikan bando warna merah. Tetapi apa daya, semua orang harus patuh aturan. Agar terputus rantai penyebaran virus yang berbahaya itu.

Runi segera menyalakan lilin. Bapak, ibu, dan adiknya sudah siap dengan pakaian yang rapi. Mereka duduk berempat, dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Live streaming akan segera dimulai.

"Tuhan, saya menunggu pertolongan-Mu."

Demikian doa Runi di hari Minggu ini.

#sdxaverius2ayomenulis

Jambi, 19 April 2020