Titin Suryani

Terlahir di Tasikmalaya tanggal 7 Nopember 1968. Waktu SMP ingin jadi penyair, semasa SMA sangat ingin jadi guru Olahraga tetapi akhirnya takdir menjadikannya g...

Selengkapnya
Navigasi Web

TIBALAH WAKTUNYA

TIBALAH WAKTUNYA

Tidak terasa, hari berganti hari. Pengurusan segala hal yang berhubungan untuk berangkat umrah sudah dilaksanakan. Pasport sudah dikumpulkan ke travel. Pekerjaan di sekolah pun sudah tuntas. Raport telah dibagikan.

Masih ada dua hari untuk melengkapi kebutuhan di sana. Dengan keterbatasan anggaran maka mulailah berburu perlengkapan pribadi. Dengan konsultasi kepada teman-teman yang sudah berumrah, serta petunjuk dari travel maka mulailah dibuat daftar. Satu persatu dicéklis, yang sudah terpenuhi baik diberi hibah dari teman dan saudara, maupun yang dibeli sendiri. Alhamdulillah, sepertinya lengkap sudah. Lalu mulailah packing.

Segalanya terasa mudah, karena selalu berkomunikasi dengan teman-teman di grup. Yang mana sebagian diantaranya sudah berkali-kali melakukan perjalanan ke luar negeri. Jazakallohu…. Semua terasa lebih ringan.

Selama proses persiapan, sebenarnya ada hal yang membuatku gundah, yaitu kondisi kesehatanku yang memiliki riwayat penyakit kronis, serta berita bahwa di Arab Saudi sana sedang musim dingin. Mau tidak mau ada was-was yang menyelimuti.

"Hey, kenapa melamun" tanya temanku saat manasik terakhir.

"Ngga…," jawabku ragu.

"Jangan ada beban ah! Kita harus bebas, biar strong! Kalau ada yang mengganjal lebih baik sekarang tanyakan sama ustadz pendamping!" timpalnya. Saya hanya tersenyum, karena masih ragu, apa perlu kutanyakan atau tidak.

Malamnya, saya WA ustadz pendamping. Menanyakan, apakah saya boléh bawa koper lebih. Koper kecil untuk membawa alat kesehatan yang saya perlukan bila keadaan gawat darurat. Setelah secara detail menanyakan alat serta obat yang akan saya bawa, akhirnya lepaslah beban yang mengganjal. Selanjutnya saya berserah diri kepadaNya. Apapun yang akan terjadi, itu adalah hal terbaik dari rencanaNya.

Hari keberangkatan pun tiba. Setelah melaksanakan sholat safar, maka kulangkahkan kaki ke luar rumah, dengan diiringi do'a dari keluarga dengan dipandu oleh guru agama di sekolahku yang juga seorang ustadz.

Tak terasa, berlinang airmataku. Kupeluk anak-anakku, kucium punggung tangan suamiku. Kumohonkan maaf dan pamit pada mereka. Aku melepaskan segala beban dan ikatan duniawi. Aku melangkahkan kaki untuk menyongsong ridhoNya. Memohon ampun atas segala salah dan khilafku.

Sholawat dari orang-orang tercinta, mengiringiku, sholawat tak henti meluncur dari bibirku. Memberikan keteguhan dan kekuatan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya, Allah, menuju perjalanan yang diimpikan oleh umat muslim. Hanya karena kuasa-Mu semua bisa terwujud. Ayo, lanjutkan cerita perjalanannya, Bunsay!

07 Jun
Balas



search

New Post