Theresia Sumiyati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tempoyak

Tempoyak

Semula aku membenci kata itu. Ketika saat pertama mendengarnya, asing, negatif. Karena bayanganku tempoyak adalah durian busuk. Busuk, tak sehat, tak enak dimakan. Namun ada yang mengherankan karena seolah-olah makanan itu menjadi kebanggaan masyarakat Jambi. Aku yang berasal dari Pulau Jawa sangat asing dengan hal itu. yang kutahu, durian adalah buah yang dimakan oleh orang-orang kaya karena harganya mahal.

Setiap kali mendengar kata tempoyak itu, bayangan tentang durian busuk selalu muncul. Hingga bertahun-tahun berdomisili di Jambi, aku tetap tidak menyukainya. Pada setiap pesta aku selalu menolak tawaran untuk makan tempoyak. Baunya yang sangat menyengat membuatku tak mau melirik masakan tersebut. Segala rayuan dan iming-iming tentang hal itu tak pernah kuhiraukan. Hingga suatu ketika di sebuah pesta……………

“Enak sekali ya, ikan ini. Rasanya gimana gitu, baru sekali ini aku merasakannya.”

“Enak, ya Bu. “ kata seorang ibu di sebelahku.

“Iya, enak banget. Bumbunya terasa sekali meresap di setiap cuilan yang kumakan. Bahkan sampai kepada duri-durinya masih menyisakan rasa yang sangat enak.”

“Apa nama masakan ini ya, Bu?”

“Tempoyak.” Kata ibu yang duduk di sebelahku dengan senyum manisnya. Ternyata beliau yang memasak ikan tempoyak itu.

Mataku mendelik, kaget. Bahkan mungkin mau meloncat. Ibu di sebelahku ikut terkejut.

“Apa yang terjadi Bu?” tanyanya agak cemas.

“Oh, tidak apa-pa. Enak sekali. Pinter sekali ibu memasaknya.” Kataku kepadanya untuk menetralisir suasana. Mungkin dipikirnya saya menelan duri yang tadi saya isap-isap karena saya merasakan nikmat bumbunya.

Ibu di sebelahku tersenyum sangat manis mendengar pujianku. Aku selamat dari prasangka yang tidak baik. aku dan ibu di sebelahku sama-sama tertawa. Tetapi sebenarnya aku sedang menertawakan diriku sendiri. Tempoyak yang dulu pernah kubenci sekarang telah merasuki rasa hatiku, hingga berkali-kali aku ingin mengambilnya lagi dan lagi. Kalau tidak malu pasti aku akan melakukannya. Tetapi toh aku harus ingat orang lain. masih banyak tamu yang berdatangan dalam hajatan di rumah tetanggaku itu. pasti banyak makanan yang harus disediakan untuk mereka. Sudah pasti juga banyak orang yang ingin merasakan nikmatnya tempoyak ikan. Aku yang baru makan sekali saja langsung menancap di hati. Apalagi yang sudah berkali-kali pasti seperti kecanduan.

Menilai buah hanya dari kulitnya adalah tindakan yang kurang pas. Menilai seseorang hanya dari wajahnya juga tindakan yang tidak benar. Jadi, jangan gampang menilai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

seperti apa rasa tempoyak ikan itu..gak ada fotonya sih he..he..

15 Jul
Balas

Lupa Pak, fotonya

16 Jul

Wauww...keren bu...sy jg mau lho dkrmi tempoyak yg blm pernah sy mkn itu...salam...

16 Jul
Balas

Mantaff sdh follow bunsay slm kenal ya...

16 Jul
Balas

Terima kasih Bu

16 Jul



search

New Post