Titin Marini

Hj. Titin Marini, M.Pd. adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN2 Telukjambe Timur Karawang. Motto : Semangat dan terus berkarya. Kesempatan t...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kepikunan Melanda

Kepikunan Melanda

#Tantangan Menulis 365, Hari ke-247

#Titin Marini

Adakah teman-teman yang pernah mengalami seperti kepikunan? Bagaimana rasanya? Kesel, marah, sebel, marah, heran, bingung atau merasa lucu?

Pikun merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan hilangnya ingatan atau kesulitan seseorang untuk memperoleh informasi yang sudah tersimpan di dalam otak. Pikun merupakan bagian dari penuaan atau mungkin juga merupakan akibat atau efek samping dari konsumsi obat-obatan dll.

Ciri-ciri kepikunan di antaranya:

Kesulitan mengingat nama, mengenali wajah,

Tersesat di tempat yang sudah biasa

Kehilangan keahlian secara perlahan-lahan

Berbicara terbata-bata

Menanyakan pertanyaan yang sama

Dll

Nah dari sekian ciri-ciri di atas, apakah teman-teman pernah mengalaminya?

Dalam hati saya bertanya, apakah saya juga mulai mengalami kepikunan? Hehee

Siang tadi selesai mengajar PJJ, saya berencana membeli manset tangan dan kain cadar ke pasar lama. Selesai sholat Dhuhur dan makan siang, dengan Si Mer aku segera melaju menuju pasar lama. Setelah memarkir Si Mer, aku langsung naik ke lantai 2 pasar lama lalu berjalan menuju kios langganan.

“Neng, ada manset gak Neng?”, tanyaku ke karyawan kios.

“Ada Bu, mau warna apa?, jawabnya.

“Aku pingin warna hitam ada?”, tanyaku lagi?

“Ada Bu ini. Warna lain juga banyak Bu. Semua bagus-bagus”, jelas karyawan kios itu.

Tanpa kusadari, yang tadinya aku hanya berniat membeli satu manset tangan berwarna hitam, akhirnya aku membeli tiga manset warna hitam, crem, dan merah maroon. Nah loh....mulai pikunkah aku? Ah tidak, kalau ini sih bukan pikun.

Setelah itu aku tanya ke karyawan kios apakah di sini dijual cadar? Ternyata di kios ini tidak dijual cadar. Saat mau bayar manset, aku melewati beberapa keranjang yang berisi ciput. Tanpa kusadari, yang tadi dari rumah gak ada rencana untuk membeli ciput akhirnya aku mengambil tiga ciput. Saat mau ke kasir, aku melewati kerudung-kerudung yang sedang dijejer-jejer rapi. Awalnya aku hanya melewati sambil melirik kerudung itu, tidak berapa lama, aku pegang-pegang sedikit. Tapi setelah memegang beberapa kerdung yang cocok, tanpa kusadari aku pun membeli 2 kerudung hitam dan coklat. “Ah, tambah lagi nih kepikunanku”, ucapku dalam hati.

Niatan belanja cadar tidak dapat terbeli karena tidak ada barangnya, dan yang terbeli malah barang-barang yang tidak ada dalam perencanaan dari rumah. Pikunkah aku? Semoga tidak.

Setelah selesai membayar di kasir, aku segera turun. Sesampai lantai satu aku berusaha keliling di dalam pasar sambil mengamati kios-kios yang lain barangkali ada yang jual cadar. Dan akhirnya aku mendapatkannya di pedagang kerudung di lantai 1. Alhamdulillah.

Selesai belanja aku segera menuju ke Si Mer dan melanjutkan perjalanan untuk segera pulang.

Saat melewati pasar baru, tiba-tiba saja kakiku menginjak rem perlahan-lahan. Dan roda Si Mer akhirnya berhenti di sebelah kiri jalan di depan pasar baru. Sebelum parkir aku sempat ragu dan ada perubahan keinginan untuk parkir di sebelah kanan. Aku sedikit menyesal kenapa tadi gak langsung nyalakan lampu sen kanan dan perlahan-lahan parkir di sebelah kanan jalan agar bisa lebih dekat masuk ke pasar barunya.

Dengan perlahan, kumundurkan Si Mer sedikit demi sedikit. Selanjutnya perlahan aku menyeberangi jalan raya yang sangat padat lalu lintasnya. Dan alhamdulillah aku berhasil nyeberang , lalu parkir di kanan jalan.

Selanjutnya aku segera masuk pasar baru. Sesampai di dalam pasar aku bingung.

“Aku mau beli apa ya?”, bisikku seorang diri.

“Aku gak ada rencana beli apa-apa lagi. Tapi kenapa berhenti di pasar sini ya. Ya sudahlah, jalan terus ajalah”, bisikku lirih.

Sambil terus berjalan di pinggiran pasar sambil sesekali aku melirik kios-kios yang memajang dagangannya berupa pakaian wanita. Tanpa sadar mataku tertuju pada rok warna coklat . Tanpa sadar akupun segera menanyakan harga rok itu. Setelah cocok harga, aku membelinya. Oh...bertambah lagi kepikunanku. Aku lupa terhadap rencana dari rumah yang hanya akan membeli manset dan cadar, akhirnya membeli segala macam barang yang tidak terlalu penting. Ya sudahlah. Sekarang waktunya pulang.

Aku segera keluar dari pasar, langsung menyeberang jalan raya untuk menuju ke Si Mer. Sesampai di seberang, aku kaget.

“Loh, Si Mer ke mana?” tanyaku lirih sambil nolah noleh ke kiri dan kanan.

Aku sedikit panik. Setelah beberapa saat, pandanganku tertuju ke arah seberang jalan.

“Astaghfirullahaladzim”, bisikku sambil senyum-senyum malu sendirian.

Ternyata Si Mer tadi saya parkir di seberang jalan agar aku tidak terlalu jauh jalan kakinya menuju ke pasar baru. Namun ternyata sekarang aku harus balik nyeberang lagi. Bukannya malah deket jalannya, namun ini malah semakin jauuh aku jalannya. Astagfirullahaladzim.

Sambil nyeberang jalan raya aku tersenyum-senyum malu seorang diri. Sesampai di seberang jalan, segera aku masuk ke dalam Si Mer.

“Astaghfirullahaladzim, ampuni aku ya Allah. Kenapa seharian ini aku begitu pikun sekali ya Allah?”, segala rasa campur aduk jadi satu.

Bersama Si Mer aku segera meluncur pulang ke rumah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bukan pikun bu hj.Penyakit belanjanya kambuh..hi..hi

18 Sep
Balas

Hihiii....betul Bu Hj. Yang paling pikun yang nyebrang di bagian akhir itu Bu Hj. Jd malu

18 Sep



search

New Post