Oleh : Titin Ari Priyanti, S.Pd.

Guru SMPN 12 Batam

Senja datang sambut sang rembulan. Nunung duduk santai di depan TV. Hatinya bebinar- binar mendengar cerita sang suami, Indro. “ Habis Isya nanti, bapak ke rumah pak RW ya bu, doa selamat anaknya ketrima kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di Jawa.” Dengan senyum sumringah dia mengiyakan sang suami pergi. Pasti nanti pulang bawa nasi kotak, pikirnya.

Nunung rela menahan lapar demi nasi kotak dari Pak RW. Biasanya sisa makan anaknya tadi dia makan. Tapi demi nasi kotak, dibiarkannya makanan itu di atas meja. Dia sudah membayangkan lauk ayam bakar atau rendang. Belum lagi buah dan kuenya. Sudah bukan rahasia lagi kalau Pak RW yang punya hajat, makanannya pasti banyak dan enak.

Setelah shalat Isya, istri pak Indro ini sudah siap menanti sang suami pulang membawa nasi kotak. Tak dihiraukannya anak-anaknya yang sedang asik di depan TV. Tidak berapa lama datanglah yang ditunggu-tunggu. Benar saja, Indro membawa sekantong plastik yang berisi nasi kotak. Nunung membuka bungkusan itu. Ternyata lauknya bukan hanya ayam bakar, rendang juga ada, lengkap. Saat akan disantapnya makanan itu, tiba-tiba kedua anaknya datang, memintanya. Dengan berat hati sang ibu memberikan makanan itu, demi sang buah hati. Berharap nanti masih ada sisa untuknya. Sesaat kemudian anaknya memberikan bungkus makanan itu yang memang hanya tinggal bungkusnya. Oalah Gusti…jeritan hati Nunung menyayat perutnya yang sudah seperti diiris sembilu. Untung saja makanan sisa anaknya yang di atas meja tidak dibuangnya.