Pesawat
Pesawat
Runi bergegas ke luar rumah. Wajahnya berseri, mulutnya memanggil-manggil adiknya. Siang itu begitu panas. Tetapi tak menyurutkan niat Runi. Larangan ibunya untuk tak keluar rumah juga tak dihiraukannya. Ia membuka pintu kemudian berlari ke halaman. Adiknya Rino tak bisa berlari secepat Runi. Ia tertinggal di belakang.
Runi melihat ke atas, menantang matahari. Tangannya dilambaikan seakan ia berkomunikasi dengan seseorang di atas sana. Gembiranya Runi tak terkira. Selama masa pandemi, baru kali ini ia melihat pesawat terbang. Biasanya hampir tiap dua jam ia mendengar bunyi pesawat terbang. Rumahnya yang dekat bandara membuatnya terbiasa dengan suara itu. Ketika lama tak mendengarnya, ia merasa rindu.
“Dada…pesawat, da..da… pesawat.”
Kata-kata itu diikuti oleh adiknya Rino. Bahkan ia meloncat-loncat kegirangan. Lupa dengan botol susu yang barusan diminta dari mamanya. Kesenangan mereka hari ini meningkat. Dengan hadirnya suara pesawat seakan rindu mereka terhadap papanya terobati.
“Runi, masuk. Panas sekali di luar.” Kata mamanya.
“Iya, Ma.”
Runi menggandeng tangan adiknya. Diajaknya Rino masuk ke dalam rumah. Keringat mereka bercucuran oleh sinar matahari yang menyengat. Runi segera mengambil segelas air putih. Ia meneguknya sampai habis. Kemudian mengambilkannya untuk Rino. Tak lupa ia mengelap keringat Rino, baru kemudian keringatnya sendiri.
“Ting…tung…,” Runi mendengar bel pintu berbunyi.
“Ma, ada tamu.”
“Tolong buka pintunya Run!”
Runi segera menuju ke pintu depan. Saat pintunya dibuka, ia terkejut. Tetapi wajahnya segera berubah riang. Di sana berdiri seseorang yang amat dirindukannya.
“Papa…Ma, Papa pulang.” teriak Runi.
“Tadi Papa naik pesawat yang baru lewat?” tanya Runi.
“Iya, Run.”
“Tadi Papa lihat Runi sama adik nggak Pa?”
“Di mana?”
“Di halaman. Tadi Runi sama Adik da..da… sama Papa kan?” papa Runi tersenyum saja.
Kegembiraan segera tercipta di rumah Runi. Empat bulan mereka tak bisa berkumpul karena wabah corona. Sekarang Tuhan memberi kesempatan kepada mereka. Papa Runi segera membersihkan diri. Berganti pakaian dengan yang bersih. Semua itu dilakukan agar virus yang mungkin terbawa bisa hilang. Setelah itu mereka berdoa bersama. Karena rahmat Tuhanlah mereka bisa berkumpul kembali.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
adduuh bahagianya setelah 4 bulan tidak bisa bertemu gara2 pandemi..apiik critanya
Bahagia sekali.
Wow....bahagianya bertemu ayah yg dirindukan...... keren Bu....sukses selalu. Juga sdh saya follow....salam persahabatan
Terima kasih Pak. Salam kembali. Senang tambah sahabat.
ku ingin seperti mereka merasakan dekapan sebuah keluarga
Paasti menyenangkan sekali.