Theresia Sumiyati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pak Endro

Nama ini sangat menggetarkan jiwa. Rasa takut yang mendalam kurasakan ketika mendengar nama ini disebut. Ingin sekali aku menghindar dari beliau yang punya nama itu. Tetapi ada suatu masa yang membuat aku menyerah. Meskipun rasa takut ku sudah sampai ke ubun-ubun, tetapi aku harus berhadapan dengan beliau. Tak ada pilihan lain. Pasti kedua orang tuaku akan membawaku ke rumah beliau. Meskipun aku memberontak hal itu tak menghalangi niat kedua orang tuaku.

Hari itu aku sakit. Panas badanku lebih tinggi daripada biasanya. Orang tuaku sangat khawatir dengan keadaanku. Keningku sudah dikompres dengan air tetapi panasnya tidak turun. Badanku juga sudah diolesi dengan bawang merah. Kata ibuku sakit demam akan berkurang jika badan diolesi dengan bawang merah dicampur dengan minyak sayur. Aroma bawang merah sudah menutupi seluruh tubuhku. Bahkan aku sampai mau muntah. Tetapi panas badanku semakin tinggi. Itulah yang membuat orang tuaku bersikeras membawaku kepada orang yang kutakuti itu.

Aku menyerah. Karena tak bisa lagi aku berbuat apa-apa. Makanya aku ikut saja ketika ayah menuntunku ke rumah Pak Endro. Rumahnya tidak jauh dari rumahku. Beliaulah satu-satunya mantri kesehatan di desaku. Apa pun penyakitnya orang tuaku selalu membawa anak-anaknya ke rumah itu jika sedang sakit.

Ketika sampai di depan pintu rumah Pak Endro, aku berbisik kepada ayahku. "Yah kita pulang saja, Pak Endro tidak ada di rumah." Aku mendadak sehat. Badanku sedikit demi sedikit tidak panas lagi. Ayahku memastikannya dengan meraba keningku. Wajah ayahku berkerut, merasakan keanehan di tubuhku. Tadi saat di rumah sangat panas. Mengapa sampai di rumah Pak Endro tiba-tiba panasnya berkurang.

"Yah, aku gak panas lagi kan?"

"Jadi gimana?"

"Kita pulang saja. Kan Pak Endro juga gak di rumah."

Akhirnya ayahku setuju untuk pulang saja. Aku bersyukur, karena tidak jadi bertemu dengan Pak Endro. Sebenarnya yang kutakuti bukan ketebalan kumis beliau, juga bukan karena Pak Endro galak, tetapi terlebih aku takut dengan jarum suntiknya yang besar.

Dalam perjalanan pulang aku membuang sisa batu es. Benda itu kubawa dan kuoleskan di keningku. Sehingga ketika dipegang seperti tidak panas lagi. Aku segera berlari ke rumah, meninggalkan ayah. Segera masuk kamar dan tidur berselimut. Karena saat itu badanku mulai panas dingin lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ha..ha.., keren juga critanya. perasaan takutnya yg membedakan

07 Jul
Balas

Ha ha ha...keren, Bu. Bapaknya manut binggiidz...

07 Jul
Balas

Karena ada Bu Cici

07 Jul

Haha lucu juga cerita nya bi

07 Jul
Balas

Terima kasih Bu.

07 Jul



search

New Post