Suatu Pagi di Sudut Jendela

Lelaki itu masih mengingatku. Aku sudah melupakannya sejak setahun yang lalu. Perpisahan yang cukup lama membuatku berpindah ke lain hati.

Pagi itu, aku sudah membenamkan diri dengan tugas yang menumpuk. Kukerjakan satu persatu, supaya tidak tertumpuk lagi dengan tugasku hari ini. Sedang asyiknya tanganku bekerja, sudut mataku menangkap ada sepasang mata yang memperhatikan diriku. Aku penasaran, siapa gerangan yang pagi-pagi sudah mengintip diriku. Namun aku tak segera mengalihkan pandangan kepada dirinya. Pekerjaan ini harus segera selesai pikirku.

Kupasang headset di telingaku. Aku bekerja sambil mendengarkan sebuah lagu yang akhir-akhir ini disukai banyak orang terutama kaum wanita. Aku ikut berdendang dengan lagu itu. Sesekali kulirik ke sebelah kiri, di sudut jendela. Ternyata mata yang mengamatiku masih bertahan di tempatnya.

Pekerjaanku selesai, lega rasanya. Segera kurapikan meja kerja beralaskan kaca itu. Dengan membulatkan tekad, aku akan memandang dan memastikan siapa sebenarnya yang ada di sudut jendela itu.

"Ah...," hatiku berdesir melihatnya. Begitu juga dirinya, yang segera menghilang dari pandanganku. Ada getaran yang ia kirimkan kepadaku. Sepasang mata itu dulu pernah kukagumi, kurindukan sepanjang hari. Mengapa setelah sekian lamanya waktu berlalu, ketika aku sudah melupakannya, ia datang lagi.

"Hai, kenapa?"

Suara temanku yang baru datang mengagetkan diriku. Kuberikan senyum kepadanya, tetapi tak kubiarkan dia meminta ceritaku.