Warna-Warni PJJ
#Tantangan Menulis 365, Hari ke-265
#Titin Marini
Minggu pagi ketika kami baru menikmati weekend bersama keluarga, tiba-tiba ada pemberitahuan pesan masuk di WA handphoneku.
Segera kubuka WA , ada pesan masuk dari orang tua salah satu siswa kelas 9B. Sebagai wali kelas 9B saya merasa tidak enak hati.
“Ada apa pagi-pagi di hari Minggu pula ada orang tua siswa mengirim pesan WA ke saya?”, kataku dalam hati sambil terus membuka pesan dan membacanya.
“Assalamualaikum Bu..maaf mau tanya apakah hari ini anak murid ada kegiatan..membuat masker?”, tanya orang tua siswa di WA nya.
“Waalaikumsalam . Kalo tugas membuat masker itu tugas pribadi Pak dari guru SBK dilaksanakan di rumah masing2 dan dilaksanakan kapan saja waktunya sesempatnya siswa. Proses dan prosedur divideokan diupload di FB SMP. Ada apa Pak?” tanyaku membalas pesan WA tersebut.
“Bukan berkelompok?”, tanya orang tua siswa tadi seakan menahan perasaan.
“Kalo tugasnya masing masing. Setau saya tugas pribadi. Mungkin Bapak bisa nanya ke temannya yang lain ato pengurus kelas. Ke Khofifah ato Meyda ato Dinda. Ada yang bisa dibantu Pak?”, tanyaku mulai menangkap sesuatu yang tidak enak.
“ Oh makasih Bu atas infonya.. Bu kerja kelompok kok bisa kenapa diijinkan untuk kumpul . Apa itu udah diperhitungkan dalam keadaaan corona”, orang tua siswa tersebut terus saja menulis pesan yang menurutku semakin tidak enak di hati.
“Tidak ada kerja kelompok Pak. Gak ada guru yang nyuruh kerja kelompok.
Coba saya tanya di group kelas ya Pak”, jawabku ingin memastikan ke siswa di group WA kelas 9B.
“ Pitri ngomong sama saya itu tugas dari sekolah maaap Bu. Tadi di depan rumah saya banyak anak anak temannya”, jelasnya dengan penuh keyakinan.
“Tugas dari sekolah Pak. Tp bukan tugas kelompok . Saya kan sudah bilang itu tugas pribadi dan bukan tugas berkelompok. Tugas dari guru SBK”, aku berusaha terus menjelaskan.
“Apakah guru udah pertimbangkn semua ini. Maaf Bu ini demi keselamatan semua aja”, orang tua siswa tersebut masih saja menulis pesannya seakan yakin kalau ada tugas kelompok dari sekolah.
Darahku mulai terasa lebih panas.
“Maksudnya apa Pak? Kalo tugas pribadi kan harusnya dikerjakan di rumah masing masing pak. Jadi mohon kerja samanya orang tua untuk mengawasi anaknya masing masing. Sekolah tidak menyuruh kerja kelompok. Itu tugas pribadi yang harusnya di kerjakan di dalam rumah masing masing Pak. Nanti saya sampaikan di group anak anak kalo ternyata ada anak yang melanggar protokol kesehatan. Terimakasih infonya Pak.”, ucapku dengan menahan segala rasa.
“ Makasih Bu atas kerja samanya dan bimbingannya. Tadi saya tegur suruh di rumah malah ngotot ingin..belajar kelompok kalau udah terpapar kita juga yang repot”, lanjut pesan WA orang tua siswa tersebut.
“Sekolah sudah sekuat tenaga setiap hari berteriak teriak di group agar jangan sampai ada anak yang berkerumun. Harus jaga protokol kesehatan dangan baik. Jada di sini karena sekolah dilaksanakan secara PJJ maka peran orang tua sangat penting karena anak berada di rumah masing masing. Jadi kalo anak beralasan karena tugas sekolah dan terus berkelompok, itu salah besar di anaknya. Karena ini tugas pribadi bukan tugas kelompok. Jadi peran orang tua sangat besar karena anak di rumah masing masing dalam pengawasan orang tuanya masing masing. Jadi kalau ada pelanggaran anak, bisa sampaikan ke saya Pak. Karena itu termasuk dalam pelanggaran terhadap sekolah yang sudah membuat tata tertib yang cukup ketat. Terimakasih”, jelasku panjang lebar kepada orang tua siswa tersebut.
“Makasih Bu dan tolong yang mengerjakan kerja kelompok untuk dikasih peringatan”, lanjutnya semakin menggurui.
“Langsung saya ingatkan di group Pak. Karena itu memang dilarang keras oleh sekolah ada siswa berkerumun”, ucapku.
Hatiku mulai tergelitik. Aku mulai gerah dan galau. Darah mulai mendidih. Ada rasa amarah yang terpendam dalam hati. Dalam hati pingin marah pada siswa, kenapa anak-anak melanggar protokol kesehatan yang sudah digembar-gemborkan oleh sekolah?
Aku segera menulis pesan di group WA kelas 9B. Menanyakan kepada anak-anak, apakah tadi siang ada anak-anak yang bekerja kelompok? Dan anak-anak pun menjawab tidak ada yang bekerja kelompok. Saya tanya lagi, tugas membuat masker dari guru SBK tugas pribadi atau tugas kelompok. Semua jawaban dari siswa mengatakan kalau itu tugas pribadi. Saya lanjutkan pertanyaan ke anak-anak di group kelas, adakah guru yang memberikan tugas kelompok? Anak-anak pun menjawab tidak ada.
Selanjutnya semua percakapan saya dengan group kelas saya screenshoot ke orang tua siswa tersebut.
Saya juga mencari info ke beberapa anak, menanyakan info siapa yang tadi berkerumun di depan rumah Fithri. Mereka tidak ada yang tau. Mereka menjawab kalau Fithri keluar rumah hanya untuk mengambil bahan masker ke rumah Allya tapi langsung pulang. Tidak kerja kelompok dan tidak ada yang main ke rumah Fithri. Nah aku semakin bingung.
Waktu terus berputar, hari menjadi sore dan sore pun menjadi malam. Setelah beraktifitas seharian bersama keluarga, malamnya kami segera istirahat tidur.
Pagi harinya, setelah bangun tidur aku segera mengecek handphone barangkali ada info penting masuk. Dan ketika kubuka WA, ada satu pesan masuk dari orang tua siswa yang kemarin komplain tentang tugas anaknya. Saat ku perhatikan, ternyata pesan itu dikirimkannya tadi malam pukul 22.30 WIB.
“Ada apalagi ini ya, orang tua siswa yang kemarin ngirim pesan WA?”, gerutuku dalam hati.
Pelan-pelan ku baca isi pesannya. “Assalamualaikum wr wb. Bu maaf menggangu waktu istiraht nya saya cuma mau bilang maaf atas yang tadi ternyata hanya kesalahpahaman saja dan Fithri juga tidak kerja kelompok. Soal yang tadi di depan rumah berkerumun ternyata anak lain yang sedang nongkorong di depan warung maaf atas kesalahpahamannya ya Bu terimakasih wassalamualaikum wr wb”, Hemmmm......ucapku lirih.
Aku juga melihat ada lagi notifikasi pesan di WA dari Fithri, anaknya orang tua siswa tersebut.
“Maaf Bu, ayah saya kurang paham apa yang sayang maksud, dia kira kerja kelompok padahal Fithri cuma ngambil bahan bu sekali lagi minta maaf sudah bikin ibu khawatir”, Hemmmm...aku cuma bisa merarik nafas panjang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar