Maafkan Kami Membuatmu Menangis (309) Part 4
Oleh : Titin Marini
Setelah lulus SD, Reza melanjutkan sekolahnya di pondok pesantren di daerah Bandung. Saya mengetahui semua ini hanya melalui status tulisan dan foto-foto yang diunggah Mama Reza. Di beberapa tulisan yang ku baca di FB nampaknya Reza tidak betah sekolah di pondok. Pada akhirnya Reza keluar sekolah dari pondok dan pindah sekolah ke SMP di kota tempat tinggal orang tuanya. Mereka berkumpul kembali di rumah.
“Alhamdulillah, sudah kenyang”, ucap syukur suami setelah selesai makan menu nasi liwet pesanan kami.
“Aku juga kenyang sekali Ma”, kata Nanda anakku.
“Alhamdulillah, kita sudah selesai makannya. Kita pulang yuk, Mama bayar ke kasir dulu”, ajakku.
“Mama, pamitan dulu ke Mama Reza Ma”, suami mengingatkan.
Aku segera beranjak dari tempat duduk lalu mendekati meja tempat Mama Reza makan bersama teman-temannya. Suamiku mengikuti di belakangku.
“Mama Reza, saya duluan ya”, kataku.
Mama Reza berdiri cepat menyambutku. Dengan senyum khasnya, Mama Reza memelukku dengan erat. Saya pamit pulang duluan. Suamiku mengikuti berpamitan dengan berjabat tangan.
“Nanda, sini salim sama Mama Reza”, saya memanggil anakku yang masih berdiri di samping meja makan. Nampaknya Nanda sekarang malu-malu dengan Mama Reza. Nanda mendekat menghampiri kami berdua yang masih berpegangan tangan. Selanjutnya dengan tersenyum , Nanda salim sambil membungkukkan badan. Nanda segera berlalu mengikuti ayahnya. Tinggal kami berdua yang saling bertatapan dengan senyum di bibir kami masing-masing.
Ku tatap dekat-dekat mata Mama Reza, dia pun menatap mataku sangat mendalam sambil tersenyum. Mama Reza pun segera memelukku erat-erat. Aku paham makna pelukan kuatnya ke tubuhku. Aku mengusap punggungnya dengan lembut. Dia mengendurkan pelukannya, lalu dia menatap mataku dalam-dalam kembali dengan senyumannya. Aku pun begitu juga. Ku tatap dalam-dalam mata Mama Reza. Dengan punggung telunjuknya dia mengusap keringat di atas bibirnya yang sedang tersenyum. Semakin lama ku tatap matanya, Wajah Mama Reza semakin memerah dan dengan perlahan matanya mulai berkaca-kaca.
“Tiap melihat Nanda saya selalu baper Bu”, ucap Mama Reza sambil tersenyum dengan matanya yang semakin penuh dengan genangan air mata.
Saya sangat paham dengan apa yang diucapkan Mama Reza. Saya mengerti kepedihan hati Mama Reza setiap kali melihat Nanda. Aku pun segera memeluknya kuat-kuat sambil mataku juga mulai tak tahan ikut berlinang.
Lama sekali kami berpelukan melepas kepedihan di hati. Perlahan-lahan kami melepaskan pelukan itu, ku tatap kembali wajah Mama Reza sudah memerah basah berurai air mata walau bibirnya masih terus menyunggingkan senyum manis namun penuh kepedihan. Aku tidak banyak berbicara. Sambil terus mengelus pundaknya, saya hanya bisa berkata, “Yang sabar ya Mama Reza..Mama Reza harus tetap tabah dan kuat. Mama Reza harus selalu sehat. Masih ada dua adik Reza yang harus diurusi mengantarkan mereka meraih masa depannya”.
Mama Reza semakin pecah tangisnya, diapun kembali memelukku kuat-kuat. Lama pelukan tak dilepas-lepas. Setelah puas menangis, Mama Reza dengan perlahan melepas pelukannya.
“Saya pulang duluan ya..” pamitku.
“Hati-hati Mama Nanda, terimakasih ya”, jawab Mama Reza lirih.
Dengan perlahan kami melepaskan genggaman tangan. Segera ku melangkah meninggalkan Mama Reza menuju kasir. Kami berpisah dengan gejolak hati dan pikiran masing-masing yang tidak menentu.
Sambil antri membayar makan di kasir, pikiranku kembali ke peristiwa sedih beberapa tahun yang lalu. Reza awalnya hanya sakit biasa. Setelah beberapa minggu di rawat di rumah sakit ternyata tidak ada perubahan. Dokter pun menyarankan agar Reza dipindah rawat di rumah sakit kanker di Jakarta. Selama beberapa bulan Reza dirawat, Allah memanggilnya saat Reza kelas XI. Semoga Reza tenang di sisi-Nya. Al-faatihah. Aamiin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar