MANUSIA DAN KEKUASAAN
Perilaku manusia sepanjang sejarahnya ternyata selalu diwarnai oleh keinginan mengejar kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan yang dimiliki. Tengok saja perilaku Namrud di zaman nabi Ibrahim, Fir’aun di zaman nabi Musa atau Jalud di zaman nabi Daud.
Kekuasaan seringkali menjadi sumber pertentangan dan permusuhan. Mungkin ada yang ingin berkuasa untuk menegakkan hukum-hukum Allah SWT, namun kebanyakan manusia ingin berkuasa demi memenuhi tuntutan hawa nafsunya.
Cobalah kita teliti lagi, kita pikirkan dengan sungguh-sungguh, apakah ada usaha atau saham kita dalam menjadikan diri kita ini ? Manusia diciptakan Allah sebaik-baiknya ciptaan melebihi makhluk lainnya. Memiliki naluri, akal pikiran dan perasaan, maka manusia adalah makhluk paling sempurna dari makhluk lainnya.
Jika ambisi kekuasaan telah merasuki jiwa manusia, mata hatinya akan tertutup dalam menilai suatu perbuatan, sehingga tidak perduli lagi perbuatan itu terlarang atau tidak, berbagai cara akan dilakukan untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan itu.
Allah SWT menciptakan kita sebagai manusia itu juga sebagai makhluk yang lemah, maksudnya tiap-tiap manusia itu membutuhkan pertolongan orang atau manusia lain. Dalam hidup didunia manusia hendaknya saling tolong menolong, gotong royong dan saling membantu karena manusia tidak dapat hidup sendiri. Sejak lahir manusia sudah membutuhkan orang lain baik dari ibunya sendiri atau orang lain, berbeda dengan anak ayam, anak kambing atau anak sapi yang begitu lahir dapat berusaha sendiri untuk berdiri dan mencari makan.
Maka manusia yang dapat menempatkan dirinya adalah manusia yang mau dan dapat hidup dengan baik bersama orang lain serta bersedia membantu orang lain.
Manusia cenderung hanya mempersiapkan diri untuk menerima kemenangan dan lupa mempersiapkan diri menerima kekalahan. Allah SWT mengisahkan dengan jelas betapa sifat pantang kalah yang dimiliki Namrud mengantarkan dia pada kedurhakaan kepada Allah SWT. “ Apakah kamu tidak memperhatikan orang ( Namrud ) yang mendebat Ibrahim tentang Rabbnya karena Allah telah memberikan kekuasaan kepadanya.
Ketika Ibrahim berkata : Rabb-ku, Dia yang menghidupkan dan yang mematikan.
Namrud berkata : Aku dapat menghidupkan dan mematikan.
Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dari barat, lalu terdiamlah Namrud dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim “. Sifat pantang kalah yang berkembang subur dihati ( Namrud ) membuat dirinya tidak mau menerima kekalahan dan akhirnya berlaku durhaka kepada penciptanya.
Lebih-lebih kalau ada manusia yang merasa tidak memerlukan manusia lain karena sudah mempunyai kedudukan dan kekuasaan yang tinggi sangat menggelikan. Dari mana kedudukan dan kekuasaan itu diperoleh kalau bukan dari orang lain ???
Secara umum hanya manusia yang sering mendapatkan dan mengharapkan pujian serta sanjungan. Begitu pula manusia juga sering dicela. Bagi tumbuhan dan binatang, kalau ada yang tumbuh subur atau ayam yang gemuk tentu yang mendapat pujian adalah pemiliknya. Sedangkan jika ada kejadian yang tidak sesuai dengan aturan, ugal-ugalan pasti manusia juga dicela.
Kini kondisi umat Islam di negeri ini nampaknya sangat memprihatinkan. Reformasi yang sejatinya dilakukan untuk melakukan perubahan, telah bergeser menjadi episode perebutan kekuasaan. Para tokoh umat sibuk mencari dukungan dalam rangka meraih kekuasaan dan lupa menjaga ukhuwah sebagai kekuatan umat. Sering kita lihat permusuhan dan pertikaian tanpa henti, bahkan konflik horizontal telah menjadi hal yang lumrah.
Realitas ini seharusnya dapat menyadarkan kita betapa ketika puncak kekuasaan telah didapatkan, maka sifat ambisius pribadi atau kelompok tidak lagi menjadi segala-galanya. Kita sebaiknya mengambil pelajaran dari semua kejadian yang telah membuat umat ini babak belur, paling tidak kita harus menyadari bahwa sifat ambisius dalam meraih kekuasaan dan pantang kalah demi kepentingan pribadi dan kelompok adalah biang kehancuran.
Oleh karena itu marilah kita sebagai manusia yang menerima tugas sebagai khalifah Allah dimuka bumi dalam hal ini negeri kita tercinta Indonesia, berkewajiban untuk mengatur dan membuat kebaikan, kemajuan dan kemakmuran Indonesia. Mari kita berikhtiar, berdaya upaya dengan benar dan sungguh – sungguh , berpemikiran yang matang dan penuh kehati-hatian dalam meraih kekuasaan maupun menjalankan amanat kekuasaan yang sudah kita miliki. Tentang berhasil atau tidaknya ikhtiar dan daya upaya kita, diserahkan sepenuhnya kepada kewenangan Allah SWT.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar