Sahabat Pemulung (3)
Runi berjalan dengan lesu. Kekecewaan tergambar pada raut wajahnya. Keadaan itu terbawa sampai di rumah. Ia mencuci tangan sebelum masuk rumah. Botol sabunnya ia tekan kuat-kuat. Sabun muncrat ke mana-mana.
"Runi, ngapain kamu ini?"
Melihat kelakuan Runi yang tidak biasa, mamanya menegur. Biasanya wajah Runi bersinar saat pulang dari membuang sampah. Tetapi kali ini ia cemberut.
"Ada apa Run?" Mamanya mengulangi pertanyaannya dengan lembut.
"Bapak Tua nggak ada Ma?"
"Siapa Bapak Tua?"
"Itu Ma, yang kemarin di tempat pembuangan sampah."
"Oh, ... mungkin sakit."
"Terus gimana Ma, Runi sudah bawain sarung tangan bekas Papa untuk Bapak itu."
"Besok saja."
Runi setuju dengan usul mamanya. Tetapi masih ada kekecewaan di hatinya. Sarung tangan milik papanya yang ia minta kemarin, masih ia taruh di meja kamarnya. Rencana akan diberikan kepada bapak tua itu. Tetapi hari ini ia tak menemukannya. Ia berharap esok hari akan bertemu dengan bapak tua itu. Dalam doa malam bersama yang dipimpin mamanya terselip permohonan khusus untuk bapak tua.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kemanakah bapak tua itu....
Harus dicari dulu
Ruri anak yang baik, semoga doanya di kabulkan Tuhan.
Terima kasih Bu