Romansa Berdua (317)
Oleh: Titin Marini
Tetes-tetes air dari dedaunan sisa-sisa hujan siang hingga menjelang sore di halaman rumah menemaniku bersantai menikmati senja seorang diri di teras rumah. Semilir angin senja berhembus lembut menerpa sekujur kulit tubuh hingga dingin menusuk sampai ke tulang. Terdengar sayup-sayup suara azan dari Masjid memanggil umat muslim untuk segera menunaikan sholat Magrib.
Aku segera beranjak dari kursi yang berada di teras rumah. Ku langkahkan kaki memasuki rumah yang lumayan agak luas ku tinggali seorang diri di saat suami bekerja di perusahaan tempatnya bekerja. Sambil berjalan tak lupa ku tekan tombol saklar di tembok untuk menyalakan lampu teras dan lampu di depan rumah. Aku segera ke belakang untuk mengambil air wudhlu. Kutunaikan sholat Magrib dan tak lupa kupanjatkan doa untuk almarhum dan almarhumah Bapak dan Ibuku yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Doa-doa yang baik-baik tak lupa selalu kupanjatkan untuk seluruh keluargaku.
Ku hempas tubuhku di peraduan. Rasa sepi di awal petang mulai merasuki jiwa.
“Sudah malam, kok suami belum sampai rumah?”, ucapku lirih.
Tak berapa lama ku lihat suami mengirimkan pesan lokasi melalui WA.
“Astaghfirullahaladziim, merah semua”, kataku seorang diri.
Ternyata perjalanan pulang suamiku terjebak macet di pintu exit tol. Sudah menjadi hal yang biasa di waktu sore hari hujan, kondisi lalu lintas sangat padat sehingga kemacetan pun terjadi.
Ku buka WA lagi , dan ku buka pesan lokasi yang dikirimkan oleh suami yang tadi. Aku ingin memastikan di manakah kini posisi perjalanan suami. Nampaknya suami sudah terlepas dari kemacetan. Tidak lama lagi, suami akan sampai rumah. Dengan langkah begitu ringan dan hati sangat riang ku berjalan menuju teras untuk membuka pagar rumah. Rasa sepi seketika sirna walau suami belum sampai di rumah. Posisi pagar teras depan pun terbuka lebar agar saat suami sampai rumah mobilnya bisa langsung masuk ke garasi teras sehingga tidak perlu repot-repot menunggu dibukakan pintu pagar rumahnya.
“Assalamualaikum”, salam suami saat memasuki rumah.
“Waalaikumsalam”, jawabku menyambutnya.
Ku ikuti suami masuk ke ruang tengah untuk menaruh tas laptopnya. Ku perhatikan langkah suami berbeda dari biasanya. Tubuhnya agak limbung dan lehernya sedikit miring ke kiri seakan menahan sesuatu.
-BERSAMBUNG_
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga suami sehat ya bu hj
Aamiin YRA. Maskasih Bu Hj