September Wish for Indonesia

Topan Aribowo Soesanto

Gegap gempita artis Super Junior atau grup band iKON dengan lagu’’Love Scenario’’ band kenamaan dari Korea, yang membuat histeris semua penonton di Gelora Bung Karno menutup meriahnya closing ceremony Asian Games, selesai berakhir dengan sukses. Indonesia sebagai tuan rumah, Indonesia finish di urutan posisi keempat dengan raihan 98 mendali , dengan rincian perolehan 31 emas, 24 perak , dan 43 perunggu. Bulan september memberikan cukup banyak sejarah dan cerita untuk bangsa ini, setelah hangat dengan gelaran Asian Games 2018, cerita para atlet yang mendapat bonus 1,5 milyar sampai ‘’perang tagar’’ edisi pilpres di media sosial sampai para kader politik yang gencar membelot dengan isu politik yang semakin memanas. Rangkaian yang menjadi sejarah yang mungkin bisa membangkitkan nasionalisme tumpah ruah di setiap kita sebagai warga negara indonesia.

Banyak cerita sejarah tercatat dibulan September. Teringat sebuah lagu dari band punk Rock Green Day, ‘’Wake Me Up September Ends’’ mungkin di sadari atau tidak, bagi sebagian orang lebih baik melewati bulan september ini dengan keceriaan tanpa luka dan duka akan masa lalu.yang paling kita ingat adalah tragedi 30 September.1965 yang menjadi jejak sejarah berbuntut panjang pada perjalanan manuskrip bangsa ini. Membekas dan menghabisi semua orang Indonesia. Duka dan luka ini bukan hanya masalah putus cinta akan roman picisan merah jambu yang rumit bahkan kusut, tetapi sebuah jejak luka masa silam yang kelam. Dikalangan milenial ada istilah september wishes .yang sempat meletup dan terpangpang diberanda media sosial terutama di twitter harapan baru di bulan september memberikan semangat dan motivasi baru bukan pada cerita kelam yang mengumpal begitu akut menghiasi cerita romansa di bulan September, tragedi kemanusiaan yang hilang dan terlupakan.

Seperti yang dilansir liputan6.com. Peristiwa 1965, luka sejarah yang mungkin susah untuk dilupakan dan hilang begitu saja. Mungkin paling hangat informasi nya mulai naik lagi kepermukaan adalah kasus tragedi Munir. Siapa yang tak kenal dengan aktivis Kontras ini, yang dengan lantang menyuarakan dan memperjuangkan nasib Hak Azasi Manusia (HAM) ini. Pembela HAM geliatnya membela HAM sudah mendunia., yang harus wafat dengan gampangnya oleh cairan yang bernama arsenik. Pembunuhan tersebut terjadi pada tanggal 7 September 2004 ketika munir hendak melakukan penerbangan menuju amsterdam untuk melanjutkan studinya. Mungkin jejak sejarah tersebut terlalu menyakitkan untuk dikenang. Melawan lupa dan jangan membiarkannya terlupa begitu saja. September wish bangsa ini adalah romansa kemenangan selebrasi bukan penjajahan dan cerita kelam semata tetapi sebuah selebrasi pemersatu yang dilakukan atlet beladiri pencak silat Hanifan , yamg memeluk presiden Joko Widodo dan calon presiden Prabowo Subianto. Menjadi pemandangan menarik dan menjadi catatan sejarah di tengah isu politik 2019. Jangan Sekali – kali Melupakan Sejarah. Mungkin itu petuah Soekarno, karena dengan sejarah kita banyak belajar akan suatu peradaban dan agar luka tidak terulang. Semoga ini menjadi pembelajaran buat kita dalam menelaah dan mempelajari jejak sejarah suka dan duka (kelam). Siapa kita, ‘’Indonesia’’, siapa kita ‘’Indonesia kalimat sederhana sarat makna , menjadi membuka sejarah dan menjadi catatan sejarah yang kini membekas, bersatu dalam kebersamaan dan persatuan dalam moment sejarah.