Titik Murniyatim

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Panggilan Kesayangan

Panggilan Kesayangan

Panggilan Kesayangan

Apalah arti sebuah nama? Tentu saja sangat berarti. Nama yang diberikan oleh orang tua kita pasti terselip doa, harapan ataupun sejarah. Namun tak jarang orang lain memanggil kita dengan seenaknya saja. Bahkan merubah nama kita, padahal belum dijenangabangkan..he..he.

Sebagian orang keberatan dipanggil dengan julukan tertentu, misalkan Si Ndut, Mbrot untuk orang yang over load berat badannya, seperti aku...ups kok buka kartu ya...he..he. Namun ada juga yang biasa saja, ada pula yang senang karena merasa lebih akrab dan tanda sayang. Kalau aku sih termasuk kriteria yang terakhir.

Di tempat kerjaku, aku yang paling banyak julukan atau panggilan kesayangan. Kalau biasanya memanggil rekan kerja dengan panggilan Bu .... tidak denganku, ada beberapa panggilan yang berbeda. Dek Gaj, Dedek besar, Adek, My sist, Kakandi dan Kakak Peri.

Dek Gak adalah panggilan yang diberikan oleh Ulya, putri kecil rekan kerjaku. Saat pertama bertemu denganku, dia langsung jatuh hati padaku. Kami biasa bercengkrama, aku masuk ke dunianya. Seakan-akan aku teman kecilnya, bahkan aku tak jarang bermanja-manja dengannya seolah-olah adiknya. Sehingga dia memberiku sebutan Dek Gaj alias Dedek Gajah, adik yang badannya besar seperti gajah. Sedangkan aku memanggilnya dengan sebutan Teh Mut alias teteh semut, kakak yang badannya kecil mungil seperti semut.

Ada juga yang memanggilku Dedek besar. Panggilan itu diberikan oleh rekan kerjaku. Rekan guru seniorku, Bu Iffah. Panggilan itu karena usiaku yang di bawahnya tapi kalau dilihat bodyku tiga kali lipat badannya..he..he..jangan dibayangkan ya! Dan aku memanggilnya dengan sebutan Kakak kecil.

Lain lagi dengan ibu-ibu rekan kerjaku yang usianya jauh di atasku, mereka memanggilku adek. Terasa akrab, senang juga aku dipanggil adek. Serasa punya mbak yang sayang sama adiknya. Bisa ngalem, bermanja-manja minta ini dan itu.

Berbeda dengan rekan kerjaku yang mengajar bahasa Inggris, Miss Kiki dan Miss Isti, mereka memanggilku dengan sebutan My sist. Karena aku biasa memanggilnya seperti itu, akhirnya mereka pun memanggilku dengan sebutan yang sama. Begitupun Bu Dita, guru Fisika juga memanggilku dengan sebutan My Sist, karena kami sering ngobrol pakai bahasa Inggris meskipun masih belepotan, lidah sering keseleo, dan membuat orang lain yang mendengarkan conversation kami langsung mules kepala dan pening perutnya..eh kebalik ya..ha..ha.

Tak kalah absurdnya panggilan yang diberikan Bu Lilis guru PJOK untukku, Kakandi. Aku lupa sejarah panggilan itu. Kalau tidak salah, jika panggilan kakak laki-laki dengan kakanda, maka panggilan untuk kakak perempuan Kakandi, sedangkan aku memanggilnya adindi.

Panggilan terakhirku adalah Kakak Peri. Panggilan yang diberikan rekan kerjaku, Bu Raras. Bu Guru Bahasa Arab yang masih muda ini berasal dari Ponorogo. Sekitar setahun yang lalu mengemban tugas negara untuk mengamalkan ilmunya di MAN 2 Jember tercinta. Awalnya dia memanggilku dengan sebutan Ibu Peri, aku tak tau apa alasannya. Apakah karena aku cantik seperti peri?Oh..tentu tidak, bukan ini alasannya. Apa mungkin karena baik hati seperti peri? Hhmm...bisa jadi ( astaghfirullah..ujub banget ). Atau karena aku keibuan? Oh..NO!! Tuwir dong. Tapi memang selisih usia kami dua belas tahun, sih. Aku menolak dipanggil ibu peri, aku tawar menjadi Kaka Peri, biar lebih keren mirip Katy Perry..he..he. Dan tawaranku diterima. Fix...kami sepakat panggilan kami adalah Kaka Peri dan Dede Peri.

Bagaimanakah pandangan Islam terkait dengan julukan? Islam merupakan agama yang menyeluruh, bahkan urusan panggilan atau julukan pun dijelaskan dalam Al Qur'an Surat Al Hujurat ayat 11 yang artinya :

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) ) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok) Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka merencanakan orang-orang yang zalim" (Q.S : Al Hujurat : 11)

Perlu diketahui Rosulullah SAW juga memberikan julukan untuk para sahabatnya, antara lain :

1. Khadijah binti Khuwailid (At-Tahirah: Wanita suci)

2. Aisyah binti Abu Bakar (Humairah: Pipi kemerah-merahan, hanya Rasulullah yang menggunakan panggilan ini)

3. Zainab binti Khuzaimah (Ummul Masakin: Ibu orang-orang miskin)

4. ‘Abdullah bin Rawahah (Ketegaran Pembela Islam)

5. Khalid bin Walid (Pedang Allah)

6. Hamzah bin Abdul Muthalib (Assadullah: Singa Allah)

7. Mush’ab bin Umair (Pemuda yang Harum)

8. Utsman bin Affan (Dzu Nurain: Pemilik dua cahaya, karena menikahi dua putri Rasulullah. Yaitu Ruqayyah, setelah Ruqayyah wafat Utsman menikahi Ummu Kultsum)

9. Ali bin Abi Thalib (Abu Turab: Tanah)

10. Ja’far bin Abi Thalib (Abul Masakin: Ayah orang-orang miskin)

11. Abu Bakar (Assidiq: Yang membenarkan)

12. Qais bin Sa’ad bin ‘Ubadah (Pengobar Semangat Pasukan Islam)

13. ‘Umair bin Wahab (Tokoh yang Tiada Duanya)

14. Abu Darda’ (Penolong Rasulullah)

15. Zaid bin Khaththab (Memberi Tanpa Diminta)

16. Thalhah bin ‘Ubaidillah (Jagoan Quraisy yang Mendapat Hidayah Allah)

17. Zubair bin ‘Awwam (Pemuda Dermawan)

18. Khubaib bin ‘Adi (Penasihat Kebajikan)

19. ‘Umair bin Sa’ad (Penyair Islam)

20. Hindun binti Uthbah (Si pemakan hati)

21. Hasan bin Tsabit (Abul Husam: Pedang yang tajam)

22. Ummu Sulaim (Pemilik mahar paling Mahal

(Diambil dari berbagai sumber)

Dari ayat dan shirah tersebut kita bisa mengetahui kalau kita dilarang memberikan julukan yang buruk untuk orang lain, dan sebaliknya diperbolehkan memberikan julukan yang baik. Bagi pembaca yang masih sering memberikan julukan yang buruk untuk orang lain, teman, siswa, atau rekan kerjanya, yuk diganti dengan julukan yang baik, meminta maaf dan segera bertaubat ya! Semoga bermanfaat.

Salam literasi

Jember, 5 Oktober 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aku mau berganti ah "peri cinta"

06 Oct
Balas

Peri cinta...wkwkwkwkwk..ngakak.com

06 Oct

Subhanallah,,, bagus Bu artikelnya. Saya masih manggil jelek ke siapa y? Ingat-ingat dlu... Hee..hee..

05 Oct
Balas

Sama Bu..dulu saya pernah manggil jelek ke murid ikut2 temennya..biar akrab..sepertinya sdh saya luruskan,tapi sudah minta maaf belum ya!!Istighfar saja dah..semoga Allah mengampuni ku dan dia memaafkanku

05 Oct

keren bu. saya mau panggil bu Titik dengan (Bunsay) bunda sayang bagaimana?

06 Oct
Balas

Boleh..boleh..saya manggil apa ya?Bunmut boleh..bunda imut..hehe

06 Oct

Terimksih bunsay

07 Oct

Wow bgt bu...

05 Oct
Balas

Makasiih bun

05 Oct

Kereen Bu,......semangaat teruss

05 Oct
Balas

Kereen Bu,......semangaat teruss

05 Oct
Balas

Terimakasih Bu..saya masih terus belajar dan mencoba Bu

05 Oct

Ow...ow...ow... keren dekgaj... aylapyu pull...

25 Oct
Balas



search

New Post