Mamaku, yang Ku Rindu (297)
Oleh : Titin Marini
Beliau adalah sosok perempuan yang begitu sederhana. Perempuan yang sangat tangguh dalam menghadapai gelombang serta hantaman badai kehidupan dengan ketabahan yang luar biasa. Mamaku adalah seorang ibu yang sangat sabar dalam menghadapi segala permasalahan yang terjadi di dalam keluarga khususnya beraneka ragam perilaku kami anak-anaknya berdelapan yang memiliki sifat dan perilaku serta tingkat ketaatan kepatuhan terhadap orang tua maupun tingkat kenakalan yang berbeda-beda.
Kami kecil, hidup di jaman yang masih serba penuh kesederhanaan. Jaman di saat belum adanya kemajuan teknologi dan sangat jauh dari ketersediaan fasilitas yang memadai.
Walau mamaku harus menghidupi delapan orang anaknya dengan mengandalkan gaji pensiunan polisi ayahku, namun aku tidak pernah mendengar mamaku mengeluh kekurangan. Di depan kami anak-anaknya, kedua orang tuaku tidak pernah bertengkar. Walau rumah kami sangat sederhana waktu itu, namun mamaku tidak pernah menuntut ini dan itu kepada ayahku. Mamaku adalah seorang istri yang sangat taat dan santun kepada suaminya. Tidak pernah berbicara keras saat berbicara kepada kami anak-anaknya, tidak pernah berteriak marah-marah kepada kami maupun kepada siapapun.
Tanpa disadari, mamaku telah mengajarkan kepada kami anak-anaknya untuk selalu tetap bersyukur terhadap apapun yang kita miliki. Kita harus selalu santun dalam bersikap dan berbicara walau dalam kondisi hati bagaimanapun. Sealu bersabar, jangan mudah terpancing emosi dan harus bisa mengendalikan nafsu amarah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terjerat rindu tiada akhir
Betul Bu Hj. Terjerat terus.