Takut Bertemu Dia
#Hari ke-272
#Titin Marini
Aku kecil adalah gadis kampung yang sangat penurut kepada orang tua. Aku terlahir menjadi anak ragil dari delapan bersaudara. Lima laki-laki dan 3 perempuan.
Karena aku sebagai anak ragil dan perempuan, aku sangat dekat dengan Ibu. Ibu sangat menyayangiku. Walau aku masih kecil, namun aku sangat paham bagaimana cara dan bersikap agar bisa membahagiakan orang tuaku, khususnya kepada Ibu. Aku berusaha untuk menuruti semua perintah Ibu. Aku tidak pernah rewel dan tidak pernah membantah kata-kata ayah dan Ibu. Mungkin itulah yang membuat Ibu lebih menyayangiku dibanding dengan kakak perempuanku yang selisih usia tiga tahun. Kakakku sering rewel dan mudah marah jika keinginannya tidak terpenuhi. Kakakku pun sering cemburu kalau aku lebih disayang oleh Ibu. Sehingga kakakku sering memarahiku.
Aku kecil sering disuruh oleh Ibu untuk berbelanja sayuran atau tempe atau apa saja untuk keperluan Ibu memasak ke warung yang ada di perbatasan kampung sebelah. Setiap kali aku disuruh berbelanja oleh Ibu ke warung itu, sebenarnya hatiku kurang begitu suka. Mau menolak tapi aku tidak berani membantah kepada Ibu. Kalau aku membantah aku takut Ibu kecewa atau marah. Ada rasa kekhawatiran dan ada rasa takut setiap kali aku pergi belanja ke warung di perbatasan kampung sebelah itu. Sebab setiap kali aku sedang berjalan melewati gang kecil mendekati warung itu, selalu saja ada sepasang mata yang mengintipku dari kejauhan. Dengan sedikit rasa deg-degan aku berjalan perlahan sambil sesekali melirik ke tubuh pemilik mata yang memperhatikanku itu. Begitu berulang-ulang setiap kali aku akan berbelanja ke warung tersebut. Dia seakan-akan selalu hendak menghampiriku dengan tatapan matanya yang sangat tajam. Hingga suatu hari, saat aku berbelanja, dia sudah menghadangku dengan tatapan matanya yang menyeramkan. Aku sangat takut dan begitu gemetaran. Semakin lama dia semakin mendekatiku. Ketakutanku semakin memuncak. Tubuh gemetar, keringat bercucuran. Aku hanya bisa menangis. Aku ingin berteriak dan minta tolong tapi suasana sangat sepi tidak ada orang di luar. Hingga akhirnya terbersit dalam pikiran untuk mengambil batu dan secepatnya melemparkannya ke tubuh Si pemilik mata yang sangat menyeramkan itu. Bismillahirrohmaanirrohiim....Bug !!!! Batu yang kulemparkan tepat mengenai tubuhnya. Dia pun lari tunggang langgang berteriak-teriak menjauh sambil menahan kesakitan. Kaing..kaing..kaing...Gug...Gug..Gug..Guggg!!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow pentigraf yang keren Maaf Bun sepertinya agak panjang ya sukses selalu dan barakallahu fiik
Makasih Bun. Kepanjangan ya.
Ternyata anjing ya bu
Untung gug, gug tidak aduh ...aduh....
Hihiiii.....bisa bayangin gk Bun anak kecil menghadapi binatang itu. Serrem ya
Ending yg kerennn