Rumus

“Ma, kok Adik gak dilahirkan bulan April?”

“Nah, dulu waktu Mama tanya Adik gak mau?”

“Adik bilang apa waktu itu, Ma?”

“Gak mau Ma, Adik masih enak di perut Mama.”

“Masa iya Ma. Adik sudah bisa ngomong?”

“Ha…ha…ha…”

Anakku yang ke-dua ini merasa iri saat kami merayakan ulang tahun. Betapa tidak. Aku, suami, dan anak sulungku merayakan ulang tahun pada bulan yang sama. Dia sendiri yang berbeda. Hal ini mungkin suatu kebetulan yang menyenangkan. Paket hemat bagiku. Karena tidak perlu merayakan ulang tahun sampai 4 kali, sebanyak anggota keluargaku. Tetapi cukup dua kali saja. Pada bulan April secara berurutan aku berulangtahun, suamiku hari berikutnya, anak sulungku dua hari kemudian.

Sebenarnya peristiwa ulangtahun anakku yang ke-dua juga menjadi sangat istimewa. Karena hanya dia sendiri yang berulangtahun di bulan Agustus dalam keluargaku, sehingga semua perhatian tertuju kepadanya.

Seseorang pernah bertanya kepada perihal ulang tahun di keluargaku.

“Apa sih, rumusnya kok bisa ulang tahun berderet-deret?”

“Oh, ……”

“Apa Bu?”

“Kalau rumus sih, jangan tanya saya. Tanya suamiku yang guru matematika.”

“Hahaha…., ada-ada saja Ibu ini.”

“Yang bertanya bukankah lebih mengada-ada?”

“Iya juga ya? Apa dulu ibu waktu pacaran tanya-tanya dulu tanggal lahir pasangannya?”

“Enggak, nggak mungkin saya lakukan itu.”

“Apakah waktu melahirkan sengaja dipaskan tanggalnya dengan melakukan operasi?”

“He….itu juga tidak kulakukan.”

“Kok bisa pas ya Bu, berurutan ulang tahunnya?”

“Nah, itu dia. Mungkin rumus dari-Nya. Hahaha….”

Seseorang itu mengangguk-angguk sambil tersenyum. “Bagaimana bisa mendapat rumus dengan paket hemat?”

Sesungguhnya setiap hari adalah baik. Kita tak bisa menentukan kapan, di mana, oleh siapa kita akan dilahirkan. Semuanya sudah dipilihkan olehTuhan, dan semuanya baik adanya.